Mohon tunggu...
I Komang Karlo Adinata A
I Komang Karlo Adinata A Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa sesmester 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Faklustas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha

Hobi Badminton

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menanamkan Toleransi Sejak Usia Dini: Peran Pendidikan Multikultural Di SD Negeri 9 Sangsit, Bali

25 Desember 2024   15:18 Diperbarui: 30 Desember 2024   09:29 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Observasi SD Negeri 9 Sangsit

Di tengah cepatnya perubahan dunia, pendidikan multikultural di Sekolah Dasar (SD) menjadi jembatan penting dalam membentuk anak-anak yang tumbuh dengan rasa saling menghargai dan peduli terhadap sesama. SD Negeri 9 Sangsit, yang terletak di Banjar Dinas Pabean, Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, adalah salah satu sekolah yang mencerminkan keberagaman dengan indah. Di sekolah ini, siswa berasal dari berbagai latar belakang agama dan budaya. Mayoritas beragama Islam, sementara sebagian lainnya beragama Hindu, Kristen, dan Buddha. Keberagaman ini adalah anugerah yang menjadi modal berharga dalam menanamkan nilai toleransi dan empati sejak usia dini. 

Mengapa Pendidikan Multikultural Itu Penting di SD Negeri 9 Sangsit? 

Bali, sebagai tempat pertemuan budaya dan agama dari berbagai penjuru dunia, memberikan kesempatan besar bagi anak-anak untuk tumbuh dalam lingkungan yang kaya akan perbedaan. SD Negeri 9 Sangsit, dengan letaknya yang dekat dengan pelabuhan, menjadi titik bertemu berbagai komunitas. Pendidikan multikultural di sekolah ini bertujuan membantu siswa melihat keberagaman sebagai kekayaan, bukan sesuatu yang membedakan atau memisahkan. 

Menanamkan Toleransi dan Rasa Hormat Sejak Kecil 

Masa kanak-kanak adalah masa yang bagus untuk membentuk karakter dan nilai-nilai hidup. Di SD Negeri 9 Sangsit, kegiatan seperti mendongeng cerita rakyat dari berbagai daerah menjadi cara yang menyenangkan untuk memperkenalkan budaya lain. Guru-guru, seperti Ibu Arie Dipta, mengajar dengan hati dan memperkenalkan siswa pada tradisi dan cerita dari berbagai latar belakang. Dalam wawancara saya saat melakukan observasi, Ibu Arie bercerita bagaimana anakanak dari beragam latar belakang bisa saling berteman tanpa melihat perbedaan sebagai halangan. 

Misalnya, ketika Hari Raya Nyepi tiba, siswa non-Hindu diajak untuk memahami makna sunyi dan introspeksi diri. Begitu juga saat Idul Fitri atau Natal, semua siswa ikut merayakan kebahagiaan bersama. Sekolah bahkan memberikan kebijakan untuk memulangkan siswa Muslim lebih awal pada hari Jumat agar mereka dapat melaksanakan salat Jumat. Hal ini adalah contoh nyata bagaimana penghormatan terhadap perbedaan diterapkan dalam kehidupan seharihari. 

Menghadapi Keberagaman dengan Percaya Diri 

Anak-anak di SD Negeri 9 Sangsit dibekali dengan pemahaman bahwa perbedaan adalah hal yang wajar dan indah. Dalam wawancara, beberapa siswa menyampaikan bahwa memiliki teman yang berbeda agama dan budaya membuat mereka merasa lebih kaya secara emosional dan sosial. Mereka juga belajar untuk memahami dan menerima bahwa dunia ini penuh dengan perbedaan. 

Kegiatan ekstrakurikuler seperti tari tradisional Bali, gamelan, dan pementasan drama menjadi ruang bagi siswa untuk mengekspresikan budaya mereka. Kegiatan ini bukan hanya hiburan, melainkan juga cara untuk memperkuat rasa bangga akan warisan budaya masing-masing. 

Menghapus Sekat dan Mencegah Diskriminasi 

Meski suasana sekolah umumnya harmonis, permasalahan seperti ejekan dan perundungan kecil terkadang muncul. Namun, guru dan staf SD Negeri 9 Sangsit tidak tinggal diam. Mereka berusaha menangani hal ini dengan mengajarkan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila, seperti gotong royong dan toleransi. Guru membentuk kelompok belajar yang anggotanya beragam agar siswa dapat berinteraksi lebih dalam dan membangun rasa empati. 

Proyek seperti "Pekan Budaya" diadakan untuk memperkenalkan siswa pada budaya temantemannya. Di sini, mereka berbagi cerita, pakaian adat, dan makanan khas daerah masingmasing. Cara ini membantu siswa melihat perbedaan sebagai sesuatu yang memperkaya, bukan untuk memisahkan. 

Dampak Positif Pendidikan Multikultural untuk Anak di SD Negeri 9 Sangsit : 

Pendidikan multikultural di SD Negeri 9 Sangsit membawa banyak dampak positif bagi perkembangan siswa: 

1. Empati yang Lebih Dalam Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang beragam lebih mudah memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain. Mereka cenderung memiliki rasa kepedulian yang tinggi dan berinisiatif membantu teman yang membutuhkan. 

2. Solidaritas dan Kerja Sama Siswa terbiasa bekerja dalam kelompok yang anggotanya berasal dari latar belakang berbeda. Hal ini memperkuat rasa solidaritas dan menciptakan hubungan yang erat di antara mereka. 

3. Menghargai Perbedaan Siswa belajar bahwa perbedaan budaya dan agama adalah hal yang indah dan harus dirayakan. Mereka bangga akan keberagaman teman-temannya dan merasa dunia ini lebih kaya dikarenakan hal tersebut. 

Langkah Nyata Penerapan Pendidikan Multikultural di SD Negeri 9 Sangsit : 

Memperkenalkan Budaya Lokal dan Nasional dengan Cinta 

Guru di SD Negeri 9 Sangsit menjadikan kelas sebagai ruang eksplorasi budaya. Saat "Hari Budaya Nusantara" tiba, siswa menggunakan pakaian adat dan membawa makanan khas daerah masing-masing. Orang tua juga dilibatkan dalam acara ini, menciptakan suasana yang penuh kehangatan dan kebersamaan. 

Menjembatani Perbedaan Melalui Kegiatan Lintas Budaya 

Dalam program "Jelajah Budaya," siswa diajak mengunjungi pura, masjid, dan gereja di sekitar Bali. Mereka belajar bahwa setiap tempat ibadah memiliki nilai luhur yang serupa—mengajarkan kebaikan dan kasih sayang. Program ini membantu siswa mengenali nilai-nilai kemanusiaan universal yang ada dalam setiap tradisi. 

Materi Pembelajaran yang Merangkul Semua 

Meskipun belum ada mata pelajaran sejarah khusus tentang multikulturalisme, guru memanfaatkan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) untuk menyisipkan nilainilai toleransi dan keberagaman. Metode Problem-Based Learning (PBL) sering digunakan, di mana program ini siswa diajak memecahkan masalah terkait keberagaman melalui diskusi dan presentasi. 

Kesimpulan 

Pendidikan multikultural di SD Negeri 9 Sangsit adalah refleksi dari kehidupan masyarakat Indonesia yang beragam dan penuh cinta. Anak-anak diajarkan bahwa dunia yang damai dibangun dari sikap saling memahami dan menghargai perbedaan. Inilah bekal berharga yang akan mereka bawa hingga dewasa, menjadikan mereka generasi yang siap menjaga harmoni di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun