Aku diam
 "Mbak, mohon banget, sebenarnya aku menuju tempat yang searah dengan tujuan Mbak. Kalo aku antar mbak dulu, baru ambil paket kita bolak-balik"dengan nada memelas ia memohon.
Aku mengangguk setuju.
Rintik-rintik hujan masih terus membasahi jalanan yang sepi. Ia mengarah ke sebuah kantor jasa pengantaran di Belakang Gedung Besar, Bank Indonesia.
"Aku ikut turun" ucapku saat mobil berhenti di depan kantor itu.
"Cuma sebentar kok, Mbak. Lagian hujan. Payung aku lupa bawa..." belum selesai dia berceloteh aku udah keluar duluan. Menerebas hujan yang ternyata  cukup deras.
Tidak sampai beberapa menit ia telah mendapatkan paketnya, ia letakkan di kursi bagian belakang
"Loh kok gak langsung masuk, udah gak dikunci dari tadi" katanya sambil terkekeh.
Aku memilih masuk ke mobil setelah dia masuk.
"Kenapa sih,Mbak?"tanyanya penasaran.
Aku diam, aku tahu rute sehabis ini melewati simpang Bangau, seseorang seringkali berdiri menunggu di bawah pohon rindang di sana. Entah bagaimana ia mengenalku, tapi setiap aku lewat ia selalu melambaikan tangannya.
Keramahan yang mengganggu. Sungguh, itu sangat mengganguku.
Dan itu terjadi, saat melewati tempat ia biasa mojok ia melambaikan tangannya ke arahku. Ah.. Tapi boleh jadi aku yang GR, dia bukan melambai kepadaku malam ini.
Kami pun berbelok ke simpang golf. Driver tanpa sengaja menekan tombol membuka jendela pintuku.