Generasi millenial sebagai digital native, yang akan menjalani disrupsi teknologi ini. Sehingga menjadi penting untuk lebih cerdas literasi.Â
Arus informasi yang yang tinggal klik di ujung jari harus mampu dibaca dan dipahami dengan baik.Â
Membaca itu bukan sekedar mengenal huruf demi huruf, kata per kata, frasa per frasa.
Tetapi lebih mengedepankan kemampuan mendalami isi bacaan, menjaga kefokusan terhadap materi, serta menalarkannya dengan mengembangkan ranah afektif, kognitif, serta psikomotorik.
Untuk mengasahnya, perlu dimulai dengan membiasakan untuk melek literasi sejak dini, yang memang perlu kerja sama semua pihak.Â
Tidak dapat menumpukan kepada guru di sekolah tetapi dimulai dari rumah sebagai basis utama edukasi.
Hal ini penting, karena kemampuan literasi seseorang akan berbanding lurus pada kemampuan problem solving seseorang, yang tentu saja akan sangat berpengaruh pada tingkat kebahagiannya.
Persoalan lemahnya kemampuan literasi ini harus menjadi problem bersama, jadi kita perlu sama sama-sama tergerak untuk bergerak untuk terus tebar virus literasi.Â
Terlebih kepada para akademisi yang memiliki beban untuk mempublikasikan penelitiannya dalam jurnal internasional terindeks scopus.
Meski berat, salah satu indikator tingkat literasi adalah jumlah publikasi ilmiah di dunia internasional dan suka tidak suka indikatornya adalah terindeks scopus.
Saya orang yang paling percaya bahwa literasi adalah pencegah korupsi, karena pecinta literasi sesungguhnya anti plagiasi, menjunjung tinggi nilai kejujuran dan menghargai manusia dan kemanusiaan.