Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Cerdas Literasi Menghadapi Disrupsi Teknologi

16 Maret 2018   23:10 Diperbarui: 17 Maret 2018   19:44 2130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Padahal sepemahaman saya, saat ini untuk mengukur Human Development Index atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) saja telah mengubah indikatornya.

Jika pada metode lama menggunakan PDB per kapita diganti dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita, alasan perubahan indikator ini karena PNB lebih menggambarkan pendapatan masyarakat suatu wilayah.

Jadi membuat sebuah konklusi bahwa PDB tidak berbanding lurus pada kemampuan literasi agak membuat saya mengernyitkan kening, karena dalam pemahaman saya kemampuan literasi dan pendapatan sama-sama indikator untuk mengukur kesejahteraan melalui IPM.

Pengukuran kemampuan literasi
Terlepas dari sistem asessment PISA dengan pola yang katanya multiteks dan berbasis komputer, persoalan utama yang diangkat dalam artikel ini adalah kemampuan literasi anak bangsa. 

Seperti diketahui, bahwa kemampuan literasi itu bukan sekadar baca tulis dan hitung. Setidaknya ada 6 literasi dasar yang harus dikuasai setiap orang yakni.

  1. Literasi baca tulis,
  2. Literasi numerasi/angka/berhitung,
  3. Literasi science dasar,
  4. Literasi finansial (kemampuan berpenghasilan),
  5. Literasi digital,
  6. Literasi kewargaan.

Di lain sisi, dalam dunia pendidikan di Indonesia terutama pendidikan tinggi, isu disruptive technology tengah mengemuka. 

Disrupsi teknologi terlihat jelas dengan sebagian besar perusahaan menggunakan teknologi untuk menjual produk mereka secara online, yang telah mengubah kedudukan konsumen menjadi lebih aktif karena kemudahan teknologi secara online yang memutus rantai distribusi secara masif. 

Kekhawatiran besar ketika beberapa bidang pekerjaan akan tergantikan oleh teknologi berbasis online atau robotik atau bentuk kecerdasan buatan lainnya.

Sehingga penyiapan SDM yang mumpuni dalam menghadapi persoalan ini menjadi sangat penting.

Untuk itu, pendidikan tinggi diharapkan untuk mampu menghadapi revolusi industri generasi keempat ini melalui peningkatan kecerdasan literasi, yakni:

  1. Literasi data, kemampuan untuk membaca, analisis, dan menggunakan informasi (big data) di dunia digital;
  2. Literasi teknologi, memamahi cara kerja mesin (coding,dan pemahaman terhadap kecerdasan buatan/artificial intelegence, dan Engineering Principle)
  3. Literasi kemanusiaan (humanities, komunikasi dan desain) termasuk kemampuan kepemimpinan (leadership) dan bekerja dalam tim (teamwork), kelincahan dan dan kematangan budaya (culture agility) serta entrepreuner (termasuk social entrepreuner).

Sebuah tantangan besar dalam peningkatan literasi di Indonesia, diakui atau tidak spektrum revolusi Industri pada masyarakat Indonesia belum semuanya mencapai titik revolusi industri generasi 4.0, bahkan masih ada yang baru memasuki generasi 1.0. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun