Kalaidoskop Pendidikan 2024: Refleksi dan Resolusi untuk Tahun 2025
Oleh Karnita
Tahun 2024 telah berlalu, membawa serta berbagai dinamika dalam dunia pendidikan Indonesia. Sejumlah prestasi dapat dicatat, namun tak sedikit pula tantangan yang terus mengemuka. Seperti kaca pembesar yang memproyeksikan gambaran dari berbagai sudut, kalaidoskop pendidikan 2024 memperlihatkan gambaran yang kompleks. Mari kita telaah dan renungkan, serta menetapkan resolusi untuk masa depan yang lebih baik di tahun 2025.
Anggaran Pendidikan: Masih Jauh dari Ideal
Salah satu sorotan utama tahun ini adalah alokasi anggaran pendidikan yang terus menjadi perbincangan hangat. Meski anggaran pendidikan mencapai angka yang lebih besar dari tahun sebelumnya, tetap saja pembagian dan penggunaannya sering kali tidak proporsional. Anggaran yang besar seringkali hanya terasa manfaatnya bagi sektor-sektor yang kurang berdampak langsung pada kualitas pendidikan, sementara pengembangan kapasitas guru dan peningkatan infrastruktur sekolah, yang lebih mendesak, sering kali terabaikan. Seperti pepatah mengatakan, "Besar pasak daripada tiang," pengalokasian anggaran yang tidak tepat sasaran memperlihatkan betapa besar ambisi yang belum diimbangi dengan strategi yang tepat.
Pendidikan Karakter: Masih Minim Integrasi dalam Kurikulum
Selain masalah anggaran, pendidikan karakter yang menjadi isu sentral dalam berbagai kebijakan pendidikan belum juga terintegrasi secara mendalam dalam kurikulum yang ada. Meskipun sudah ada program-program yang mencoba memperkenalkan nilai-nilai karakter, sering kali ini hanya menjadi acara sampingan dalam pembelajaran. Pendidikan karakter bukan hanya sekadar teori, tetapi harus menjadi bagian dari setiap aspek kehidupan di sekolah---dalam sikap guru, hubungan antar siswa, hingga aktivitas sehari-hari. Namun, di lapangan, pendekatan yang lebih pragmatis dalam mengejar hasil akademik sering mengabaikan pendidikan moral yang mendalam.
Perkembangan Teknologi: Ancaman dan Peluang
Satu lagi hal yang patut menjadi perhatian adalah perkembangan teknologi dalam pendidikan. Di satu sisi, teknologi memberikan kemudahan akses pendidikan melalui berbagai platform digital. Namun, di sisi lain, ketimpangan akses terhadap teknologi masih menjadi isu besar, terutama di daerah-daerah terpencil. Selain itu, kemajuan teknologi juga membuka celah bagi pengaruh negatif seperti kecanduan media sosial dan penurunan kualitas interaksi sosial antar siswa. "Fiat lux", semoga cahaya teknologi ini bukan hanya memberikan kemudahan, tetapi juga menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih inklusif dan bermakna.
Kesenjangan Sosial dalam Pendidikan: Realita yang Tak Terelakkan
Kesenjangan sosial dalam pendidikan, yang tercermin dalam ketimpangan kualitas antara sekolah-sekolah di kota besar dan daerah, masih menjadi masalah yang belum teratasi dengan baik. Siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu sering kali tidak mendapatkan akses yang sama dengan mereka yang memiliki sumber daya lebih. Kualitas fasilitas pendidikan, keberadaan guru berkualitas, dan akses terhadap pendidikan tinggi menjadi ladang ketidaksetaraan yang terus berlanjut. Oleh karena itu, kita perlu menuntut adanya pemerataan fasilitas dan kualitas pendidikan agar tidak ada anak bangsa yang tertinggal hanya karena latar belakang sosial ekonomi mereka.
Ketimpangan Kualitas Guru: Tugas Besar di Tahun 2025
Guru adalah kunci utama dalam kualitas pendidikan. Namun, meskipun ada upaya peningkatan kesejahteraan dan pelatihan guru, masih banyak tantangan dalam hal kualitas pengajaran. Banyak guru yang kurang memiliki keterampilan untuk mengadaptasi metode pengajaran terbaru, apalagi menguasai teknologi pendidikan yang semakin berkembang. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas guru harus menjadi salah satu fokus utama di tahun 2025. Guru yang kompeten tidak hanya berbicara tentang pengetahuan akademik, tetapi juga tentang kemampuan mereka untuk membentuk karakter dan moral siswa.
Evaluasi Kurikulum: Mewujudkan Pendidikan yang Relevan
Pentingnya kurikulum yang relevan dengan kebutuhan zaman juga tidak bisa diabaikan. Kurikulum yang ada saat ini masih terlalu fokus pada aspek akademik semata, sementara aspek keterampilan praktis dan pengembangan karakter kurang mendapat perhatian. Di dunia yang terus berubah, kurikulum harus beradaptasi agar siswa tidak hanya menjadi individu yang pintar secara akademis, tetapi juga memiliki keterampilan hidup yang dapat diandalkan dalam menghadapi dunia kerja dan tantangan sosial. Kurikulum yang fleksibel dan berbasis pada kebutuhan dunia nyata harus menjadi bagian dari perencanaan pendidikan di tahun 2025.
Menyongsong Tahun 2025: Refleksi dan Resolusi
Melihat perjalanan pendidikan selama tahun 2024, saatnya kita merenung. "Non scholae, sed vitae discimus," kita belajar bukan untuk sekolah, tetapi untuk hidup. Pendidikan adalah sarana untuk menyiapkan generasi yang siap menghadapi tantangan hidup. Di tahun 2025, kita harus melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan pendidikan yang telah diterapkan. Pendidikan harus berfokus pada kualitas, relevansi, dan pemerataan. Pemerintah, pendidik, dan masyarakat harus berkomitmen untuk memperbaiki sistem pendidikan dengan mendalam, menciptakan lingkungan yang mendukung, serta memperhatikan kebutuhan riil siswa.
Salah satu resolusi yang harus kita ambil adalah mewujudkan pendidikan yang inklusif dan berkeadilan. Tidak hanya memfokuskan pada anak-anak di perkotaan, tetapi juga di daerah terpencil, serta mereka yang memiliki kekurangan fisik atau mental. Pemerataan fasilitas dan kesempatan harus menjadi prioritas agar semua anak bangsa mendapat kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang. Pendidikan harus menjadi alat untuk mengatasi ketimpangan sosial, bukan malah memperburuknya.
Tahun 2025 adalah titik awal untuk membuat perubahan nyata dalam dunia pendidikan Indonesia. Kita perlu bersatu untuk menciptakan sistem pendidikan yang tidak hanya mampu menghasilkan lulusan yang cerdas, tetapi juga berkarakter dan peduli terhadap sesama. Pendidikan berkualitas adalah investasi terbaik bagi masa depan bangsa. Mari kita mulai sekarang dengan komitmen yang kuat untuk melakukan perubahan yang bermakna.Wallahu a'lam.
                                                                                        Penulis adalah  guru di SMA Negeri 13 Bandung
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI