Bahkan tulisan ini tidak dapat dikatakan sebagai sebuah review atau resensi, begitu pentingnya setiap adegan dan dialog yang meracuni otak saya untuk mengulas sedikit detail, dan percayalah meski film ini hanya 11 menit begitu banyak layer yang tertinggal dalam ulasan saya ini.Â
Kekerasan seksual dapat menimpa siapa saja, bahkan tak terduga. Tema besar inilah yang diangkat film ini.
Film ini berkisah tentang 9 orang (sebenarnya lebih, tetapi yang berdialog 9 orang) yang berkumpul di sebuah ruangan rumah. Awalnya, kukira ini sebuah rumah aman korban kekerasan seksual. Tetapi di tengah adegan menjelaskan di mana sebenarnya mereka.
Jyoti (Kajol) melakukan puja pagi dengan tekun, ia mengenakan sari yang sopan dan rupawan khas ibu ideal India dengan tutur kata yang begitu lemah lembut.
Zooni (Yashaswini Davama), yang tuli sibuk memukul-mukul televisi mereka yang tidak menyala.
Seorang mahasiswi kedokteran (Shivani Raguvanshi) yang sibuk belajar menghadapi ujiannya
Maya (Shruti Hassan), perempuan cantik yang berpakaian ketat tengah menikmati mirasnya.
Perempuan karier yang terlihat independen (Neha Dhupia) yang tengah duduk di kursi manager yang empuk.
Arzu (Mukta Barve), perempuan yang memakai burkha tapi dengan perhiasan emas yang begitu banyak menunjukkan betapa kayanya, tengah sibuk waxing pada betis yang putih mulus tak berbulu.
Baby (Rama Joshi) ,Lakshmi (Sandhya Mathre), dan Maushee (Neena Kulkarni) sibuk rumpi khas emak-emak.
Kritikan Terhadap Reportase Kekerasan Seksual
Ketika televisi kecil di ruangan itu menyala memberitakan peristiwa pemerkosaan, sang reporter menyebutkan bahwa seluruh negara dipenuhi dengan amarah. Ia mengkritik habis-habisan bagaimana sikap politisi terhadap kasus kekerasan seksual, sistem perlindungan yang gagal, termasuk kebijakan negeri itu.