Hoegeng Iman Santoso, Kapolri dengan Integritas
Begitu pula dengan Hoegeng Iman Santoso, mantan Kapolri yang terkenal dengan integritasnya. Ketika tawaran suap datang, meskipun menggiurkan, ia menolaknya dengan tegas. Hoegeng tidak mengorbankan kehormatan demi kepentingan pribadi. Dalam dunia yang sering tergerus oleh ego, kisah mereka mengingatkan kita akan pentingnya menjaga integritas dan rasa malu, terutama saat godaan menghampiri.
Malu dalam Perspektif Islam
Dalam Islam, rasa malu (haya') adalah akhlak mulia yang sangat dihargai. Rasulullah SAW bersabda, "Malu itu bagian dari iman" (HR. Bukhari dan Muslim). Malu bukan berarti penakut, melainkan kesadaran untuk tidak berbuat tercela dan menjaga kehormatan diri.
Mengapa Budaya Malu Semakin Memudar?
"Sungguh nikmat Tuhan tiada terhitung. Seharusnya malu jika ingin mengeluh, belajar lah untuk bersyukur." --Anonim
Budaya malu yang dulu menjadi pilar kehidupan bersama kini semakin terkikis. Faktor-faktor seperti kurangnya pendidikan karakter, pengaruh lingkungan yang permisif, dan dominasi teknologi yang memperburuk norma sosial membuat banyak orang kehilangan rasa malu. Bahkan para pemimpin yang seharusnya memberi teladan, justru ikut melemahkan budaya ini.
Perilaku yang Menunjukkan Kehilangan Rasa Malu
Sekarang, tindakan seperti korupsi, berbohong, melanggar aturan, hingga menyebarkan hoax sudah dianggap biasa. Bahkan perilaku konsumtif berlebihan dan mengabaikan norma sosial juga menunjukkan semakin lunturnya rasa malu dalam kehidupan sehari-hari.
Dampak Kehilangan Budaya Malu
Ketika rasa malu menghilang, kita menghadapi kerusakan moral, hilangnya empati, dan ketidakpercayaan yang merusak tatanan sosial. Pemimpin tanpa rasa malu bisa bertindak sewenang-wenang, dan korupsi atau ketidakadilan semakin dibiarkan. Tanpa rasa malu, kita kehilangan arah dan solidaritas sosial yang penting bagi keharmonisan bangsa.
Mengapa Budaya Malu Perlu Diajarkan?