Mohon tunggu...
Mbedah Alam
Mbedah Alam Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Kutubut Turost

Mbedah Alam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Menantang Takdir

26 Maret 2019   11:13 Diperbarui: 1 April 2019   11:11 3776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar dari http://ihsan2912.blogspot.com

aku mulai nggak sabar ingin mengetahui kaita antara cerita tadi dengan penyakit yang sedang dialaminya.

 "Begini mas, ia mulai melanjutkan ceritanya. "saya mengikuti seleksi tes untuk lulus masuk menjadi seorang tentara tidak cukup satu atau dua kali, tapi berulang kali dan akhirnya pada seleksi yang ketujuh aku keterima lulus menjadi seorang tentara dan tentunya itu tidak cuma-cuma mas". tidak cuma-cuma bagaimana pak?". aku bertanya. "ya itu tadi harus mengeluarkan sejumlah uang yang lumayan banyak mas". Jawabnya,. 

Dengan keheranan aku terus mendengarkan kisah pasien tadi."dan mulai saat itulah aku masuk pusat pelatihan dan pendidikan seorang tentara, dengan gagah dan penuh kegembiraan aku lalui hari-hari di barak pelatihan militer, aku dilatih berbagai macam strategi perang dan metode pengendalian segala macam persenjataan, setelah selesai pendidikan kemudian aku ditempatkan disebuah kesatuan militer yang bertugas menjinakkan bom. 

Sejenak pasien tersbut terdian sambil menerawang kea rah langit-langit dalam ruangan rumah sakit, kulihat matanya berkaca-kaca dan meulai basah oleh air mata. 

Aku beranikan diri untuk bertanya lagi. "lho bikannya bapak harus senang dan bangga setelah lulus dan diterima sebagai seorang militer dan kemudian ditugaskan menjadi bagian pasukan penjinak bom, tapi kenapa kelihatannya bapak kok malah sedih???". 

Pasien tadi masih terdiam dengan kesedihannya yang Nampak jelas dari raut mukanya, aku mulai tidak merasa nyaman, "adakah yang salah dengan pertanyaanku?apakah pertanyaanku kurang berkenan dan menyinggung perasaannya?" aku mulai berkutat dengan pikiranku sendiri, tapi kubiarkan prasangkaku dengan seolah-olah tidak menggubris keadaannya. 

Sambil mengusap air matanya yang menetes di pipi dengan tisu, pasien tadi melanjutkan kisah hidupnya. "dan itulah awal dari kondisiku sekarang ini yang aku alami"."memangnya bapak telah mengalami apa?, sakit apa yang diderita bapak?".tanyaku ingin segera tahu. 

"saudara boleh lihat kaki kananku" sambil membuka kain penutup kakinya ia mempersilahkan apa yang terjadi dengan kakinya, dan alangkah terkejutnya aku, ternyata....."SUBHANALLAH" setengah berteriak aku bertasbih melihat kondisi kaki pasien tersebut karena kaki kanannya telah diamputasi. 

"apa yang menimpa kaki bapak hingga seperti ini kondisinya?".tanyaku kepada pasien tersebut. "ini adalah buah dari kengototanku, kekerasan kemauanku, menuruti hawa nafsu, ingin menjadi seorang militer sehingga aku rela mengeluarkan sejumlah uang demi tercapainya niat tersebut.

"Dan yang terparah lagi adalah aku telah menuntut agar Tuhan memenuhi segala keinginku yang diantaranya bisa masuk menjadi seorang tentara, tapi aku tidak pernah melihat kepada diriku sendiri apakah aku sudah mampu memenuhi kehendak Tuhan dalam diriku, aku tidak pernah berfikir bagaimana kemauan Nya kepada diriku, mungkin sebenarnya Tuhan telah memberikan peringatan kepadaku bahwa sebenarnya tempatku bukan di militer tapi mungkin di bidang lain". 

Sambil terus menyadari kekeliruan dalam hidupnya, pasien tersebut melanjutkan kisahnya. "kalau seandainya aku menyadari hal ini sejak awal mungkin saja kejadiannya tidak seperti ini". "memang kejadian sebenarnya seperti apa pak?".tanyaku seolah-olah sebagai seorang psikiater."sebentar mas, tolong ambilkan aku minuman di atas meja itu". Pintanya kepadaku dan segera saja aku ambilkan karena aku sudah semakin penasaran dengan kisahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun