Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Bungkeuleukan: Gadai Jiwa Saat Ngimpo", Sebuah Kritik Sosial Berbalut Pengalaman Supranatural

1 November 2020   13:34 Diperbarui: 1 November 2020   13:50 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pun sempat gagal paham istilah ngimpo. Saat demam togel dulu, di Palembang banyak yang melakukan. Istilahnya betarak. Peyoratif juga sih, karena istilah Melayu tidak sesempit itu maknanya. Betarak ini biasanya di beberapa pekuburan atau tempat-tempat keramat.

Soal cara mencari nomor jitu ini macam-macam selain betarak, buka buku mimpi sampe orang gila pun ditanya.

Film berdurasi 30 menit lebih ini mungkin bukan film yang akan sangat memuaskan pencari ketakutan melaui sebuah film.

Tidak ada jumpscare berlebihan, ataupun kemunculan makhluk mengerikan yang meneror kita hingga mampu berteriak. Tidak ada adegan berdarah-darah ataupun menjijikan yang membuat kita takut ke kamar mandi sendirian.

Film ini justru mengangkat isu-isu sosial yang sarat makna dengan begitu banyak metafora.

Menonton di layar kecil melalui chanel youtube belum mampu membuat saya menangkap banyak metafora yang diangkat.

Bahkan nomor yang keluar itu saya yakin punya makna yang asik buat dikulik dalam sebuah diskusi.

Pilihan kata perumahan Firdaus. Sebuah perumahan yang dibangun di dekat desa miskin. Aliran uang orang kota dalam balutan investasi membutakan masyarakat desa melepaskan tanah-tanah mereka. Membiarkan mereka dan keturunan mereka menjadi penonton terbangunnya surga di kampung mereka.

Jangankan manusia, Bungkeuleukan pun tergusur. Apa lacur, kekuatan kapitalis begitu besar, bahkan Bungkeulekan pun hanya mampu membalas pada masayarakat desa yang tidak berdaya.

Keributan soal dangdut versus musik underground dengan backsound angklung juga menohok.  Apalagi lagu yang dipilih alamat palsunya Ayu Tingting, yang sudah tidak kekinian lagi.

Anak muda harapan bangsa menjadi tidak santun (dimana suku Sunda terkenal dengan karakter ini), malas kerja bahkan di usia mudapun lebih gemar main togel untuk mendapatkan kekayaan. Di saat harta kekayaan nenek moyang mereka telah terlipat menjadi rupiah yang tak seberapa. Dengan durasi setengah jam,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun