Ibarat Ayah yang memukuli anaknya karena ketahuan merokok, tetapi sambil merokok dan menyuruh anaknya beli rokok di warung.
Persoalan yang dihadapi pemuda di penjuru dunia diangkat dengan baik dalam ceritanya. Meski sangat disayangkan dengan beberapa adegan yang semestinya dapat diganti dengan adegan metafora. Â
Saat Amy sengaja bersembunyi di balik mukenanya di sebuah majelis taklim demi menonton sebuah tarian erotis dan posting foto berbahaya di media sosialnya itu telah memberikan penggambaran yang sangat-sangat gamblang.
Terlepas dari berbagai kontroversi yang mengiringinya, ada baiknya pula bagi kita (terutama saya pribadi) untuk membuka ruang komunikasi yang lebih lebar dengan anak-anak. Ternyata bicara dari hati ke hati dengan buah hati sendiri tidak semudah yang dibayangkan.
Salam kompal selalu, Kompasianer. Tetap bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H