"Bunga Anggrek yang Kukirim: Sebuah Pesan Persahabatan dan Politik  dalam Setiap Kelopak"
Oleh Karnita
Â
Pada 23 Januari 2025, ketika hiruk-pikuk dunia politik mencapai puncaknya, aku memilih untuk mengirimkan bunga yang tidak hanya indah di pandang, tetapi juga kaya akan makna. Anggrek—bunga yang selalu Megawati cintai—adalah simbol dari segala yang tak terucapkan, sebuah pesan yang lebih dalam daripada sekadar sebuah ucapan selamat ulang tahun. Hari itu, Megawati merayakan ulang tahunnya yang ke-78, dan di tengah perayaan tersebut, aku ingin mengirimkan sesuatu yang lebih dari sekadar hadiah. Bagi kami berdua, anggrek adalah cermin dari hubungan kami yang terjalin melalui perjalanan panjang, diwarnai dengan perbedaan, tetapi tetap memiliki akar yang tak pernah goyah.
Setiap kelopak bunga itu mewakili doa dan harapan yang mengalir dalam setiap langkah perjalanan politik kami. Seperti halnya anggrek yang tumbuh perlahan dan tenang, begitu pula hubungan kami—tersimpan dalam kedalaman yang tidak selalu tampak di permukaan. Aku mengirimkan anggrek bukan hanya untuk merayakan hari kelahiran Megawati, tetapi juga untuk mengingatkan kami berdua bahwa dalam dunia yang penuh persaingan, persahabatan sejati tetap berharga. Meskipun kami berdiri di jalan politik yang berbeda, aku percaya bahwa hubungan kami lebih dari sekadar urusan kekuasaan.
Bunga anggrek ini, di mata kami, adalah lambang dari ketahanan. Sama seperti bunga yang tumbuh di tanah yang keras, persahabatan kami telah teruji oleh waktu dan berbagai badai politik. Banyak yang mungkin mengira kami tak bisa berdamai setelah bertarung tiga kali di Pilpres, namun kenyataannya, kami tetap menjaga komunikasi, meski tak selalu terlihat oleh publik. Anggrek itu adalah simbol bahwa perbedaan dalam politik tidaklah menghapuskan rasa hormat dan saling menghargai yang telah kami bangun sejak lama.
Mungkin ada yang berpendapat bahwa aku seharusnya bertemu langsung dengan Megawati, namun bunga anggrek ini adalah pengingat bahwa kami tidak memerlukan pertemuan fisik untuk menjaga hubungan yang kami miliki. Kami telah saling mengetahui kesukaan masing-masing—Megawati yang menyukai anggrek, aku yang menyukai nasi goreng buatan Ibu Mega. Sederhana, namun begitu dalam, itu adalah tanda bahwa persahabatan kami melampaui perbedaan.
Tidak ada lagi penghalang seperti yang dulu ada antara kami, yang mungkin dimunculkan oleh keberadaan Presiden Jokowi. Kini, dengan berakhirnya masa jabatan Jokowi, aku yakin bahwa kami bisa bertemu tanpa adanya beban. Namun, dalam realitas politik yang begitu dinamis, mungkin tak ada urgensinya untuk pertemuan tersebut. Kami lebih memilih untuk terus berkembang dengan cara kami masing-masing, tanpa harus selalu berkumpul untuk membicarakan masa depan politik bersama.
Anggrek yang kukirimkan bukan hanya tentang hubungan kami yang telah terjalin, tetapi juga tentang harapan untuk masa depan yang lebih baik. Setiap kelopak bunga itu adalah doa agar bangsa ini tetap bersatu meskipun terbelah oleh berbagai kepentingan. Seperti anggrek yang tumbuh dengan tenang dan sabar, begitu juga harapan kami untuk Indonesia—agar tetap berjalan maju, meskipun harus melalui banyak rintangan.
Saat Megawati memandang anggrek itu, aku berharap ia dapat merasakan kehangatan yang kurasakan. Semoga ia tahu bahwa meskipun jalur politik kami berbeda, persahabatan kami tetap kokoh. Seperti bunga yang mekar perlahan, persahabatan ini akan terus tumbuh meski tidak selalu tampak jelas. Aku percaya bahwa hubungan ini lebih dari sekadar hubungan politik, dan anggrek ini adalah simbol dari ketahanan dan kesetiaan yang tak lekang oleh waktu.
Aku tahu bahwa mungkin banyak yang melihat bunga anggrek ini hanya sebagai sebuah gesture yang biasa—sebuah ucapan ulang tahun dari seorang sahabat. Namun bagi kami, ini adalah lebih dari sekadar itu. Bunga ini adalah wujud dari sebuah penghormatan yang tulus, dari sebuah hubungan yang telah terjalin lama, dan dari sebuah harapan untuk terus berjalan bersama meski berada di jalur yang berbeda.
Anggrek ini adalah bukti bahwa meskipun dunia politik dipenuhi dengan perhitungan dan ambisi, masih ada ruang untuk rasa saling menghormati dan memahami. Dalam dunia yang sering kali terpecah belah, bunga anggrek ini adalah simbol bahwa kita bisa terus bertahan, meskipun tidak selalu berada di kapal yang sama. Dan seperti anggrek, yang mekar dalam kesendirian, kami berdua akan terus berkembang dalam jalur kami masing-masing, tetapi tetap menghargai satu sama lain.
Aku berharap bunga anggrek ini membawa berkah bagi Megawati dan bagi kita semua. Semoga bunga ini juga menjadi simbol bagi Indonesia, sebuah negara yang dihiasi oleh berbagai macam perbedaan, namun tetap bisa bersatu dalam keragaman. Aku percaya bahwa seperti anggrek yang terus tumbuh, begitu pula persahabatan kami akan terus berkembang, menapaki perjalanan yang panjang dan penuh makna.
Salam takzim dari sahabatmu
Penulis adalah esais yang fokus pada isu-isu politik dan hubungan antar tokoh dalam konteks kebangsaan Indonesia
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI