Mohon tunggu...
Karman Mustamin
Karman Mustamin Mohon Tunggu... profesional -

Achieved a certificate from Jim Russell Racing Drivers School (JRRDS) at Donington Park, in 1993 and held a single seated racing drivers licensed from Royal Automobile Club (RAC), UK.\r\nFounder Smart Driving Institute (SDI). SDI particularly motivating and learning to the road user how to come as a low risk drivers and also develop their driving behavior.\r\nFollow me on twitter: @karman_mustamin

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Serasa Menumpang Metro Mini (JMJ-3)

14 Agustus 2013   13:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:19 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berada di dalam kabin mobil baru Tertib Manalu, aku mencoba duduk lebih santai dengan sepasang tungkai kaki agak selonjor. Sambil bersiul-siul kecil, Tertib dengan lincah melakukan olah kemudi. Situasi lalu lintas di bulevar Sudirman sore itu, kebetulan tak terlalu padat.

Tapi niat untuk selonjor dan santai, ternyata hanya bertahan sekejap. Tubuhku agak terdorong ke depan, di saat Tertib tiba-tiba mengerem mendadak. Aku baru berusaha memperbaiki posisi duduk, namun punggungku sudah keburu menghentak ke sandaran jok akibat akselerasi yang tiba-tiba. Hmmm…, bagai menumpang bus kota saja….

“Dulu waktu masih pakai minibus, aku tak bisa seperti ini. Tapi dengan sedan ini, gampang sekali aku mendahului mobil di depan. Sekali tekan pedal gas, brrrmmmm…,” tukas Tertib.

“My friend, selain soal pilihan bensin yang salah, rupanya ini pula yang jadi biang keladi mobil ini sehingga boros mengkonsumsi bahan bakar ,” kataku.

“Alamak, apa pula ini. Banyak kali teori kau nih.... Tapi tak apa. Coba kau ceritakan lagi,” timpal Tertib, sembari tatapannya tak lepas mengamati celah ruang yang cukup untuk aksi selap-selipnya.

“Begini. Seluruh aktivitas operasional mesin mobil ini diatur oleh sebuah komputer. Untuk mendahului mobil di depan dengan cepat, dibutuhkan yang namanya akselerasi. Nah, akselerasi ini didapat, seiring dengan bertambahnya putaran mesin,” kataku.

“Terus…???” tanya Tertib, yang masih berusahamendahului mobil di depannya.

“Putaran mesin yang bertambah atau lebih tinggi, direspon oleh sistem computer di mobil ini dengan memerintahkan pasokan volume bahan bakar yang lebih besar pula,” aku menjelaskan.

“Lha, kalau putaran mesin tak bertanbah, kecepatan gak bertambah, bagaimana pula bisa mendahului mobil di depan itu?” kata Tertib lagi, kali ini kembali dengan gaya protesnya yang khas.

“Bisa saja. Lakukan pertambahan putaran mesin dan kecepatan secara gradual, bertingkat. Bukan dengan cara tiba-tiba seperti ini. Lakukan proses mendahului, bila memang ruang yang tersedia cukup sehingga tak perlu pula mengerem tiba-tiba,” kataku.

Tertib mengurangi sedikit tekanan di pedal akselerator.Deru mesin kembali normal.

Sesaat berikutnya, jarum tachometer (petunjuk putaran mesin, red) bergerak naik dengan perlahan di saat Tertib mulai menambahkan sedikit tekanan. Kecepatan pun ikut meningkat, tanpa disertai raungan mesin. Sementara itu, pusaran tenaga yang dihasilkan mesin, kian bergolak dan tersalur ke sistem penggerak. Roda mobil berputar makin kencang, dan sebuah mobilyang tadinya berada di depan kini terlewati.

“Kawan, resep kau ini manjur juga. Aku bisa mendahului mobil itu tanpa harus ngotot dengan mesin meraung-raung. Gerakan mobil pun, rasanya lebih nyaman,” ujar Tertib, rona wajahnya terlihat amat senang.

“Hmmmm…, ya lebih nyaman. Dan yang lebih penting, pola mengemudi yang istilahnya eco-driving seperti ini jauh lebih efisien, irit, dan aman,” aku menimpali.

Lampu jalan yang menyorot di sepanjang bulevar, jatuh memantul di atas bonnet. Bias cahanya berpendar. Malam yang mulai turun terasa damai.

“Ah, andaikan semua pengemudi bisa berlaku seperti Tertib Manalu saat ini, berapa rupiah yang bisa dihemat dari konsumsi bahan bakar di jalan raya?” (bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun