Mendatangkan ustadz paling terkenal di Palembang. Iya...cukup tingkat Palembang kok.
Suasana rame dan riwehnya acara yang kadang diselingin ketidaktertiban beberapa pekerja lapangan saat mengambil makanan, meski selalu diingatkan bahwa makanan pasti berlebih.
Saya bisa memastikan itu, karena tiap tahun saya membawa pulang makanan yang berlebih itu.
Tetapi kebiasaan itu sedikit bergeser karena beberapa alasan.
Saya merasakan ketegangan panitia konsumsi jika sampai konsumsi mengecewakan. Bukan cuma soal kuantitas tetapi kualitas.
Tetapi jelas saya merasakan rasa kekeluargaan yang begitu mendalam dengan acara itu.
Setiap hari ada acara iftar di masjid, tetapi saya sama sekali tidak pernah menghadiri, meski tidak terlaranf.
Karena memang sasarannya bukan kami, tetapi penduduk sekitar institusi kami.
Di kampung saya juga tiap hari diadakan penyediaan iftar di masjid, secara bergantian 4 keluarga menyumbangkan iftar. Â
Saya jarang menghadiri kecuali saat keluarga besar kami yang menyelenggarakan iftar.
Alasannya hanya saya kurang merasakan suasananya saja. Namanya juga masjid, interaksi antara laki-laki dan perempuan kan terbatas.