Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru - Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Ah, Bisakah Kita Mengadopsi Meritokrasi ala Cina?"

28 Januari 2025   11:08 Diperbarui: 28 Januari 2025   11:08 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meritokrasi politik ini melahirkan pemimpin-pemimpin yang memiliki visi jelas, kompetensi tinggi, dan integritas yang kuat. Dalam sistem ini, proses seleksi yang ketat memastikan bahwa yang memimpin adalah mereka yang benar-benar mampu mengelola negara, bukan yang hanya memiliki  logistik besar, modal popularitas, dekat dengan kekuasaan,  atau berasal dari garis keturunan tertentu. Pemilihan pemimpin yang berbasis pada kemampuan menjadikan Cina sebuah negara dengan struktur pemerintahan yang efisien dan berorientasi pada pembangunan berkelanjutan.

Pembelajaran untuk Indonesia: Ah, Bisakah Kita Mengadopsi Keajaiban Itu?

Gambar: Aspek Meritokrasi (Sumber: Freepik)
Gambar: Aspek Meritokrasi (Sumber: Freepik)

Melihat kisah sukses Cina, timbul pertanyaan: Ah, bisakah Indonesia mengadopsi keajaiban meritokrasi ala Cina? Indonesia, dengan potensi besar yang dimilikinya, tentu memiliki banyak peluang untuk tumbuh. Namun, berbagai tantangan, terutama dalam sistem pemerintahan yang sering kali tersandera oleh politik praktis, menghalangi potensi tersebut untuk terwujud secara optimal.

Di Indonesia, meskipun ada beberapa upaya untuk memperbaiki sistem seleksi kepemimpinan, masih banyak kekurangan dalam pelaksanaannya. Jabatan penting sering kali lebih dipengaruhi oleh koneksi politik atau patronase daripada berdasarkan kemampuan individu. Hal ini tentunya menghambat pembangunan yang lebih terarah dan berkelanjutan.

Menghadapi Kendala Politik dalam Pembangunan

Ketidakstabilan politik yang seringkali terjadi di Indonesia menjadi salah satu tantangan terbesar dalam menciptakan kebijakan yang efektif dan berkelanjutan. Lingkungan politik yang penuh konflik memperlambat implementasi kebijakan yang diperlukan untuk pembangunan jangka panjang. Keberagaman suara politik yang kadang bertabrakan menghalangi terciptanya kebijakan yang stabil dan menyeluruh.

Jika ada harapan untuk menuju Indonesia Emas 2045, maka jalan untuk memperbaiki sistem meritokrasi dalam pemerintahan adalah sebuah langkah yang tak bisa dihindari. Indonesia perlu membangun iklim politik yang lebih inklusif, transparan, dan kolaboratif, di mana suara rakyat lebih didengarkan dan kebijakan pembangunan yang berkelanjutan bisa dijalankan tanpa gangguan politik yang berlebihan.

Indonesia Emas 2045: Mungkinkah?

Gambar: Perjalanan karier panjang yang teruji   (Sumber: Freepik)
Gambar: Perjalanan karier panjang yang teruji   (Sumber: Freepik)

Mencapai visi Indonesia Emas 2045 tentu bukanlah hal yang mudah. Namun, dengan memperbaiki sistem meritokrasi dalam pemerintahan, Indonesia dapat menapaki jalannya menuju negara maju. Sebagai contoh, sistem seleksi yang mengutamakan kemampuan dan prestasi—seperti yang ada di Cina—dapat membantu Indonesia dalam menyiapkan pemimpin yang benar-benar teruji dan kompeten, yang mampu menghadapi tantangan global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun