Mohon tunggu...
Kartika Tjandradipura
Kartika Tjandradipura Mohon Tunggu... Wiraswasta - Co-Founder Writing for Healing Community

Penulis dengan tujuan utama yaitu untuk meningkatkan mental health awareness dan self compassion. Untuk mengenal tulisannya lebih jauh, bisa dilihat di akun Instagram : @kartika_olive

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Dilema Pecinta Drama Korea: Dari Cinta Buta hingga Terjebak di Zona Stress

18 November 2024   20:12 Diperbarui: 18 November 2024   20:19 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: anime_bataillon

Maraton drama Korea membuat istilah scroll TikTok jadi terlihat sepele. Dampaknya mulai terasa ketika jam tidur berkurang dan tubuh mulai protes. Besok paginya, saat kita bangun dengan mata merah dan kantong mata yang bengkak, menghadapi realitas bagaikan tantangan yang diatur penulis skenario drama, lengkap dengan plot yang memaksa kita untuk bertahan. Emosi lebih gampang tersulut, dan semua orang di kantor mendadak terlihat seperti tokoh antagonis yang mencoba mengacaukan hidup kita. Sebuah email sederhana bisa terasa seperti tantangan hidup.

Tetapi di sinilah paradoksnya, meskipun drama Korea bisa menguras energi dan kadang bikin stres, tetap saja, banyak yang tidak bisa berhenti menontonnya. Kenapa? Karena drama Korea adalah pelarian yang sempurna dari kenyataan. Mereka memberi ruang bagi kita untuk bermimpi, bahkan jika impian itu tak masuk akal sekalipun. Kita berharap bahwa suatu hari ada seseorang seperti Nam Joo Hyuk yang tiba-tiba muncul dalam hidup kita, atau ada drama romantis yang menunggu di tikungan jalan.

Namun, ketika obsesi ini tidak dikontrol, hal ini bisa memengaruhi kesehatan mental. Menonton drama Korea tanpa henti bisa membuat kita terlalu banyak membandingkan hidup nyata dengan kisah fiksi. Kita lupa bahwa drama dirancang untuk menghibur, bukan sebagai standar kehidupan. Ini seperti membandingkan foto selfie di media sosial dengan realitas pagi hari setelah bangun tidur. Tidak ada yang seindah itu tanpa filter dan editing.

Solusinya? Sederhana, tetapi tidak mudah. Batasi waktu nonton. Pastikan ada jeda di mana kita mengingat bahwa hidup tidak selalu penuh dengan soundtrack dan hujan deras yang romantis. Ada kalanya momen terbaik justru datang dalam bentuk sederhana: ngobrol dengan teman, minum kopi di pagi hari, atau menemukan promo diskon di minimarket.

Jadi, meski drama Korea memang bisa membuat kita tersenyum, menangis, dan tertawa dalam satu malam, jangan sampai kita terjebak dalam dilema ekspektasi yang tak realistis. Ingat, kisah kita tetaplah milik kita, dengan segala kekurangannya. Lagipula, siapa tahu, plot twist hidup kita mungkin akan lebih mengejutkan daripada episode terakhir drama manapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun