Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Menanti Princess Disney Bercitra Nusantara

16 Januari 2021   08:30 Diperbarui: 16 Januari 2021   08:39 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raya (Sumber: Disney)

Sejak menjadi pemberitaan di media pada bulan Agustus 2019, hingga penayangan tailer pertama secara resmi tanggal 21 Oktober 2020 yang lalu,serta pengumuman rencana pemutaran perdana film ini pada bulan Maret 2021.

Saya dan Davie, putraku sudah penasaran dengan kehadiran princess Disney baru, Raya di Film Raya and The Last Dragon.

Sinopsis Singkat Raya and The Last Dragon

Dilansir dari Kompas.com. Raya and the Last Dragon berkisah tentang Raya (Kelly Marie Tran) di sebuah negeri fiksi bernama Kumandra. 

Raya seorang  gadis ksatria  yang cerdas dan berjiwa petarung yang tinggi. Ia seorang prajurit perempuan tangguh mengemban tugas menjaga Dragon Gem agar tidak pernah jatuh di tangan para musuh.

Suatu ketika, terjadi kekacauan di Kumandra dimana penduduk Kumandra menjadi tercerai berai. Tidak ada jalan lain, untuk mengembalikan kedamaian di Kumandra. Raya membutuhkan bantuan naga terakhir di Bumi, Sisu (Awkwafina).  Dikisahkan bahwa Sisu adalah naga air yang unik yang mampu menjelma menjadi manusia. 

Bagaimana petualangan Raya menemukan sang Naga dan berhasilkan ia mengembalikan kedamaian Kumandra akan kita lihat di film ini nanti. 

Diangkat dari Legenda Nusantara

Nusantara yang saya maksud tidak sebatas NKRI, tetapi merujuk pada peta politis Majapahit di abad ke-14, yakni gugusan atau rangkaian pulau yang terdapat di antara benua Asia dan Australia,  termasuk Semenanjung Malaya.

Santer pemberitaan menyebutkan bahwa kisah Raya ini terinpirasi dari legenda Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya. 

Hal ini diungkapkan Chief Creative Officer Disney Animation, Jennifer Lee di ajang D23 Expo di Anaheim Convention Center, Anaheim, California pada medio agustus 2019 yang lalu. Ia mengatakan bahwa film tersebut terinpirasi budaya Asia Tenggara, termasuk Bali, Indonesia.

Tentu saja hal ini memberikan kebanggaan tersendiri bagi penonton Indonesia. Apalagi tokoh Raya adalah sosok women empowerment, menunjukan sisi girl power yang pada dekade terakhir ini menjadi isu yang diangkat dalam berbagai film Disney. 

Naga dalam Cerita Rakyat Indonesia

Menjadi menarik, karena film ini berangkat dari cerita rakyat dengan makhluk mitologi, naga. 

Naga adalah makhluk mitologi yang ada di cerita rakyat baik cerita rakyat di benua biru, dan Asia terutama Asia Timur yang dipengaruhi budaya Cina dan Asia Selatan yang dipengaruhi budaya India. 

Meski pemahaman antara ketiga budaya ini sangat berbeda. Sehingga intepretasinya sangat berbeda-beda. 

Naga di benua biru adalah monster terbang menyerupai dinosaurus yang mampu menyemburkan api. Naga di Cina adalah makhluk sakti berbentuk ular yang panjang, bersisik dan berkaki empat dan bertanduk, di Cina membedakan naga dengan siluman ular. Bahkan shio pun berbeda. Naga lambang kemakmuran penjaga samudra. Sedangkan naga India dalam mitologi Hindu adalah perwujudan ular besar. 

Di Nusantara seperti Jawa dan Bali yang dipengaruhi budaya Hindu pun menggambarkan Naga sebagai ular besar dan panjang berkepala besar seperti lembu yang memakai mahkota, memiliki rambut dan daun telinga, memakai perhiasan dan dengan atau tanpa sayap.  Legenda dengan tokoh naga yang saya ketahui adalah legenda terjadinya Selat Bali dimana tokohnya Naga Besuki. 

Di tanah Borneo legenda naga yang terkenal Naga Erau, hingga ada festival Erau di Tenggarong, Kutai Kartanegara. 

Naga di Palembang, Sumatera Selatan

Jika di tanah Jawa dan Bali, naga ada pada ornamen seni ukir, keris dan motif batik. 

Naga pada budaya masyarakat Palembang yang didominasi akulturasi budaya Cina terlihat pada bidar (perahu naga) dan terlihat pula pada motif songket lepus naga besaung. Motif songket yang dipergunakan pada pakaian pengantin. 

Ya memang saat ini tak semua pengantin menggunakan motif songket paling mahal ini. Jikapun pun masih, sudah sangt jarng dengan benang asli seperti songket kuno. Songket lepus maksudnya dominan benang emas. 

Motif naga besaung ini menggambarkan dua naga yang saling berhadapan. Bermakna menjadi pelindung dan pembawa kesejahteraan bagi kedua mempelai. 

Perhiasan pakaian pengantin khas Palembang juga terletak pada gelang palak uni, yang dipakai di bagian lengan pengantin perempuan. Gelang ini berbentuk  menyerupai ular naga yang memiliki sisik dan berpulir. 

Meski hingga saat ini motif naga dan gelang kepala uni masih dipergunakan di Palembang, tetapi referensi kisah naga di Palembang dan Sumatra Selatan masih sangat minim. 

Padahal setidaknya ada dua desa yang bernama  Saung Naga, satu berada di Aliran Sungai Komering. Satu lagi di dataran tinggi Sumatera Selatan tepatnya Kabupaten Lahat. Sayangnya saya belum mendapatkan informasi apakah ada kaitan dengan kepercayaan adanya naga di Sumsel. 

Saat diriku kecil, ada urban legend bahwa di dasar Sungai Musi dihuni oleh naga air yang berwarna putih keperak-perakan. Konon jika telah menampakkan diri ke permukaan pertanda akan ada bencana besar di Palembang. 

Meski banyak yang membantah bahwa yang dikira naga itu sebenarnya ikan tapa besar yang memang habitatnya di Sungai Musi. 

Karena katanya naga ini naga air, hmmm... terasa begitu dekat bukan mengangkat kisah naga Sungai Musi. 

He.. He.. Gak bisa GR juga,karena referensi benua Amerika Asia Tenggara adalah Vietnam. Dimana di Vietnam justru mengaku bahwa mereka keturunan naga dan peri. Sehingga mitologi sangat dekat dengan budaya Vietnam. Termasuk wilayah perairannya pun diyakini dijaga oleh naga dari langit. 

Eh... Naganya bisa menjelma jadi manusia. Bukankah naga penjaga samudra Cina semuanya dapat menjelma manusia. Ingat ini cerita Asia Tenggara, bukan Cina. Dengan pengisi suara Awkwafina dapat dipastikan sang naga air adalah perempuan. 

Aha... Apakah kemungkinan sang naga ini terinspirasi dari Nyi Blorongnya laut pantai Selatan?.

Harapan Konyol Penonton Indonesia

Saat ngobrolin trailer Raya and The Last Dragon, ada selorohan konyol dari teman sesama penggemar film. 

Pedangnya Raya mengingatkan pada Pedang Naga Puspa Kresna, pedang legend pada sandiwara radio Tutur Tinular, yang sangat terasa familier  dengan milleal awal yang tumbuh bersama sandiwara radio, film dan sinetron nasional Tutur Tinular tersebut. 

Sebenarnya tidak berlebihan ia berpendapat demikian, karena dari trailer terlihat Raya adalah sosok pendekar dengan kemampuan kanuragan yang tinggi. 

Mengangkat Budaya Asia Tenggara atau Strategi Marketing Belaka

Jika dulu Disney dikenal dengan mengangkat dongeng dari Benua Biru yang sangat terkenal dari Grimm Bersaudara atau Cristian Andersen seperti Snow White, Belle, Aurora, Tiana dan Ariel. 

Kemudian berkembang mengangkat kisah 1001 Malam dengan kisah Aladin dengan Princess Jasmine.  

Sosok "princess" pun berkembang tidak lagi istanasentris dengan  mengangkat legenda Native Amerika yang diwakili oleh Pocahontas, lalu Fa Mulan, sang prajurit pemberani dan Moana yang mewakili polinesia.  

Eh.. Meski ada perdebatan juga Moana dan beberapa gak masuk sebagai princess, karena gak ada pemganugerahan princess buat mereka. Setidaknya Disney lebih menitikberatkan tokoh perempuan yang mengeksplorasi kisah-kisah dari seluruh penjuru bumi. Kita sebut semua princess aja dulu ya. Syahrini aja boleh ngaku incess kan? 

Bahwa ada negeri-negeri indah dengan kisah luar biasanya pula yang berjarak separuh bumi yang disebut Nusantara. Karena boleh jadi warga dunia mengenal Bali tetapi belum tentu mengetahui Bali itu bagian dari Nusantara. 

Princess Disneypun semakin terlengkapi berasal dari berbagai ras dan entnis. Meski sesama Asia, yang seringkali menyamaratakan bahwa kulit warga asia itu kuning seperti umumnya orang-orang Asia Timur atau berkulit coklat seperti umumnya India dan Timur Tengah. Ada ras lain yang berada di tengah-tengahnya. Kulit sawo matang eksotis yang mayoritas pada masyarakat Asia Tenggara. 

Beberapa pihak dengan suara miring pun mengatakan bahwa Asia Tenggara dengan jumlah penduduk yang besar adalah pangsa pasar yang potensial. 

Kita tahu bahwa memunculkan karakter disney bukan hanya selesai pada produksi film, tetapi akan diikuti dengan penjualan merchandise bahkan wahana bermain di Disney World. 

Penggunaan karakter yang dekat dengan identitas yang memicu rasa kebanggaan, rasa memiliki serta rasa kedekatan adalah strategi marketing paling jitu. 

Terlepas dari itu semua.  Apapun ras dan etnisnya, jika diperhatikan ada 3 nilai utama yang wajib ada pada princes Disney. Ehmm.. Bukan hanya 3B (brain, beauty and behaviour) tetapi kebaikan, keberanian, serta impian. 

Bagaimana karakter ini dimunculkan dalam sosok Princess Disney dari Nusantara?. Bagaimana penggambaran detail Disney terhadap bentang alam dan budaya Asia Tenggara?.

Selain princess, kehadiran makhluk ajaib pun menjadi daya tarik dalam setiap kisah yang diangkat Disney. "Bring the magic to family". 

 Tak sabar menantikannya tayang di bulan maret mendatang. 

Jika tayang di bioskop, jangan kasih kendor buat jalankan protokol kesehatan pencegahan covid 19. Walaupun berharap besar ada tayangan streaming film ini karena badai pandemi covid 19 belum berlalu. 

Selamat pagi, tetap bahagia di akhir pekan bersama keluarga.

Dok.Kompal
Dok.Kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun