Panduan ibadah Ramadan dan Idul Fitri  1442 H/2021 M telah diterbitkan oleh Kementerian Agama RI melalui Surat Edaran Menteri Agama R.I No. 3/2021 tanggal 5 April 2021. Â
Cukup melegakan saat dibaca dibandingkan dengan Surat Edaran Panduan Ibadah Ramadan dan Idul Fitri tahun lalu. Setidaknya ada upaya kita move on ke era new normal. Toh ekonomi kudu bergerak kan?.
Kelonggaran Dibanding Edaran Tahun Lalu
Saat membaca surat edaran ini, ada sedikit kelegaan. Aktifitas khas ramadan yang menghidupkan masjid-masjid :seperti shalat berjamaah, kultum, peringatan nuzulul qur'an hingga shalat idul fitri diperkenankan dengan memperhatikan maksimal 50 % kapasitas ruangan, menghindari kerumunan  dan protokol kesehatan.
Meski  tetap dianjurkan untuk melakukan buka bersama keluarga inti di rumah, pelaksanaan buka bersama diperkenankan di tahun ini, tengtu saja dengan syarat yang sama: maksimal 50 % kapasitas ruangan, menghindari kerumunan  dan protokol kesehatan.Â
Lingkaran Setan Pandemi Covid 19
Telah satu tahun kita belajar bersama menghadapi  pagebluk covid 19 ini. Sudah terasa melelahkan dan membosankan seolah kita tidak lepas-lepas dari cengkeraman lingkaran setan ini. Angka penularan yang meningkat, masyarakat yang abai dengan penegakan protokol kesehatan, pemerintah yang seolah diperhadapkan dengan simalakama dalam penentuan kebijakan sehingga cenderung terjadi politisasi dalam penentuan kebijakan untuk mengatasi pandemi covid 19 ini. Â
Di sisi ekonomi, pandemi covid 19 ini pun menjadi lingkaran setan yang menghantui pertumbuhan ekonomi. Sektor ekonomi melambat bahkan tidak sedikit usaha terutama di sektor-sektor publik yang gulung tikar. Sehingga memperparah kondisi ekonomi dengan semakin tingginya masyarakat yang masuk  dalam jeratan kemiskinan, mengakibatkan daya beli masyarakat semakin menurun, atau setidaknya menahan konsumsi yang berakibat perputaan keuangan di masa pandemi ini juga melambat, yang diikuti dengan keengganan investor. Â
Kondisi demikian tentu saja tidak dapat terus menerus terjadi, dan memang hal ini membutuhkan usaha bersama agar kita sama-sama lepas dari pandemi covid 19. Tidak ada cara lain memang kita harus menggalang kekuatan bersama untuk gebuk pagebluk.Â
Belajar dari Ramadan Tahun Lalu
Kita semua telah khatam tentang protokol kesehatan, 5 M (Memakai masker,Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir,Menjaga jarak,Menjauhi kerumunan, serta Membatasi mobilisasi dan interaksi), dan 3 T (Testing,Tracing, dan Treatment).Â
Pola sederhana yang dapat dimulai dari diri sendiri, namun masih banyak perilaku abai mengenai hal ini. Hanya karena alasan tidak terjadi di kita dan sekitar kita, meski terkadang malah ada survivor yang abai karena merasa telah memiliki imunitas alami, tanpa pernah mau concern bahwa ia dapat saja menjadi carrier.
Sudah terlalu banyak anjuran untuk memutus rantai penyebaran covid 19 ini. Tetapi apa mau dikata, hingga hari ini zona merah dan zona oranye di negeri ini masih mendominasi.
Puasa Ramadan : Momen Tingkatkan Aman, Imun dan Iman
Bulan oktober lalu, pemerintah telah mensosialisasikan gerakan pencegahan covid 19 dengan peningkatan Aman, Imun dan Iman.Â
Aman maksudnya mematuhi protokol kesehatan dengan melaksanakan 5M dan 3 T secara konsisten, menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan yang berasal dari kesadaran yang inheren. Bahwa ini bukan lagi sebagai sebuah kewajiban karena ada semata, tetapi memang sudah menjadi hal yang lumrah untuk dijalankan dalam keseharian.
Imun maksudnya meningkatkan kekebalan tubuh dengan menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (phbs), seperti : Olahraga teratur, Â ostirahat cukup, mengkonsumsi makanan bernutrisi seimbang, Â menjaga asupan vitamin, juga mengurangi kegalauan dengan menjagarasa bahagia. Efek pandemi ini juga memeri efek pada kesehatan mental terutama psikosomatis yang wajib diwaspadai. Psikosomatisberisiko tinggi menurunkan imunitas tubuh.
Iman, tentu saja sebagai umat beragama. Segala hal kita pasrahkan kepada sang pencipta. Menghadapi pandemi ini sebagai ujian dari NYA dan semoga bukan azab. Amin.
Perintah kewajiban puasa bagi umat Islam  QS Al- Baqarah 2:183 ditujukan kepada orang-orang yang beriman " Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa" . Sudah sangat banyak penelitian yang menegaskan bahwa puasa itu pada menyehatkan, sebagai sarana detoksifikasi bahkan sampai ke sel-sel tubuh termasuk menguatkan imun tubuh secara alami jika hal ini telah menjadi habit.Â
Telah ditentukan pula puasa ini untuk me-recharge pola makan/minum (metabolisme), pola tidur bahkan pola emosi yang teratur untuk menjalankan ibadah secara pribadi. Momen ramadan juga dituntun untuk me-recharge hubungan habluminanas melalui kegiatan banyak bersadaqah dan mengikis rasa kemelekatan dengan harta  benda yang dititipkan olehNYA sebagai wujud syukur dan cinta sesungguhnya kepada sang Pengasih.Â
Bulan ramadan adalah bulan kita untuk menempa diri bukan hanya dari segi keimanan, tetapi juga dapat menjadi momen kita untuk meningkatkan imun dengan menjalankan pola hidup sehat ala rasul selama ramadan misalnya. Baginda rasul juga meneladani kita untuk tetap menjaga kebugaran tubuh dengan olahraga dan mencukupkan istirahat dengan tidur yang berkualitas dengan tetap menjaga aman dari covid 19 dengan menjalankan protokol kesehatan.
Jika kita mempelajari literatur yang meneladani gaya hidup baginda rasul yang mindfulness. Rasul tidak pernah melakukan perbuatan secara setengah-setengah. Baik dalam bekerja dan beribadah. Tidak asing bukan di telinga kita hadits rasul : "“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok".Â
Puasa juga pada prinsipnya menahan hawa nafsu. Boleh jadi pemerintah telah kebebasan aktifitas di bulan ramadan ini. Tetapi bukan berarti kita menyalagunakannya. Justru momen ramadan ini melatih kita menjalankan 5M dan 3T (Aman), PBHTB (Imun), dan Ibadah (Iman) secara mindfullness sebagai hal yang wajar saja, sudah hal yang seharusnya. Bukan keharusan karena keterpaksaan sebagaimana kamu tidak minum di siang hari saat menjalankan ibadah puasa meski tidak ada orang lain yang melihatmu. Menjalankannya bukan karena kewajiban, melainkan karena keimananmu. Â Begitulah seharusnya kita menjalankan Iman, Imun dan Aman dalam menghadapi pandemi covid 19 ini.Â
Jika semua orang memiliki kesadaran penuh akan hal ini, saya yakin Allah bersama kita menggebuk pagebluk ini.
Selamat menjalankan ibadah puasa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H