Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menanti Serunya Pertarungan Kang Martabak dan Pangeran TikTok

24 Juli 2020   09:41 Diperbarui: 25 Juli 2020   10:57 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Solo makin rame aja di pemberitaan negeri ini. Padahal kan kota nya gak gede-gede amat. Secara administratif ya, bukan Solo Raya. 

Orang Solo dikenal dengan sosok lemah lembut khas kepribadian Jawa. Di kampung kami, Sukorejo Palembang. Kalo ada orang ngaku keturunan Solo tapi lebih cewawakan dari orang Ulu (sebutan kami terhadap penduduk suku asli Sumatera Selatan), jelas kami ragukan. 

Pilkada Solo 2020,Petarung Solo? 

Nama Solo makin sering terdengar di tahun 2020 ini. Ulah Tukang Martabak yang digadang-gadang selama ini tidak memanfaatkan previllege sebagai anak walikota Solo, Gubernur DKI dan Presiden RI. 

Kang Martabak ini mengumumkan akan maju ke pilkada kota Solo 2020. Tak tanggung-tanggung, semua parpol di Solo mendukung beliau untuk maju, kecuali PKS. 

Juragan katering ini kalo udah niat gak bisa dibendung banget ya. Nggak nanggung. 

Dia cari istri aja gak nanggung,  jatuh cinta sama orang yang dijuriinnya sebagai putri Solo. Menaklukan hati perempuan yang punya 3B, Beauty, Brain and Behaviour tentu punya strategi khusus, gak bisa cuma ngandelin nama Bapak toh?.  Hingga  bisa dinikahi dan mendapatkan buah hati yang putih,ganteng, lucu membuat rakyat Indonesia jatuh hati dan punya fansnya Jan Ethes, sang cucu presiden. 

Keputusan ini membuat kecewa beberapa pihak, termasuk pecinta Jkw.  Memaki dengan komentar "Sama saja ternyata, jika sudah jadi penguasa tetap ingin membangun trah kekuasaan". 

Apalagi para pasukan gagal move on yang jelas punya bahan bully. 

Pantas saja pemimpin era dulu menutupi sejarah keturananya jika tak jelas. Dengan mengatakan titisan Dewa atau bahkan muncul dari Gunung. Ken Arok dan Gajah Mada contohnya. Toh peran pencatat sejarah melalui babad jelas ada andil mengenai kisah heroik yang sudah dipisahkan antara mitos dan faktanya. Apalagi Indonesia memang masayarakat yang lebih suka pada tutur daripada tulis, kurang keren rasanya kalo kisah tutur hanya bercerita tentang sosok yang lempeng  datar saja.  

Keluarga besar menjadi penguasa daerah toh bukan cuma trah jokowi, perwakilan Sumsel juga bisa arisan keluarga. Baca saja di Arisan Perwakilan Perempuan Sumsel di Senayan?                        

Sudah, jangan ngira sekarang aku mau bahas tentang pemimpin negeri ini yang titisan Dipa Negara tanpa Aidit ya. Terlalu ngawur kalo maksa bahas itu juga. Lah kok ditulis? ya biar nanti mau berceloteh tentang itu ada remindingnya gitu lho. Mau terus  aku berceloteh gak nin?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun