Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru - Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Perlukah Belajar Hidup Susah?

14 Januari 2025   17:33 Diperbarui: 15 Januari 2025   18:53 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak juga tidak lantas putus asa ketika mengalami kegagalan. Bila tidak terbiasa dengan hidup susah, sontekan kecil saja diselesaikan dengan bunuh diri. 

Gara-gara putus cinta, kehilangan kerja, atau sulit mencari pekerjaan, lantas mengakhiri hidup. Dalam pendidikan mereka yang terbentuk akan menep.

Dengan terbiasa mengalami beragam situasi sulit, anak lebih terbiasa ketika suatu saat mengalami perubahan hidup, termasuk ketika harus mengalami kesusahan. 

Menjadi orang kaya dan berkecukupan semua orang tidak perlu belajar. Untuk menikmati kehidupan serba berkecukupan, semua orang tidak akan canggung menjalaninya. Namun untuk menjalani hidup susah, kebanyakan orang tidak siap.

Tanpa terbiasa hidup susah, dan anak hidup berkecukupan, ia tidak akan tahan banting. Lebih banyak anak sukses lahir dari keluarga tidak berkecukupan. Hidup prihatin yang dijalani semenjak dini telah menempanya menjadi orang yang tegar dan tabah menghadapi semua kesulitan.

Mengajarkan prinsip hidup ugahari atau menunda pemuasan adalah keharusan. Ugahari berarti menggembleng seseorang ke arah hidup prihatin selain menjunjung tinggi disiplin dan kebenaran. 

Anak-anak yang terbiasa menunda pemuasan, misalnya, tampak dari cara mereka makan yang menyisihkan yang enak seperti daging dan telur untuk dimakan belakangan.

Mengajar anak hidup susah juga perlu diberi tahu bahwa dalam hidup uang bukanlah segala-galanya. Perlu ditanamkan bahwa sahabat lebih bernilai daripada uang. 

Pepatah lama mengatakan, satu orang musuh sudah terlampau banyak. Mempunyai uang banyak, tetapi banyak musuh tidak ada artinya. Tak semua semerbak kehidupan dapat dipuaskan dengan uang. Hanya mereka yang disiapkan dengan baik yang mampu menghadapi ganasnya hidup belakangan ini. 

Maka, di tengah gugatan pendidikan yang mengabaikan proses belakangan ini, wacana pendidikan ugahari atau matiraga relevan dikembangkan lagi. Wallahu a'lam.

Penulis adalah guru SMAN 13 Bandung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun