Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rasa Nyaman Itu...

16 Februari 2016   14:15 Diperbarui: 16 Februari 2016   14:22 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat itu Dara hanya merasa perlu menyampaikan apa yang ia rasakan, dengan terbuka Dara menawarkan persahabatan dengan Hutama. Itu sudah cukup bagi Dara, Dara hanya ingin memiliki teman yang dapat bercerita apa saja, dan Dara merasa sudah lama ia tidak memilikinya.

Dara menghempaskan tubuhnya di kursi, ia memutar-mutarkan cangkir di meja yang berada tepat di depannya.

Lalu telpon genggamnya berdering “ Halo, sayang sedang sibuk?” ujar suara di ujung telpon ketika Dara mengangkat telpon itu. Itu suara Utomo, laki-laki yang yang tidak asing bagi Dara, orang yang lebih dari 7 tahun menikahinya.

“ Ehm..tidak, hanya sedang menyusun draft proposal” jawab Dara sambil membenahi posisi duduknya.  “ Ada apa?” sambung Dara “ Aku hanya  Hanya mau bertanya apakah kamu baik-baik saja” jawab Utomo singkat  “I’m just fine, why do you ask me that question?” tanya Dara. “ Entahlah, aku merasa kamu tidak baik-baik saja, dan aku tahu dari suaramu kamu habis menangis”. Jawab Utomo. “ Ha..ha… ada-ada saja, sejak kapan berbakat jadi cenayang?” jawab Dara dengan tertawa “Cuma ikutin feeling, karena aku yakin kita punya ikatan batin, tetapi kalau itu salah. Aku senang jika kamu merasa baik-baik saja” Ujar Utomo.

“Yeah…I’m fine, trust me” sahut Dara dengan tetap tertawa. “I always trust you, and I always love you” sahut Utomo. “ Oke, thank you, bye” sahut Dara. “Ya..bye, miss you” sahut Utomo dan menutup telpon.

Ah…sebuah interupsi yang tak diharapkan oleh Dara, bukan sebuah panggilan telpon yang dinanti oleh Dara. Dara hanya merasa bayang-bayang Hutama terlalu dekat dengan denganya. Bahkan setiap kursi yang pernah diduduki oleh Hutama, Dara merasa terbayang ada Hutama di situ. Ah…sial… itu kan perasaan ABG.  Kenapa harus ada perasaan demikian.

Dara mengusap wajahnya, matanya kosong menatap layar di depannya. Tiba-tiba Dara merasa tersergap oleh sebah bayangan hitam, yang membuat ia tidak mampu bernafas. Ia merasa berbagai kilas balik masa lalu mengitari dirinya, dan itu membuat Dara Limbung

Dara terdiam, lau ia menangis sejadi-jadinya. Ah..Dara benci dengan keadaan ini. Dara tidak dapat mengklaim ini sebagai sebuah ujian bagi dirinya. Terlalu konyol bagi Dara jika ia ingin memetik sebuah pelajaran dari  kejadian ini, betapa ia tidak mampu bersyukur dengan keadaannya rumah tangganya, ribuan perempuan menjarit karena suami yang tak pulang kerumah, jatuh di pelukan perempuan lain. Apakah ini sebuah ujian mengingatkan kepantasannya sebagai perempuan ia tak kuasa menahan diri hanya karena sebuah perasaan nyaman dari laki-laki lain. Sebuah kenonyolan ketika menjatuhkan diri mengejar asap, lelah menangkapnya toh kalau berhasil ditangkap dengan sebuah stoples apa yang dapat ia lakukan dengan asap itu.

“Dear Hutama yang manis,

 

Tak dapatlah aku mengatakan….

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun