Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru - Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menghadirkan Spirit "Harta"

18 Januari 2025   11:33 Diperbarui: 18 Januari 2025   11:33 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Semnagat Kerja Keras (Sumber: Freepik) 

Menghadirkan Spirit  "Harta"

Oleh Karnita

 

"Aku termasuk pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti", begitu kata Abraham Lincoln. Selaras dengan pernyataan tersebut, Rasulullah SAW kerja keras dengan mengumpamakan burung yang pergi pagi hari dengan perut kosong dan pulang petang dengan perut yang berisi. Demikian pula firman Allah SWT dalam  surat Al Adiyat (1-5):  "Demi (kuda perang) yang berlari kencang terengah-engah, lalu memercikkan api, lalu menyerbu pada waktu subuh, maka ia menerbangkan debu, lalu menyerbu di tengah-tengah kumpulan musuh." Kalimat-kalimat di atas memiliki makna yang mendalam dan inspiratif. 

Ketiga sumber tersebut intinya menegaskan pentingnya perilaku yang gigih, penuh semangat,  dan kerja keras dalam memperjuangkan apapun, sebagaimana halnya kuda perang yang begitu  gigih, penuh semangat, dan mengerahkan seluruh kemampuannya menerjang kumpulan musuh.

Spirit semangat dan kerja keras tersebut telah direfleksikan Hartadinata Harianto, alias  Harta. Ya, pemuda berusia 17 tahun itu  adalah warga Indonesia memiliki  prestasi gemilang di Amerika Serikat. Baru-baru ini ia dinobatkan sebagai peraih Indeks Prestasi Kumulatif sempurna, yakni 4,0 dari Bard High School Early College (BHSEC). Ia berhasil mengalahkan 1.000 siswa lainnya. Prestasi ini hanya milik tiga siswa dalam satu angkatan. Dia satu-satunya orang Asia yang mendapat kehormatan  ini (18/02/2012). Wow, sungguh mengagumkan!

Ketiga pesan tersebut menegaskan pentingnya semangat dan kerja keras dalam menjalani kedinamisan kehidupan.  Kita mesti memiliki spirit yang tinggi agar tidak terempas dari batu ujian yang menghadangnya. Percayalah, bila dikarunia impian yang besar, kita akan berjalan di atas jalan keutamaan dan akan menaiki tangga dalam derajat yang tinggi. Sebab, memiliki impian berarti memiliki pusat penggerak, yang mampu membentuk kepribadian, dan yang mengawasi organ-organ tubuh. Impian itu  adalah bahan bakar jiwa dan kekuatan yang berkobar-kobar, yang akan menggerakkan pemiliknya untuk melompat tinggi memburu nilai-nilai kemuliaan.

Dalam konteks pendidikan, para guru seyogianya selalu menggelorakan impian untuk menyiapkan generasi bangsa yang akan menyongsong kejayaan bangsa. Sebab, sepanjang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, penegakan nilai-nilai etika kehidupan, dan pembentukan perilaku anak manusia, guru senantiasa menjadi pengawal paling depan. Apapun varian profesi guru, mereka adalah figur sentral dalam kehidupan kita yang kontribusinya tak dapat diganti oleh kecanggihan teknologi.

 Teori-teori dasar dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) semuanya mengenai motivasi atau harapan, mulai dari teori Maslow, teori keadilan, teori harapan, dan sebagainya. Dalam praktiknya terjadi fluktuatif, karena hidup itu dinamis, tidak selamanya kita berada di puncak harapan. Kerapkali kita menemui banyak kendala dan hambatan yang membuat kita pesimis dan  frustasi. Namun bagi para pemimpi,  dalam letih pun mereka akan tetap tersenyum dan memiliki impian. 

Keinginan untuk terus bermimpi dan keberanian untuk menyadarinya juga tidak mengenal segmentasi usia. Membayangkan dengan gamblang, membawanya dalam tidur, berpikir terus menerus mengenainya, membicarakannya, merencanakannya, menambah semua bumbu dalam mimpi-mimpi kita, hal ini akan membawa kita lebih dekat dalam merealisasikan mimpi-mimpi tersebut. Untuk itu marilah kita bermimpi dan memperjuangkan hal-hal berikut.   

Gambar: Semangat Bekerja Keras (Sumber: Freepik) 
Gambar: Semangat Bekerja Keras (Sumber: Freepik) 

Pertama, dapat memberikan layanan prima dan tanpa pamrih, baik di ruang kelas, di luar kelas, maupun di masyarakat.  Para guru hendaknya bertekad mendidik siswanya dengan tulus agar dapat  survive di tengah tatanan masyarakat global yang turbulensi (ketidakmenentuan) ini.

Kedua, selalu memperbaharui wawasan pendidikannya. Tegasnya, guru harus menjadi pembelajar sejati yang senantiasa hidupnya dihiasi dengan belajar (long life education).   Guru yang berwawasan pendidikan secara luas dan mendalam akan memahami tujuan pendidikan dan pembelajaran untuk memperbaiki perilaku siswa, yaitu senantiasa  menentukan "nasib"  masa depan siswa.

Ketiga, berkomitmen terus berikhtiar memotivasi dan menjaga semangat belajar dirinya, rekannya, dan para siswanya. Kita mestinya mengajarkan cara belajar agar dapat menggali potensi  mereka melalui revolusi belajar. Maksudnya, suatu kegiatan belajar yang memanfaatkan dan  menyelaraskan    cara kerja otal kiri dan otak kanan. Hal itu dapat dilakukan dengan mengenalkan strategi belajar, seperti aneka teknik membaca (SQ3R, PQRST), cara menghapal, cara mencatat, dan cara berpikir kreatif.

Keempat, melibatkan dan memberdayakan  dirinya secara aktif dalam organisasi dan asosiasi profesinya. Pemberdayakan melalui MGMP di berbagai level untuk  saling berbagi (sharing) pendapat atau  pengalaman. Permasalahan yang berasal dari akar rumput (grass root) ini perlu dipertimbangkan dalam perumusan yang berkaitan dengan kurikulum mata pelajarannya. Sedangkan pemberdayakan melalui organisasi profesi guru seperti PGRI, FAGI, FGII, ISPI, PDGSRI, AKSI, dan yang lainnya seyogianya dapat menjadi wahana untuk memberdayakan profesionalisme anggotanya. Sudah bukan zamannya lagi berorganisasi, hanya sekadar ikut-ikutan, patuh pada atasan, dan  memperoleh kredit point kenaikan golongan. Para guru harus mulai mamaknai aktivitas beroganisasinya yang mengarah pada  pengembangan profesinya. Untuk itulah, menyuburkan forum-forum kajian masalah pendidikan, mengikuti penataran/pelatihan tentang kependidikan, dan aktif mengisi media pendidikan yang dimiliki organisasi profesi tersebut merupakan jalan terbaik untuk menggapai profesionalisme.

Kelima, bergiat dalam lomba-lomba kreativitas. Kaum guru perlu berikhtiar untuk mengasah dan menciptakan atmosfer berkompetisi  dan tradisi ilmiah terutama dalam lingkup tugasnya. Upaya-upaya  mengikuti lomba keberhasilan mengajar,  pengembangan metodologi  pembelajaran,  pengembangan materi belajar, isu-isu global yang berinterelasi dengan pendidikan, mengkritisi kebijakan-kebijakan pendidikan baik yang diselenggarakan Depdiknas, LPMP, LPTK, instansi pemerintah, lembaga swasta, lembaga penerbitan, dan instansi lain yang care terhadap pendidikan sangatlah baik dilakukan.

Percayalah, kemampuan untuk bermimpi merupakan salah satu kualitas terbaik dari umat manusia yang tidak dimiliki oleh spesies yang lain. Oleh karena itu, bermimpilah terus dan tetapkan batas akhirnya.  Buatlah semua itu  menjadi impian yang besar, yang kecil, yang abadi, yang baru, yang mengubah hidup, yang religius, yang berenergi, atau apapun. Teruslah bermimpi, majulah, dan kerjakan! Wallahu a'lam.

Penulis adalah guru SMAN 13 Bandung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun