Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru - Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Hubungan Indonesia-Malaysia Mengalami Pasang Surut

27 Januari 2025   15:07 Diperbarui: 27 Januari 2025   15:59 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Presiden Prabowo dan Perdana Menteri Anwar Ibrahim bertemu di Malaysia dalam rangka kunjungan kerja (Sumber: Freepik)

Ketegangan ini sering kali disertai dengan pemberitaan yang menggambarkan kondisi kerja yang keras dan tidak manusiawi, yang menyebabkan publik Indonesia merasa marah dan kecewa terhadap perlakuan negara tetangga ini. Sebagai negara yang sama-sama memiliki kedekatan budaya, Indonesia tentu berharap agar tenaga kerja Indonesia di Malaysia mendapat perlakuan yang lebih baik.

Isu Perlakuan terhadap Imigran

Isu perlakuan terhadap pekerja migran Indonesia di Malaysia selalu menjadi persoalan sensitif yang memperburuk hubungan kedua negara. Perlakuan keras terhadap imigran ilegal, yang mayoritas berasal dari Indonesia, sering kali menimbulkan ketegangan. Banyak imigran yang datang untuk mencari nafkah dengan penuh perjuangan, namun mereka kerap dihadapkan pada penangkapan massal atau kekerasan yang melanggar hak asasi manusia. Tindakan semacam ini tentunya memicu kemarahan publik Indonesia, yang menganggap bahwa imigran Indonesia seharusnya diperlakukan dengan hormat dan mendapat perlindungan yang layak.

Salah satu insiden terbaru yang mencuat adalah penembakan terhadap seorang warga negara Indonesia (WNI) di perairan Tanjung Rhu pada 24 Januari 2025. Peristiwa ini mengingatkan pada kasus serupa di masa lalu, seperti pada 2012 dan 2014, yang melibatkan penembakan terhadap pekerja migran Indonesia oleh aparat Malaysia. Kejadian tersebut kembali memicu kemarahan publik Indonesia, yang mendesak agar Pemerintah Malaysia segera mengusut tuntas insiden ini dan memastikan penggunaan kekuatan yang tidak berlebihan terhadap pekerja migran. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri pun berencana mengirimkan nota diplomatik untuk menuntut penyelidikan lebih lanjut.

Klaim Terhadap Kebudayaan dan Seni

Kedekatan kedua negara dalam hal budaya sering kali diwarnai dengan sengketa klaim atas warisan budaya. Malaysia, dalam beberapa kesempatan, mengklaim kebudayaan Indonesia sebagai milik mereka, seperti lagu "Rasa Sayange" dan seni angklung, yang sebenarnya merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia. Batik, yang kini telah diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO, juga sempat dipermasalahkan, dengan Malaysia mengklaimnya sebagai bagian dari kebudayaan mereka. Konflik semacam ini menambah ketegangan, karena Indonesia merasa bahwa hak atas warisan budaya tersebut telah diabaikan dan diambil tanpa dasar yang jelas.

Kendati demikian, kedua negara seharusnya bisa memanfaatkan persamaan budaya ini sebagai jembatan untuk mempererat hubungan, bukan sebagai sumber perpecahan. Kerja sama dalam bidang kebudayaan, misalnya dengan mengadakan festival seni bersama, dapat menjadi cara yang lebih baik untuk merayakan kekayaan budaya kedua bangsa.

Sengketa Wilayah: Pulau Sipadan dan Ligitan

Gambar: Presiden Prabowo disambut oleh ratusan pelajar Indonesia di Malaysia (Sumber: Freepik)
Gambar: Presiden Prabowo disambut oleh ratusan pelajar Indonesia di Malaysia (Sumber: Freepik)

Selain masalah sosial dan budaya, sengketa wilayah menjadi salah satu isu paling serius dalam hubungan Indonesia-Malaysia. Salah satunya adalah klaim Malaysia atas Pulau Sipadan dan Ligitan, yang sempat menjadi perdebatan sengit antara kedua negara. Meskipun Mahkamah Internasional (ICJ) telah memutuskan bahwa Malaysia berhak atas kedua pulau tersebut pada tahun 2002, Indonesia tetap merasa ada ketidakadilan dalam putusan tersebut. Persoalan sengketa wilayah semacam ini selalu menjadi isu sensitif, karena berkaitan dengan kedaulatan dan hak-hak nasional kedua negara.

Meski sudah ada putusan hukum, ketegangan tetap ada, terutama di kalangan masyarakat yang merasa bahwa hak Indonesia atas wilayah tersebut harus diakui dan dihormati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun