Ah... dasar manusia, gara-gara sudah punya alat penerang yang terangnya selayak matahari tu bekerja tak kenal waktu. Sudah lewat tengah malam  mereka masih bekerja dengan mesin yang berat dan bising. Padahal ini masih di hutan.
Tiba-tiba  Puyang Harry dikejutkan oleh ulah Burung Taktakbau yang tiba-tiba menjerit yang membuat Puyang Harry pun sontak  mengaum.  Suara mesin alat berat terhenti berganti dengan teriakan-teriakan manusia. "Tuh kan... lebay", gumam Puyang Harry sambil berlari menjauh.Â
Puyang Harry harus berjalan lebih hati-hati. Â Ia sangat tidak ingin bertemu dengan manusia, yang gak punya taring, gak punya cakar tapi pemarah dan selalu merasa paling benar.
Perjalanan ke tempat Yai Gaj Ahmad  sekarang sungguh melelahkan. Apalagi melewati hutan dengan tanaman yang sama dengan deretan yang sama, belum lagi munculnya anak-anak sungai baru yang gak lebih banyak tidak ada akhirnya. Cukup berat untuk dilompati, terlalu dalam untuk dituruni. Ah...andai hewan punya gadget yang mampu membuat hidup jadi lebih mudah.
Setiba di Pantai Timur keluarga Robi (rombongan babi)  terbirit-birit melihat kedatangan Puyang Harry,menuju semak belukar yang baru saja tumbuh. Tampaknya  beberapa bulan lalu sepertinya terjadi kebakaran di sana.  Memang hutan dataran rendah dengan tanah rawa bergoyang di musim kemarau seringkali terbakar.
Babi juga makin alay seperti manusia . Melihat Puyang Harry sampai terbirit-birit.  Babi  sudah tidak menjadi selera Puyang Harry, populasi mereka sudah terlalu banyak di bumi Swarna Dwipa. Tidak menyehatkan dan kurang eksotis.
Puyang Harry mengendus bau Yai Gaj Ahmad, ia berteriak "Salam......woi Gaj, ini Hei ri" ucapnya.Â
Yai Gaj yang tengah mandi di tepi sungai bersama koloninya pun bingung.
 "Siapa itu Hei ri?" gumamnya
Saat ia lihat "Ah...Rimau.... apa kabar"teriak Yai Gaj dengan sukacita menyambut Puyang Harry. Â "Dasar hewan Alay, kenapa tiba-tiba nama dia jadi Hei Ri, ah tapi masih mending dia tidak ganti nama Tiger Wong atau Sembilan Benua saja".
"Gerangan apa yang membawa kisanak hingga datang ke Pantai Timur, Wahai penguasa Bukit Barisan"ucap Yai Gaj.