Mohon tunggu...
Kartika Tjandradipura
Kartika Tjandradipura Mohon Tunggu... Wiraswasta - Co-Founder Writing for Healing Community

Penulis dengan tujuan utama yaitu untuk meningkatkan mental health awareness dan self compassion. Untuk mengenal tulisannya lebih jauh, bisa dilihat di akun Instagram : @kartika_olive

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Terapi Online: Solusi Fleksibel, Tantangan Nyata

19 November 2024   07:13 Diperbarui: 19 November 2024   07:24 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: www.brazilleducando.com

Namun, teknologi kadang bisa jadi pedang bermata dua. Saking fleksibelnya, kadang justru bisa membuat terapi terasa kurang serius, seperti sesi obrolan biasa yang bisa ditunda kapan saja. Ini adalah tantangan baru bagi para terapis yang harus memastikan pasien tetap menganggap sesi daring ini serius dan konsisten.

Jangan lupakan juga masalah digital fatigue, atau kelelahan akibat terus-menerus terhubung dengan layar. Setelah seharian bekerja di depan komputer, menghadap layar lagi untuk sesi terapi bisa terasa seperti menambahkan lapisan kelelahan baru. Apalagi jika terapis mencoba menyuntikkan humor atau empati lewat teks chat karena sesi video tidak memungkinkan. Ya, humor via teks memang menggemaskan, tapi kalau di situasi terapi? Rasanya, efeknya tak semendalam senyuman empati yang tersirat di dunia nyata.

Tentu, teknologi juga memberikan peluang yang belum pernah ada sebelumnya. Berbagai aplikasi terapi mandiri berbasis AI mulai bermunculan, menawarkan sesi konseling tanpa jadwal tetap, tanpa perlu menyesuaikan waktu terapis. Namun, di sinilah muncul pertanyaan: bisa kah chatbot dengan suara selembut sutra menggantikan kehangatan empati manusia? Jawabannya cenderung masih 'belum'. Meski AI ini pintar, pemahaman emosional mendalamnya belum bisa menyaingi manusia, setidaknya belum di 2024 ini.

Pada akhirnya, teknologi dalam terapi mental adalah seperti pisau Swiss Army: multifungsi tapi harus digunakan dengan cermat.

 Fleksibilitasnya mempermudah akses, terutama bagi mereka yang mungkin malu atau kesulitan datang langsung. Namun, tantangan-tantangan seperti koneksi internet, hilangnya elemen non-verbal, hingga keamanan data harus dihadapi dengan serius.

Sebagai masyarakat modern yang suka multitasking, penting untuk tetap menjaga kualitas sesi dan merawat aspek-aspek manusiawi dalam terapi. Para terapis dan pasien di era ini dihadapkan pada pertanyaan: bagaimana menjaga keintiman dan efektivitas terapi dalam dunia yang makin digital?

 Jawabannya mungkin bukan di satu sisi saja, tapi di keseimbangan antara kemajuan teknologi dan pendekatan konvensional yang sudah teruji waktu. Kalau terapi online ini adalah masa depan, maka kita harus pastikan itu masa depan yang tidak hanya cepat, tapi juga penuh makna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun