Seutas Cinta Abadi: Kisah The Special One dan King Drogba
Oleh Karnita
"Didier Drogba mulai datang ke dalam kehidupanku di pertandingan Liga Champions Eropa yang digelar di Stade Velodrome. Dia melakukan selebrasi layaknya itu adalah gol terakhir yang ia cetak. Riuh penonton terdengar sangat luar biasa," ujar Mourinho.
Ya, Didier Drogba, yang sering disebut King Drogba oleh para fans Chelsea. Sang legenda  memang telah menutup tirai karier sepak bolanya pada akhir 2018, tepat di usia 40 tahun.  Ia meninggalkan warisan yang tak terlupakan di dunia sepak bola. Sebagai penyerang, Drogba dikenal karena kegigihannya di lapangan, selalu siap menjadi ancaman bagi pertahanan lawan. Meski ia sempat berpindah-pindah klub, namanya selalu terikat erat dengan Chelsea, tempat di mana ia menjelma menjadi legenda. Namun, ada satu kisah yang membuat perjalanan Drogba lebih emosional dan mendalam, yakni kisah persahabatannya dengan Jose Mourinho, pelatih yang tak hanya menempa kariernya, tetapi juga menjadi bagian penting dalam hidupnya.
Kisah antara Drogba dan Chelsea mungkin tak akan lengkap tanpa peran besar Mourinho, yang lebih dari sekadar pelatih bagi pemain asal Pantai Gading itu. Ketika Drogba bergabung dengan Chelsea, ia sudah berjanji untuk memberikan yang terbaik bagi tim, namun tak banyak yang tahu bahwa di balik perjalanan kariernya yang gemilang, ada cerita tentang bagaimana Mourinho menjadi sosok yang mengubah hidupnya. Kisah ini dimulai jauh sebelum mereka bekerja bersama di Stamford Bridge, pada masa ketika Mourinho masih melatih FC Porto dan Drogba tampil gemilang di Marseille.
Perkenalan pertama antara Mourinho dan Drogba terjadi pada pertandingan Liga Champions 2003/04, saat Porto bertandang ke Marseille. Di laga itu, Drogba mencetak gol yang membuat Mourinho terkesan. Meski kalah dalam pertandingan tersebut, satu hal yang paling diingat oleh Mourinho bukanlah skor akhir, melainkan aksi luar biasa Drogba di lapangan. "Dia melakukan selebrasi seolah itu adalah gol terakhir yang ia cetak," kenang Mourinho, mengungkapkan kesan pertamanya terhadap sang penyerang.
Mourinho yang saat itu masih melatih Porto terpesona dengan potensi Drogba, meskipun kesempatannya untuk mendatangkan sang pemain terbatas oleh keterbatasan dana. Namun, setelah Porto meraih gelar Liga Champions, Mourinho mendapatkan kesempatan untuk melatih Chelsea yang saat itu baru saja dibeli oleh Roman Abramovich, seorang miliarder asal Rusia. Dengan dana yang jauh lebih besar, Mourinho langsung mengarahkan mata kepada Drogba, meskipun sang pemilik klub sempat terkejut mendengar nama Drogba, yang pada waktu itu belum begitu terkenal di kalangan penggemar sepak bola Eropa.
"Bayar saja dan tak usah banyak bicara," jawab Mourinho tegas kepada Abramovich saat sang pemilik klub meragukan keputusan tersebut. Akhirnya, Chelsea mengeluarkan dana besar untuk mendatangkan Drogba ke London, memulai perjalanan mereka bersama yang penuh tantangan dan kejayaan. Bagi Drogba, kepercayaan Mourinho adalah sesuatu yang sangat berharga, dan ia berjanji akan berjuang untuk sang pelatih. "Aku akan berjuang untukmu, dan pastikan kamu tidak akan menyesalinya," kata Drogba dengan keyakinan.
Namun, perjalanan itu tidak selalu mulus. Drogba sempat merasa tidak nyaman dengan peran barunya di Chelsea, terutama di awal kedatangannya. Dia merindukan kenyamanan yang ia rasakan di Marseille, tempat di mana ia menjadi raja dan pusat perhatian. Tapi Mourinho dengan bijak menasehati Drogba, mengatakan bahwa di Chelsea, ada banyak raja yang lebih besar dari dirinya, dan di situlah ia harus membuktikan kualitasnya. "Disini ada 22 raja. Pergi bermain bersama mereka, atau tinggalkan tempat ini dan jangan pernah kembali," kata Mourinho, yang membuat Drogba memilih untuk tetap bertahan dan menunjukkan kemampuan terbaiknya.
Tantangan tersebut membawa Drogba ke level yang lebih tinggi. Dengan bimbingan Mourinho, ia berhasil menjelma menjadi salah satu penyerang terbaik dunia. Bersama Mourinho, Drogba mengubah wajah Chelsea, memenangkan tiga gelar Premier League, satu FA Cup, dan berbagai trofi domestik lainnya. Namun, yang lebih penting, ia belajar bahwa untuk menjadi yang terbaik, ia harus berkembang di antara pemain-pemain hebat lainnya, bukan hanya menjadi bintang satu-satunya. Persahabatan mereka pun semakin kuat, seiring dengan pencapaian bersama yang semakin gemilang.
Puncaknya terjadi di final Liga Champions 2012, saat Drogba menjadi pahlawan bagi Chelsea dalam pertandingan yang penuh emosi melawan Bayern Munich. Dengan gol penyeimbang di menit-menit terakhir, ia membawa Chelsea meraih trofi Liga Champions pertama mereka. Itu adalah momen emosional, tak hanya bagi Drogba, tetapi juga bagi Mourinho, yang meski telah pergi dari Chelsea, merasa bangga atas pencapaian tersebut. Drogba mencetak gol yang akan dikenang sepanjang masa, dan Mourinho tetap menjadi sosok yang tidak tergantikan dalam kariernya.
Mourinho akhirnya kembali ke Chelsea pada 2013, dan pada 2014, Drogba dipanggil kembali ke Stamford Bridge. Meski sudah tidak muda lagi, Drogba tetap menjadi bagian penting dari tim yang kembali meraih trofi Liga Inggris. Bagi Mourinho, memulangkan Drogba adalah keputusan yang tepat, karena ia tahu bahwa Drogba adalah pemain yang memiliki komitmen luar biasa. Begitu pula bagi Drogba, Mourinho adalah pelatih yang telah mengubah karier dan hidupnya.
Pada akhirnya, Drogba menyadari bahwa ia tidak akan pernah menjadi pemain hebat tanpa peran Mourinho. "Dia (Mourinho) telah mengubah hidupku. Dia juga telah mengubah hidup keluargaku," kata Drogba dengan penuh rasa terima kasih. Mourinho tidak hanya mengajarkan Drogba bagaimana menjadi pemain terbaik, tetapi juga bagaimana menjadi pribadi yang lebih baik di luar lapangan.
Kisah antara Drogba dan Mourinho bukan hanya tentang sepak bola, melainkan tentang sebuah persahabatan yang tulus dan saling mendukung. Mereka bukan hanya dua orang yang bekerja bersama, tetapi dua individu yang saling percaya, menghormati, dan memberikan yang terbaik untuk satu sama lain. Kisah ini mengajarkan kita bahwa persahabatan sejati terbentuk melalui saling mendukung dalam suka maupun duka, dan bahwa kepercayaan adalah fondasi yang kuat dalam setiap hubungan.
Tentu saja, kisah persahabatan Mourinho dan Drogba bukan hanya sebuah perjalanan karier yang luar biasa, tetapi juga mengajarkan banyak hal tentang nilai-nilai persahabatan yang mendalam. Pada banyak kesempatan, Mourinho selalu memuji Drogba bukan hanya sebagai pemain hebat, tetapi juga sebagai pribadi yang berkarakter. Persahabatan mereka didasari oleh rasa saling menghargai, baik di dalam maupun di luar lapangan. Mourinho bukan sekadar pelatih yang memberikan instruksi, tetapi sosok yang selalu ada untuk Drogba saat menghadapi masa-masa sulit. Di sisi lain, Drogba memberikan kepercayaan dan kesetiaan tanpa syarat kepada Mourinho, yang membuktikan bahwa dalam sebuah hubungan yang tulus, kedua pihak harus siap memberi lebih dari sekadar apa yang diharapkan.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa persahabatan sejati sering kali terjalin melalui tantangan, bukan hanya kebahagiaan semata. Mourinho dan Drogba menunjukkan bagaimana mereka saling memperjuangkan impian masing-masing, sambil terus mendukung satu sama lain. Meski tidak selalu mudah, keduanya saling mendidik dan mendorong untuk menjadi yang terbaik. Dalam dunia yang sering kali penuh kompetisi dan ambisi pribadi, hubungan seperti ini adalah pengingat bahwa persahabatan yang dibangun atas dasar saling percaya, kesetiaan, dan pengorbanan akan selalu lebih besar dari segalanya. Ya, kisah ini juga mengingatkan kita bahwa persahabatan sejati adalah anugerah yang tak ternilai. Ia memberi kita kekuatan untuk mengatasi segala tantangan dalam hidup. Seperti halnya Mourinho dan Drogba, kita juga membutuhkan seseorang yang bisa diandalkan, yang tidak hanya hadir di saat-saat senang, tetapi juga saat-saat penuh ujian.
Sungguh Kisah Klasik The Special One dengan King Drogba telah merepresentasikan sebuah persahabatan yang tumbuh dalam perjalanan panjang, penuh tantangan, dan saling membesarkan. Sebuah persahabatan yang tulus akan bertahan seiring berjalannya waktu, meninggalkan kenangan indah yang tak akan pudar. Begitulah, kisah klasik penuh cinta yang tak berujung.
                                                              Penulis adalah pengamat karakter dan kepemimpinan yang tertarikÂ
                                                            menganalisis tokoh-tokoh inspiratif, termasuk dalam dunia olahraga
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=VEez1oApdBs[/embedyt]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI