"Bener itu Mang. Kalo gagal panen mang, ada jaminan gak dari pemerintah daerah sini ? Setahu saya kalau di luar negeri tuh ada jaminan petani yang mengalami gagal panen". Saya bertanya kembali sembari memberi sedikit informasi.
"Kalau gagal panen ya nasib mas, kami pasti merugi, tidak ada jaminan dari pemerintah daerah sini. Lagian kalau kita panen banyak mas, hasil kami dibayar murah, padahal sampai ke konsumen harganya bisa melejit. Ini tidak terlepas dari permainan para tengkulak yang menimbun beras, lonjakan harga tersebut sama sekali tidak dirasakan keuntungannya oleh kami para petani dan pedagang kecil. Sebab, harga pembelian para tengkulak dari petani tidak tinggi. Sementara dengan menahan stok, para tengkulak bisa mendapatkan harga jual yang tinggi dari masyarakat". Jawab Mang Aen.
"Duh segitunya ya mang kondisi Mang Aen dan kawan-kawan disini sebagai petani beras. Kalau untuk harga pupuk urea bersubsidi disini pak ? Setau saya harga eceran tertinggi(HET) pupuk urea bersubsidi untuk saat ini Rp. 1400/kg". Saya kembali bertanya sembari memberikan sedikit Informasi.
"Sebenarnya harganya cukup murah dan sangat terjangkau mas, namun setelah melewati beberapa pintu harganya semakin membengkak dan tentunya memberatkan kami sebagai petani. Kemarin-kemarin aku beli pupuk bersubsidi harganya sampai 4000/kg mas, jauh banget pembengkakan harganya. Aku berharap pemerintah dapat memberikan pengawasan hingga ke tingkat bawah agar pupuk bersubsidi dapat dirasakan harga murahnya oleh petani." Jawab Mang Aen penuh kesal.
Begitu banyak Masalah yang dirasakan Mang Aen sebagai petani. Saya mencoba untuk menghibur Mang Aen dengan mengarahkan arah pembicaraan yang lebih santai.
"Mang Aen nama kepanjang Mang Aen apa ?" Tanyaku penuh penasaran.
"Nama lengkap ku Marhaen mas". Jawab Mang Aen.
"Wuihh itu nama lengkap Mang Aen kayak ideologi yang dibuat Bapak Proklamator kita, Bung Karno". Ujar ku seraya terkejut.
"Iya mas, aku tahu kok. Bapakku dulu memberi nama ini karena kagum akan Ideologi Pak Sukarno yang sangat memperhatikan kaum kami para petani". Balas Mang Aen.
"Iya semoga aja kedepannya orang-orang elit di dalam pemerintahan negara kita ini lebih memperhatikan kaum petani. Apa yang dicita-citakan bapak proklamator kita terhadap negara ini tidak tergerus dengan ganasnya modal-modal asing untuk membangun negara ini. Jangan sampai negara Agraris sebagai karakter bangsa Indonesia hilang diterkam oleh keperkasa'an barang-barang Impor".
Setelah 2 jam perbincangan, akhirnya Mas Aen ijin pamit duluan, karena ada urusan keluarga yang tidak bisa ia tinggalkan. Selama seminggu lebih saya bekerja di desa ini, selalu saya sempatkan untuk bertemu Mas Aen dan keluarga. Bercerita penuh makna kesederhana'an yang menginspirasi saya untuk selalu semangat dalam bekerja. Pekerjaan yang saya dapatkan di saat teman-teman kantor berlibur menjadikan ku lebih mensyukuri hari-hari lembur yang diberikan perusahaan oleh saya.