Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Payung Dara: Ketika Tabu Menyebut Bagian Tubuh

24 November 2023   09:26 Diperbarui: 24 November 2023   10:31 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Menonton film pendek indie ini layaknya menikmati  puisi . Ada metafora dan mengangkat isu yang seringkali dianggap tabu di masyarakat"

Kegalauan besar dirasakan oleh Dara, seorang pelajar SMP yang tengah memasuki masa puber. Seperti umumnya anak perempuan di negeri ini, meski pelajaran biologi ataupun  pendidikan agama membahas mengenai reproduksi, tetap saja Dara tidak memiliki pemahakan mengenai Kesehatan reproduksi yang holistik.

Terlebih, Dara tinggal bersama neneknya beserta pamannya yang masih lajang berprofesi sebagai tukang reparasi payung. Tinggal di kawasan ekonomi kelas bawah.

Semakin kecil tempat Dara bertanya mengenai proses perubahan tubuhnya di masa puber yang begitu cepat.

Dara yang terlihat bertubuh padat memang seperti dipaksa "memaklumi" jika mendapat selorohan tak senonoh terkait pertumbuhan buah dadanya dari teman laki-laki sekelasnya, yang tentu saja  sama rendahnya pemahaman mengenai perkembangan masa pubertas.

Bahkan saat adegan guru laki-lakinya yang mengajarkan tentang masa puber malah melempar  senyum yang... ah sudahlah. Beberapa dari kita dapat dipasti punya pengalaman yang demikian. Senyumnya saja sudah melecehkan. 

Lebay? ya memang begitu sulitnya memberi pemahaman tentang alat reproduksi di masa puber. Terlalu serius buat anak-anak tidak paham, cengar-cengir sambil melemparkan jokes kotor ya tidak bagus juga, bahkan jika tidak berhati-hati justru melecehkan. Alih-alih membangun penyadaran malah memunculkan trauma mendalam, yang seringkali justru sifatnya laten. Banyak metafora juga tentu membuat bingung, terlalu vulgar dianggap tidak beradab.

Saat Dara mulai resah dengan pertumbuhan payu daranya ia semakin bingung. 

Nenek tidak lagi memakai BH. BH yang ada di rumah Dara milik Pamannya, yang tentu saja Dara tidak diketahui Dara, baik keberadaannya maupun fungsinya.

Dara justru mendapat info tentang "pendidikan seks" justru dari penjual majalah porno di pasar dan penjual pakaian dalam serta teman sebayanya. Tentu saja penjelasannya sangat dangkal, yang semakin membingunkan Dara.

Nobar Pecinta Film Palembang

Film pendek  yang saya tonton bersama teman-teman pencinta Palembang Satwika Caf Palembang, bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2023.

Dalam kesempatan yang langsung dihadiri oleh produser filmnya, Hanna Humaira.

Acara yang diselenggarakan Bioskop Online ini sebenarnya menayangkan 7 Film Pendek yang semoga saja dapat saya tulis satu per satu di sini.

Film Payung Dara masuk dalam nominasi film pendek terbaik FFI 2023. Sebuah karya  Reni Apriliana yang diproduseri oleh Fanny Chotimah yang diproduksi oleh Kembang Gula dan Voice.

Menjadi sebuah pengalaman unik, karena saya menikmatinya Bersama puta saya yang memang memasuki masa puber, sebaya dengan tokoh utama film ini.

Mengangkat isu tabu

Sulit bagi Dara untuk sekadar menyebutkan padanan kata "breast". Meski kata buah dada atau payudara sudah menghaluskan kata tetek,yang dianggap sangat kasar untuk menyebutkan salah satu bagian tubuh penting dari seorang Perempuan.

Padahal tetek merupakan sumber penghidupan terbaik anugerah Tuhan. Bahkan untuk ibu yang memberikan breastfeeding pun tak kuasa menyebutkan neteki. 

Apalagi Dara yang memang dalam kondisi tidak paham, baik karena usianya, pendidikannya dan dilengkapi dengan kondisi masyarakatnya.

Bahkan Dara menyebut payudara atau bra saja tidak sanggup. Menggambarkan begitu kuatnya rasa tabu  untuk menyebutkan bagian tubuh sendiri. Bahkan Perempuan yang berani menyebutkan akan mendapat label.

Apalagi  bicara soal kenyamanan pakaian dalam yang diperlukan para perempuan. 

Jika kalian berani bertanya kepada perempuan terdekatmu atau boleh jadi kamu Perempuan bertanya pada diri sendiri.

"Seberapa paham tidak dengan ukuran payudaranya, apakah tahu ukuran bra yang sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan kaum perempuan?."  

Sebagian dari kita akan mendapatkan jawaban yang cukup mengejutkan. Saya baru saja bertanya kepada beberapa teman saya malah tidak pernah perhatian apa itu Cup bra. 

Lucu? Nggak juga. Itu kenyataan yang ada kok.

Jamaknya, perempuan bahkan memaksa dirinya untuk  memaklumi ketidaknyamanan bahkan yang dibuat oleh keputusan dirinya sendiri. Hal tu tetap terjadi juga di kalangan perempuan  usia yang matang dengan tingkat Pendidikan cukup tinggi dan tingkat ekonomi menengah di sekitar saya.

Bayangkan yang terjadi di Masyarakat dengan tingkat Pendidikan dan ekonomi lebih rendah dan masib remaja pula.

Baca Juga : 

Tahu Ukuran Kutang: antara Tabu, Malu, Tak Mau Tahu, Tak Tahu Malu?

Poster dan Judul Penuh Metafora

Film ini memang sarat akan metafora, bahkan dari judul dan posternya saja memperlihatkan demikian.

Dari posternya dengan warna begitu feminim, pemilihan bentuk tulisan untuk judul bahkan logo menyiratkan makna yang begitu dalam dan luas. Bahkan sebelum kita menonton film berdurasi  singkat ini.

Mengangkat isu yang seringkali dianggap tabu agar terangkat dan mengajak masyarakat untuk membicarakannya sebagai hal yang biasa.

Pertumbuhan manusia itu alamiah dan lumrah, apalagi di masa puber dengan peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang begitu cepat. Bukan hanya pertumbuhan fisik tetapi juga mentalnya baik intelektual, emosi dan spiritualnya.

Film ini memang mengajak remaja baik putra dan putri untuk tidak lagi tabu membahas pendidikan seks dengan gurunya, orang tuanya, keluarganya  dan masyarakat memberi perlindungan terhadap mereka dari berbagai macam bentuk kekerasan seksual apapun bentuknya.

Pendidikan seks yang mampu membangun penyadaran buat anak-anak dan remaja tentang pemahaman kesehatan reproduksi sekaligus penyadaran bahaya kekerasan seksual.

Penyadaran yang membangun proteksi tidak menjadi korban dan penyadaran secara holistic untuk tidak pernah membiarkan diri mereka menjadi pelaku.

Tidak ada permakluman terhadap kekerasan seksual, dari bentuk paling kecil sekalipun harus dicegah. Memberi ruang aman baik untuk perempuan maupun laki-laki.

Sulit? Pasti!

Tetapi tentu saja sebuah langkah sesulit apapun perlu dimulai.

Tabik buat pembuat film ini.

Sebuah film yang layak untuk ditonton bersama, meski sayangnya belum ada platform yang menayangkan ini secara resmi. Mungkin dapat menghubungi Film Payung Dara. 

Selamat menjelang akhir pekan Kompasianer, tetap bahagia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun