Saya santai karena tahun ini dapat dipastika  tidak memenuhi kuorum kehadiran, karena baru tahun lalu formasi cukup lengkap.
Sehingga memilih berkumpul bersama di halbil saja.
Beberapa undangan via WA mengajak bukber sabtu pertama juga berdatangan. Saya lagi mager tingkat akut hanya mengabaikan, meski harus memastikan dengan menjawab beberapa wapri bahwa saya baik-baik saja, cuma moody lagi kumat untuk bukber, dengan halu saya menjawab "sorry, saya tengah berada di St. George. Tidak dapat menghadiri undangan Saudara, terima kasih".
Sulit menentukan mana yang ditolak dan mana yang dihadiri membuat saya tidak menghadiri semua ajakan. Terlebih ajakan ke tempat makan di mall atau restoran.
Suasana sangat ramai sering membuat selera makan menurun. Plus permasalahan lain seperti sulit beribadah karna waktu yabg mepet atau kendala fasilitas.
Menghindari total bukber juga tidak kok, jika mood saya bagus. Memastikan ibu saya ada yang menjaga, dan saya off puasa. Biasanya akan saya hadiri beberapa undangan bukber dari teman yang hendak berbagi rezeki dengan kaum miskin kota seperti saya dengan mengajak makan di tempat makan favorit yang terkenal dan kekinian, sekaligus upaya menaikkan branding imagenya.
Sebagai pihak yang ditraktir sih cuma kebagiab setuju-setuju aja. Eh..ketauan e, cari bukber gretongan.
Saat kami baru menikah, institusi saya tempat bekerja wajib bukber keluarga besar termasuk perusahaan grup dan keluarga besar.
Kalo itu wajib datang, karena kesempatan bertemu dengan mereka yang menjadi keluarga besar, dimana institusi saya selalu menjadi tuan rumah.
Tak ada pembedaan antar level bahkan dengan owner, saya yang posisi level terendah pun biasa aja duduk dan makan dengan anak dan menantu anggota pengurus yang memang seusia dengan saya.
Jangan tanya soal makanan yang begitu melimpah, dipesan dari tempat makan terbaik di Palembang yang telah dikenal sejak dulu.