Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Take One (Baca:Tekwan)

25 Juli 2016   13:58 Diperbarui: 25 Juli 2016   14:05 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ah…Palembang itu Kesultanan kaya, wilayahnya membentang dari Empat Lawang dan Rejang di sebelah barat, Rawas di Sebelah Utara, Kisam dan Makakau di selatan dan pulau Bangka-Belitung di Sebelah Timur.  Belum lagi hasil pertambangan timahnya, hasil perkebunan dan kehutanan seperti lada, katun, gambir, nila, tembakau, sirih, buah pinang dan rami” sahut Raffles

“Ah… itu dulu, memang kas kami penuh dengan  sistem tibang dan tukong, tapi semua diporakporandakan oleh Belanda” sahut Sultan dengan bersungut.

“Ah…sudahlah kawan, mari kita bercerita saja mengenang masa lalu yang akan tercatat sebagai sejarah pada generasi mendatang” jawab Raffless.

Mereka bercengkrama satu sama lain, bercerita banyak hal meski Raffles berusaha menghindari urusan Politik, karena ia telah memutuskan untuk pensiun dan kembali ke Inggris dengan tenang. Sambil bercerita , pempek dihidangkan. Raffles yang lidah bule langsung teriak ketika makan pempek beserta cuko, "Ohw...it's too spicy" ucapnya. "But...I really like the fishcake"sambungnya. Ia mencoba makan tanpa cuko, ternyata tak sesedap perkiraannya.

Raffles termangu, Sultan merasa tidak enak hati, padahal biasanya para tamu saja doyan sekali makan pempek. Sampai Seorang Depati bertanya "Sir, apa makanan kegemaranmu?".

" I really like soup" jawabnya berbinar, “apalagi sejak kesehatanku menurun, kau tahu Sofia telah meninggal di Buitenzorg (Bogor) , 4 anak-anakku juga meninggal di Bengcoolen (Bengkulu). Aku sering mengeluh sakit pada dadaku. Jadi aku suka pada makanan yang berkuah segar seperti sup” sahut Raffles.

Sultan mati gaya,ia tidak membawa koki andalan, karena perempuan satu-satunya yang tugasnya sebenernya penterjemah, sebut saja Bikcik Kompal ditugaskan oleh buat memasak, karena perempuan  Palembang kan terkenal jago masak.

Bikcik kompal bingung, karena ada bahan makanan disuruh buat Sup, bahkan garam pun tidak ada.

Bikcik Kompal langsung ke Sungai, dia lihat udang keliaran, sebagai daerah perbatasan antara Sungai dMusi dengan Selat Bangka, banyak sekali Udang di Muara Sungsang. Dengan cekatan  bikcik menangkap dan menyianginya.  Di tepian sungai itu tumbuh bengkoang liar dan bunga sedap malam yang sudah mengering, juga ada jamur kuping yang tumbuh di batang-batang pohon mati. Bik Cik Kompal membersihkan bahan-bahan tersebut sebagai pengganti sayur dan merebusnya, sebenarnya saat  ia agak kuatir soal rasa,  saat itu air sungai tengah pasang naik sehingga air sungai di Mauara tersebut terasa asin.

Agar tamu menunggu lama,  bahan pempek dicubit kecil-kecil, dan langsung direbus satu persatu, dan segera  dihidangkan. Kemudia ia mencacah mentimun, juga bawang perai dan daun seledri sebagai bahan tambahan dan mempercantik penyajian hidangannya.

Sultan, Para Depati dan Kriyo bengong dengan makanan yang dihidangkan, Raffles berbinar, aroma kaldu udang yang segar di hidungnya memicu selera makannya. Ia langsung menikmati hidangan itu. Ia lalu berkomentar " You're genius. You make the fishcake into small pieces so I can take one by one".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun