Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru - Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Hubungan Indonesia-Malaysia Mengalami Pasang Surut

27 Januari 2025   15:07 Diperbarui: 27 Januari 2025   15:59 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Presiden Prabowo dan Perdana Menteri Anwar Ibrahim bertemu di Malaysia dalam rangka kunjungan kerja (Sumber: Freepik)

Ketika Hubungan Indonesia-Malaysia Mengalami Pasang Surut

Oleh Karnita

"Indonesia dan Malaysia adalah dua saudara sebangsa yang meskipun berbeda, namun terikat dalam satu sejarah yang sama, satu tanah yang sama, dan satu perjuangan yang sama." --- Bung Karno

Setelah menyelesaikan kunjungan kenegaraan ke India, Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto bertolak ke Kuala Lumpur, Malaysia, untuk melanjutkan agenda kerja luar negeri yang bertujuan mempererat hubungan bilateral antara kedua negara. Dalam kunjungan tersebut, Prabowo dijadwalkan untuk bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dan menerima penghargaan Darjah Kerabat Johor Yang Amat Dihormati Pangkat Pertama (D.K I Johor) sebagai bentuk penghormatan tertinggi dari Kesultanan Johor. 

Kunjungan ini menjadi momentum yang sangat penting, mengingat Indonesia dan Malaysia sebagai tetangga dekat memiliki hubungan yang penuh dinamika, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun sosial budaya. Namun, tak jarang, hubungan ini dibumbui dengan berbagai masalah yang kadang membuat hubungan antar kedua negara terasa emosional. Hubungan antara negara tetangga ibarat dua pohon yang akarnya saling terjalin, namun terkadang cabang-cabangnya berselisih karena angin perbedaan. Seperti dua sungai yang mengalir berdampingan, meski kadang deras dan turbulen, mereka tetap berada dalam satu aliran yang tak terpisahkan.

Persaingan Olahraga: Sepak Bola dan Bulu Tangkis

Salah satu bidang yang sering menjadi sorotan adalah persaingan dalam olahraga, terutama sepak bola dan bulu tangkis. Keduanya merupakan olahraga yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia dan Malaysia, dan tak jarang keduanya saling bersaing di ajang internasional. Ketegangan sering muncul ketika kedua negara bertanding, baik di level klub maupun tim nasional. Ketegangan ini, meskipun dalam konteks olahraga, seringkali dipenuhi emosi tinggi yang mempengaruhi hubungan kedua negara, terutama ketika ada keputusan wasit yang kontroversial atau insiden yang melibatkan pemain.

Di cabang bulu tangkis, meskipun Indonesia dan Malaysia memiliki sejarah panjang dalam prestasi di level dunia, tak jarang kecemburuan muncul ketika pemain kedua negara saling bersaing di final-turnamen bergengsi. Konflik ini kadang juga merembet ke luar arena pertandingan, memperburuk citra kedua negara yang seharusnya bisa saling mendukung di bidang olahraga.

Isu Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia

Masalah lain yang sering memperburuk hubungan Indonesia dan Malaysia adalah terkait dengan tenaga k

Gambar: Presiden Prabowo bertemu dengan Perdana Menteri malaysia, Anwar Ibrahim, di Rumah Tangsi (Sumber: Freepik)
Gambar: Presiden Prabowo bertemu dengan Perdana Menteri malaysia, Anwar Ibrahim, di Rumah Tangsi (Sumber: Freepik)
erja Indonesia (TKI) yang bekerja di Malaysia. TKI menjadi bagian penting dari perekonomian Malaysia, namun sayangnya sering kali mereka mendapatkan perlakuan tidak adil. Kasus-kasus kekerasan terhadap TKI, baik di sektor rumah tangga maupun pabrik, sering kali menjadi berita yang menggugah emosi di Indonesia. Pemerintah Malaysia yang dianggap lamban dalam menangani masalah ini membuat hubungan kedua negara semakin tegang, meskipun pemerintah Indonesia terus berusaha memperjuangkan hak-hak TKI melalui berbagai jalur diplomasi.

Ketegangan ini sering kali disertai dengan pemberitaan yang menggambarkan kondisi kerja yang keras dan tidak manusiawi, yang menyebabkan publik Indonesia merasa marah dan kecewa terhadap perlakuan negara tetangga ini. Sebagai negara yang sama-sama memiliki kedekatan budaya, Indonesia tentu berharap agar tenaga kerja Indonesia di Malaysia mendapat perlakuan yang lebih baik.

Isu Perlakuan terhadap Imigran

Isu perlakuan terhadap pekerja migran Indonesia di Malaysia selalu menjadi persoalan sensitif yang memperburuk hubungan kedua negara. Perlakuan keras terhadap imigran ilegal, yang mayoritas berasal dari Indonesia, sering kali menimbulkan ketegangan. Banyak imigran yang datang untuk mencari nafkah dengan penuh perjuangan, namun mereka kerap dihadapkan pada penangkapan massal atau kekerasan yang melanggar hak asasi manusia. Tindakan semacam ini tentunya memicu kemarahan publik Indonesia, yang menganggap bahwa imigran Indonesia seharusnya diperlakukan dengan hormat dan mendapat perlindungan yang layak.

Salah satu insiden terbaru yang mencuat adalah penembakan terhadap seorang warga negara Indonesia (WNI) di perairan Tanjung Rhu pada 24 Januari 2025. Peristiwa ini mengingatkan pada kasus serupa di masa lalu, seperti pada 2012 dan 2014, yang melibatkan penembakan terhadap pekerja migran Indonesia oleh aparat Malaysia. Kejadian tersebut kembali memicu kemarahan publik Indonesia, yang mendesak agar Pemerintah Malaysia segera mengusut tuntas insiden ini dan memastikan penggunaan kekuatan yang tidak berlebihan terhadap pekerja migran. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri pun berencana mengirimkan nota diplomatik untuk menuntut penyelidikan lebih lanjut.

Klaim Terhadap Kebudayaan dan Seni

Kedekatan kedua negara dalam hal budaya sering kali diwarnai dengan sengketa klaim atas warisan budaya. Malaysia, dalam beberapa kesempatan, mengklaim kebudayaan Indonesia sebagai milik mereka, seperti lagu "Rasa Sayange" dan seni angklung, yang sebenarnya merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia. Batik, yang kini telah diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO, juga sempat dipermasalahkan, dengan Malaysia mengklaimnya sebagai bagian dari kebudayaan mereka. Konflik semacam ini menambah ketegangan, karena Indonesia merasa bahwa hak atas warisan budaya tersebut telah diabaikan dan diambil tanpa dasar yang jelas.

Kendati demikian, kedua negara seharusnya bisa memanfaatkan persamaan budaya ini sebagai jembatan untuk mempererat hubungan, bukan sebagai sumber perpecahan. Kerja sama dalam bidang kebudayaan, misalnya dengan mengadakan festival seni bersama, dapat menjadi cara yang lebih baik untuk merayakan kekayaan budaya kedua bangsa.

Sengketa Wilayah: Pulau Sipadan dan Ligitan

Gambar: Presiden Prabowo disambut oleh ratusan pelajar Indonesia di Malaysia (Sumber: Freepik)
Gambar: Presiden Prabowo disambut oleh ratusan pelajar Indonesia di Malaysia (Sumber: Freepik)

Selain masalah sosial dan budaya, sengketa wilayah menjadi salah satu isu paling serius dalam hubungan Indonesia-Malaysia. Salah satunya adalah klaim Malaysia atas Pulau Sipadan dan Ligitan, yang sempat menjadi perdebatan sengit antara kedua negara. Meskipun Mahkamah Internasional (ICJ) telah memutuskan bahwa Malaysia berhak atas kedua pulau tersebut pada tahun 2002, Indonesia tetap merasa ada ketidakadilan dalam putusan tersebut. Persoalan sengketa wilayah semacam ini selalu menjadi isu sensitif, karena berkaitan dengan kedaulatan dan hak-hak nasional kedua negara.

Meski sudah ada putusan hukum, ketegangan tetap ada, terutama di kalangan masyarakat yang merasa bahwa hak Indonesia atas wilayah tersebut harus diakui dan dihormati.

Isu Politik: Ketegangan Diplomatik

Selain sengketa wilayah, ketegangan politik juga sering mewarnai hubungan Indonesia-Malaysia. Perbedaan dalam kebijakan domestik atau pernyataan pejabat tinggi kedua negara sering kali memicu konflik. Misalnya, Indonesia sering kali mengkritik kebijakan Malaysia terkait dengan pengelolaan sumber daya alam atau kebijakan luar negeri, sementara Malaysia juga tidak jarang memberikan pandangannya terkait dengan kebijakan Indonesia yang dinilai kontroversial. Ketegangan ini, meskipun tidak selalu menjadi masalah besar, sering kali menambah ketegangan dalam hubungan bilateral kedua negara.

Momentum untuk Mempererat Hubungan
Di tengah gelombang pasang surut yang sering menerpa hubungan Indonesia-Malaysia, kunjungan Presiden Prabowo ke Kuala Lumpur bisa menjadi titik balik yang penuh harapan. Seperti halnya dua sahabat yang pernah berselisih namun selalu kembali pada ikatan yang lebih kuat, momen ini membuka peluang untuk merajut kembali tali persahabatan yang kadang terkoyak. Dengan pendekatan penuh ketulusan dan diplomasi yang hangat, Prabowo dapat merintis jalan bagi kedua negara untuk menanggalkan segala ketegangan dan membuka lembaran baru yang lebih harmonis. Dalam segala aspek---ekonomi, politik, dan budaya---kunjungan ini diharapkan menjadi benih yang tumbuh menjadi kerja sama saling menguntungkan.

Meski dalam perjalanan ada riak yang datang silih berganti, Indonesia dan Malaysia, dua negara yang memiliki banyak kesamaan dalam bahasa, budaya, dan sejarah, seharusnya bisa hidup berdampingan dengan lebih indah. Ketegangan yang muncul tak boleh menjauhkan, justru harus menjadi pengingat bahwa kedekatan ini adalah anugerah yang harus dijaga. Kunjungan Presiden Prabowo menjadi harapan bagi kedua bangsa untuk mengubah setiap ujian menjadi kesempatan untuk saling memahami, dengan tujuan mulia: menjalin hubungan yang lebih kokoh, penuh pengertian, dan berlandaskan saling menghormati.

Penulis adalah pemerhati isu-isu politik dan kemanusiaan 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun