Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Berbuka dengan Siapa Pun, Paling Penting Kebersamaannya

19 Mei 2018   21:35 Diperbarui: 20 Mei 2018   04:32 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Padahal baru hari pertama, tiba-tiba WA grup berbunyi "eh...kapan nih bukber?".

"Ngikut aja, paling penting jadwal disesuaikan dengan Bro Ika aja, kan cuma persiapan. Kalo fullnya pas halbil aja" komen salah satu teman.

"Tahun ini masih belum isi lagi? Apa kubilang, masih gak yakin aku Davie itu brojol dari rahimnya"komen yang lain.

"Woi.. puasa woi...ngomongin rahim"komenku yang sudah sebel karna kalo aku gak keluar otomatis panjang mengumpat aku.

"Nah keluar, kapan nih bukber?"ulang salah seorang.

"Nantilah pas jadwal aku gak puasa aja. Biar kalian mau pilih dimana aja asal gak majalah"sahutku.

"Masih juga gak nyatet di kalender siklus sendiri"sahut sang sobat.

"Berisik..bubar...bubar" sahutku menutup obrolan.

Entahlah saya kok terikat sekali dengan makhluk-makhluk konyol ini. Sudah berapa puluh tahun, beberapa merantau bahkan ada yang kayak bang Toyib, gak pulang-pulang ke Palembang selama 3 kali puasa dan 3 kali lebaran.

Ada juga yang aktifitasnya di Palembang, tetap aja susah ketemu di hari lain.

Jadi ajakan bukber beberapa orang ini agak sulit ditolak sepanjang yang hadir memenuhi kuorum.

Saya santai karena tahun ini dapat dipastika  tidak memenuhi kuorum kehadiran, karena baru tahun lalu formasi cukup lengkap.

Sehingga memilih berkumpul bersama di halbil saja.

Beberapa undangan via WA mengajak bukber sabtu pertama juga berdatangan. Saya lagi mager tingkat akut hanya mengabaikan, meski harus memastikan dengan menjawab beberapa wapri bahwa saya baik-baik saja, cuma moody lagi kumat untuk bukber, dengan halu saya menjawab "sorry, saya tengah berada di St. George. Tidak dapat menghadiri undangan Saudara, terima kasih".

Sulit menentukan mana yang ditolak dan mana yang dihadiri membuat saya tidak menghadiri semua ajakan. Terlebih ajakan ke tempat makan di mall atau restoran.

Suasana sangat ramai sering membuat selera makan menurun. Plus permasalahan lain seperti sulit beribadah karna waktu yabg mepet atau kendala fasilitas.

Menghindari total bukber juga tidak kok, jika mood saya bagus. Memastikan ibu saya ada yang menjaga, dan saya off puasa. Biasanya akan saya hadiri beberapa undangan bukber dari teman yang hendak berbagi rezeki dengan kaum miskin kota seperti saya dengan mengajak makan di tempat makan favorit yang terkenal dan kekinian, sekaligus upaya menaikkan branding imagenya.

Sebagai pihak yang ditraktir sih cuma kebagiab setuju-setuju aja. Eh..ketauan e, cari bukber gretongan.

Saat kami baru menikah, institusi saya tempat bekerja wajib bukber keluarga besar termasuk perusahaan grup dan keluarga besar.

Kalo itu wajib datang, karena kesempatan bertemu dengan mereka yang menjadi keluarga besar, dimana institusi saya selalu menjadi tuan rumah.

Tak ada pembedaan antar level bahkan dengan owner, saya yang posisi level terendah pun biasa aja duduk dan makan dengan anak dan menantu anggota pengurus yang memang seusia dengan saya.

Jangan tanya soal makanan yang begitu melimpah, dipesan dari tempat makan terbaik di Palembang yang telah dikenal sejak dulu.

Mendatangkan ustadz paling terkenal di Palembang. Iya...cukup tingkat Palembang kok.

Suasana rame dan riwehnya acara yang kadang diselingin ketidaktertiban beberapa pekerja lapangan saat mengambil makanan, meski selalu diingatkan bahwa makanan pasti berlebih.

Saya bisa memastikan itu, karena tiap tahun saya membawa pulang makanan yang berlebih itu.

Tetapi kebiasaan itu sedikit bergeser karena beberapa alasan.

Saya merasakan ketegangan panitia konsumsi jika sampai konsumsi mengecewakan. Bukan cuma soal kuantitas tetapi kualitas.

Tetapi jelas saya merasakan rasa kekeluargaan yang begitu mendalam dengan acara itu.

Setiap hari ada acara iftar di masjid, tetapi saya sama sekali tidak pernah menghadiri, meski tidak terlaranf.

Karena memang sasarannya bukan kami, tetapi penduduk sekitar institusi kami.

Di kampung saya juga tiap hari diadakan penyediaan iftar di masjid, secara bergantian 4 keluarga menyumbangkan iftar.  

Saya jarang menghadiri kecuali saat keluarga besar kami yang menyelenggarakan iftar.

Alasannya hanya saya kurang merasakan suasananya saja. Namanya juga masjid, interaksi antara laki-laki dan perempuan kan terbatas.

Buka bersama di rumah juga tidak dapat dikatakan bukber, karena masing-masing anggota keluarga punya kebiasaan berbeda-beda, jadi setelah azan masing-masing mengambil takzil dan menikmati di tempat favorit masing-masing, seperti hari-hari biasa. Yang dilanjutkan untuk ibadah malam di masjid depan rumah.

Seperti tidak memanfaatkan suasana iftar ya? Gak juga, pada saat menikmati iftar terlihat kok bahwa Davie dan ayahnya merasakan bahwa hidangan yang memang tidak berbeda dari hari-hari biasa itu memang dibuat untuk mereka.

"Kapan lagi menikmati suasana Davie berbuka di rumah, jika ia telah banyak bergaul ia dapat memilih berbuka di luar"kata Neneknya.

Sebenarnya memang pilihan kami lebih banyak menolak bukber sejak tahun lalu, dimana kondisi ayah saya sudah semakin payah. Sehingga meski tidak duduk satu meja, memastikan bahwa kami dalam kebersamaan adalah nikmat yang harus kami rasakan tiap detiknya.

Suami saya yang berasal dari keluarga besar dimana banyak saudaranya yang tinggal di perantauan, dapat dipastikan akan menyelenggarkan bukber menjelang lebaran. Karena biasanya formasi keluarga besar cukup lengkap. Sehingga buka bersama adalah wujud syukur masih dapat berkumpul.

Sesungguhnya merasakan kehangatan dalam ikatan kekeluargaan adalah sebuah nikmat besar.

Jika itu tujuan dasar mengadakan bukber baik dengan keluarga, kerabat, handai taulan, sahabat, teman atau siapa saja (boleh jadi dengab orang-orang yang sempat kita benci) tidak ada salahnya melakukan buka bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun