Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rasa Nyaman Itu...

16 Februari 2016   14:15 Diperbarui: 16 Februari 2016   14:22 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rumput masih basah, tetesan air pun masih terjatuh satu per satu dari pohon mahoni. Matahari masih sungkan menunjukkan keperkasaan sinarnya, tertutup dengan awan mendung yang baru saja menunaikan tugasnya menurunkan air hujan membasahi bumi.

Bau tanah basah yang terbawa angin segar tersampai dengan sempurna melalui cuping hidung yang tidak bangir itu.  Angin sejuk menerobos melalui jendela besar di ruang yang hanya ditempati Dara. Entah telah berapa lama Dara berdiri di sisi jendela, menatap aspal basah di seberang  yang disesaki oleh  lalu lalang berbagai kendaraan.

Bunyi deru mesin dan bunyi klakson mobil dan motor yang meminta kendaraan di depannya untuk berjalan lebih cepat. Seolah mereka tidak  peduli pada kondisi badan jalan yang tertutup kendaraan yang terparkir sembarangan.  Suara riuh redah itu justru sama sekali tidak mengganggu Dara. Dara terlalu menikmati rasa sendiri dan tersandera dengan rasa sepi.

Aimatanya mengalir, membasahi bulu matanya yang lentik serta pipinya yang tidak terlalu putih itu. Dara menggenggam sebuah telpon, ia memandang nomor yang tertera di layarnya yang tercatat dengan nama Hutama. Dara mencoba menekan tanda panggil, hanya ada nada sambung, tetapi tidak dijawab. Itu sudah kesekian kali dicoba Dara.

Dara mengetik dengan cepat di pesan Text , “ Andai aku tahu apa salahku, ingin aku mengucapkan kata maaf langsung padamu” dan pesan itu terkirim.

Dara menanti jawaban setiap detiknya, hingga detik ke 7245 kemudian terkirim sebuah pesan “ Nggak Kok Kak, nggak ada yang salah”.

Dara tahu bahwa ini hanya sebuah pengingkaran perasaan Hutama, telah beberapa minggu ini Hutama menghindarinya. Bahkan untuk hanya bertatap muka pun Hutama tidak bersedia.

Dara tidak merasa sakit hati, buat apa sakit hati Dara pun tidak tahu apa yang dirasakan oleh perasaannya sesungguhnya. Dara menolak dengan keras jika ia jatuh cinta pada Hutama. Hutama bukan siapa-siapa, bukan apa-apa dan Dara pun tidak mengenal dengan baik siapa Hutama sesungguhnya. Bahkan Hutama itu perokok, dan Dara sama sekali benci dengan perokok. Dara tidak suka berdekatan dengan perokok. Tetapi itu tidak menjadi msalah, karena memang Dara  tidak pernah terlalu dekat dengan Hutama. Jarak yang paling dekat antara Dara dan Hutama 3 meter, itu pun berjarak dengan sebuah meja rapat besar.

Karena Dara hanya merasakan sesuatu yang sebenarnya sulit dijelaskan, ah mungkin kata yang mendekati adalah nyaman,  iya ada perasaan nyaman ketika berada dekat dengan Hutama. Hanya memlihat senyum tulus Hutama telah membuat Dara terpaku. Kejadian itu beberapa waktu yang lalu. Dara bukan tidak pernah mengenal laki-laki, sehingga tidak pantas jika ia terperdaya hanya oleh senyuman manis.

Tetapi lebih dari itu, Dara melihat senyum Hutama yang berasal dari hati, bukan hanya bibirnya yang menyunggingkan senyum tetapi dari matanya pun tersenyum. Dara suka itu, senyuman dan sikap Hutama itu yang membuat Dara selalu merasa nyaman.

Bahagia itu sederhana, itu jargon yang selalu terdengar oleh Dara selama ini. Ya..benar sesederhana ketika Dara hanya perlu bertemu dan melihat Hutama tersenyum. Dara tidak menutupi hal itu, ia pernah ungkapkan pada Hutama melalui pesan singkatnya beberapa waktu lalu  “ Bahagia melihat engkau tersenyum, berharap aku dapat selalu melihat senyum itu setiap kita ngobrol, dan semoga aku tak perlu mencari alasan untuk dapat ngobrol denganmu”.

Saat itu Dara hanya merasa perlu menyampaikan apa yang ia rasakan, dengan terbuka Dara menawarkan persahabatan dengan Hutama. Itu sudah cukup bagi Dara, Dara hanya ingin memiliki teman yang dapat bercerita apa saja, dan Dara merasa sudah lama ia tidak memilikinya.

Dara menghempaskan tubuhnya di kursi, ia memutar-mutarkan cangkir di meja yang berada tepat di depannya.

Lalu telpon genggamnya berdering “ Halo, sayang sedang sibuk?” ujar suara di ujung telpon ketika Dara mengangkat telpon itu. Itu suara Utomo, laki-laki yang yang tidak asing bagi Dara, orang yang lebih dari 7 tahun menikahinya.

“ Ehm..tidak, hanya sedang menyusun draft proposal” jawab Dara sambil membenahi posisi duduknya.  “ Ada apa?” sambung Dara “ Aku hanya  Hanya mau bertanya apakah kamu baik-baik saja” jawab Utomo singkat  “I’m just fine, why do you ask me that question?” tanya Dara. “ Entahlah, aku merasa kamu tidak baik-baik saja, dan aku tahu dari suaramu kamu habis menangis”. Jawab Utomo. “ Ha..ha… ada-ada saja, sejak kapan berbakat jadi cenayang?” jawab Dara dengan tertawa “Cuma ikutin feeling, karena aku yakin kita punya ikatan batin, tetapi kalau itu salah. Aku senang jika kamu merasa baik-baik saja” Ujar Utomo.

“Yeah…I’m fine, trust me” sahut Dara dengan tetap tertawa. “I always trust you, and I always love you” sahut Utomo. “ Oke, thank you, bye” sahut Dara. “Ya..bye, miss you” sahut Utomo dan menutup telpon.

Ah…sebuah interupsi yang tak diharapkan oleh Dara, bukan sebuah panggilan telpon yang dinanti oleh Dara. Dara hanya merasa bayang-bayang Hutama terlalu dekat dengan denganya. Bahkan setiap kursi yang pernah diduduki oleh Hutama, Dara merasa terbayang ada Hutama di situ. Ah…sial… itu kan perasaan ABG.  Kenapa harus ada perasaan demikian.

Dara mengusap wajahnya, matanya kosong menatap layar di depannya. Tiba-tiba Dara merasa tersergap oleh sebah bayangan hitam, yang membuat ia tidak mampu bernafas. Ia merasa berbagai kilas balik masa lalu mengitari dirinya, dan itu membuat Dara Limbung

Dara terdiam, lau ia menangis sejadi-jadinya. Ah..Dara benci dengan keadaan ini. Dara tidak dapat mengklaim ini sebagai sebuah ujian bagi dirinya. Terlalu konyol bagi Dara jika ia ingin memetik sebuah pelajaran dari  kejadian ini, betapa ia tidak mampu bersyukur dengan keadaannya rumah tangganya, ribuan perempuan menjarit karena suami yang tak pulang kerumah, jatuh di pelukan perempuan lain. Apakah ini sebuah ujian mengingatkan kepantasannya sebagai perempuan ia tak kuasa menahan diri hanya karena sebuah perasaan nyaman dari laki-laki lain. Sebuah kenonyolan ketika menjatuhkan diri mengejar asap, lelah menangkapnya toh kalau berhasil ditangkap dengan sebuah stoples apa yang dapat ia lakukan dengan asap itu.

“Dear Hutama yang manis,

 

Tak dapatlah aku mengatakan….

seandainya kita bertemu dengan situasi yang berbeda, karena ini bukan kebetulan.

Tetapi banyak terima kasih yang hendak kusampaikan padamu,  

Terima kasih menjadi bagian dari jalan hidup saya,

Terima kasih untuk menjadi reminder dalam hidup saya.  

Terima kasih atas nasehat tanpa katamu,

Terima kasih atas ajaran senyum sahajamu

 

Baru kupahami jika senyum indah itu berasal dari keikhlasan hati

Dan aku berupaya untuk mempelajari itu dengan sekuat tenaga saat ini,

 

Meskipun kamu mengatakan tidak salah

Izinkan aku mengakui kesalahanku

Bahwa aku….

Telah lancang aku menyeretmu dalam pusaran perasaan ketidakmenentuanku,

 

Barulah aku memahami kamu datang padaku bukan untuk menjadi sahabatku

Tetapi menjadi salah satu guru dalam hidupku

 

Salam

 

Ya sebuah pesan yang diketik oleh Dara dengan singkat dan dengan singkat pula ia kirim ke alamat surat elektronik Hutama.

Ah… sudahlah,

jika ini hanya permainan dalam perasaan, hal ini pun akan sirna dengan berjalannya waktu meski ini akan tetap meninggalkan jejak dalam hati Dara, mungkin juga dalam hati Hutama dan semoga tidak dalam hati Utomo.

 

Dari balik Jendela  Bawah Pohon Mahoni

16 Februari 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun