Sebuah berita pagi diputar di salah satu kos di kawasan depok, terdengar sama sebuah berita tentang bunuh diri disana, tepatnya percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh seorang mahasiswa, mencoba menyayat pergelangan tangannya dengan sebuah pisau, dia di larikan ke rumah sakit setelah kehilangan begitu banyak darah, aku yang memang merasa Lelah dengan hidup, berpikir, apakah ku akhiri juga hidupku ini, rasanya tercekik setiap saat membuatku memang ini segera pergi.
Namun tiba pada sebuah telepon yang menyadarkanku dari kenyataan dan membuat berita yang ku putar di handphone terhenti, tertulis di sana seorang yang amat aku kenal, segera ku angkat telponnya.
"kar lu bisa anter gua ke rumah sakit gak, lagi gak ada kendaraan ni, uang gua di atm semua, gua gak akan sempet kalau harus ngambil dulu, kalau pake gojek gua takutnya nangis di motor, tolong gua yah." Ucap dia tanpa jeda, kujawab singkat "oke gua otw, segera kuambil kunci motor dan bergegas menuju tempat tinggalnya, tanpa terlihat mata sembab habis menangis, aku segera mempersilahkannya duduk dan langsung kutancap gak menuju rumah sakit yang dia maksud.
Sampai dirumah sakit ku turunkan dia di lobby, dia bilang kamar anggrek lantai dua susul gua abis parkir, akus segera memarkir sepeda motorku di tempat parkir rumah sakit, berjalan santai menuju lantai dua dan menanyakan kamar yang diberi tahu temanku, kulihat seorang laki laki yang kulihat di berita tadi, dia yang berusaha pergi.
Tampaknya dia telah kembali ke dunia, dalam benakku aku ingin bertanya bagaimana saat usaha pergimu gagal, apakah kamu akan mencoba kembali atau lebih memaknai hidup tapi sepertinya pertanyaan itu terlalu tidak sopan untuk ditanyakan pada orang yang baru saja lolos dari mau yang ingin dia rahi, nanti saja saat semua telah baik baik saja.
Kuhampiri temanku yang tengah menemani orang tuanya yang terkena serangan jantung, usut punya usut dia baru pulang dari luar kota dan mendengar kabar dari orang rumah ayahnya kena serangan jantung jadi dia bergegas menuju rumah sakit.Â
Aku menyalami tangan ayah temanku dan saudara lain yang kebetulan ada disana, sekilas tampak raut wajah lega tergambar di wajah temanku, pagi ini sungguh pagi yang lambat kemudian berubah cepat dan kembali melambat. Aku menemani temanku beberapa kali ke rumah sakit, alasan dia sih karena gak ada uang casa tau saldo terus, padahal cuman minta di temenin, karena ujung ujungnya dia tf juga uang yang dia janjikan dengan aku mengantarnya.
Setelah beberapa kali mengantar temanku aku mengetahui bahwa rumah sakit ini memiliki atap teduh diatas, aku berjalan menuju atap Gedung karena ingin melihat pemandangan yang sedikit berbeda, aku pamit pada temanku terlebih dahulu pastinya.
Ketika aku membuka pintu yang menghubungkan dengan atap Gedung, kulihat seorang pria tengah duduk di sisi Gedung paling luar, dari yang aku lihat dia adalah laki laki yang berusaha pergi di berita tempo hari.
Katanya kalau bunuh diri dengan cara menjatuhkan diri dari Gedung memiliki kemungkinan berhasil lebih besar dibandingkan dengan cara lain, karena kemungkinan untuk berbalik yang tentu saja mustahil dan kerusakan yang ditimbulkan sangat besar, apalagi mengingat kondisi tenaga medis kita saat ini.
Dia berbalik menatapku dan kembali menatap ke depan, sepertinya kali ini dia tidak berusaha pergi, aku menghampirinya dan duduk di sampingnya, kami hanya diam dan menatap ke arah depan. Tiba tiba sebuah pertanyaan terdengar dari dia.
"aku melakukan itu hanya ingin tahu apakah seseorang akan menyelamatkanku atau mencariku jika aku hilang, apakah itu sesuatu yang salah ?'" tanyanya kepadaku.
"yaudah temenan sama aku yu, nanti aku cariin kalau kamu ilang." Aku tersenyum dan merangkul pundaknya.
"kamu tidak menjawab pertanyaanku."dia melepas rangkulanku.
"aku bukan seorang guru, tidak bisa menjawab pertanyaan, mungkin kamu harus bertanya pada orang lain." Jawabku dengan senyuman yang kuartikan aku saja tidak pernah dicari, jadi bagaimana aku bisa menjawab pertanyaanmu itu.
Hening kami kembali memusatkan pandangan ke depan, memandang sebuah Gedung tua terbengkalai yang entah akan dijadikan apa sebelumnya. Pemandangan matahari terbit terlihat di depan sana, sungguh indah kupandang.
Aku mencoba mengeluarkan perasaan dengan sebuah hembusan kelelahan, akhirnya hari ini berlalu dengan tanpa apapun kembali, tidak ada sesuatu yang disesali karena aku tidak terlalu melakukan banyak turbulensi dalam menjalani hari ini.
"kamu tahu, aku melakukan serangkaian pencarian mengenai bunuh diri dari usiaku lima belas tahun, awalnya aku mencari tentang kasus yang terjadi di Indonesia, kemudian aku mencari cara-cara bunuh diri, selanjutnya aku mencari tentang apa yang akan terjadi ketika kita bunuh diri, sampai terakhir aku mencari apa saja yang menyebabkan seseorang bunuh diri, pencarianku dari usia lima belas tahun itu adalah sebuah perjalanan, perjalanan penerimaan hidup, aku ingin melihat kasus apa saja yang terjadi di Indonesia dan apakah kasusku sama beratnya dengan mereka sehingga harus mengakhiri hidup, dan alasan pencarianku terakhir adalah karena kamu."
"karena aku yang tiba tiba ada di berita pagi, mencoba bunuh diri dan kemudian selamat, aku tahu akan ada banyak orang yang mencari tahu penyebab melakukan bunuh diri. \"
"iyah aku mencari itu karena aku tak bisa mencari jawaban atas pertanyaanku saat pertama kali mengetahui kamu selamat setelah mendengar berita pagi itu." Aku tetap pada pandanganku ke arah depan meskipun sekarang telah berganti dengan lampu indah dari Gedung Gedung dan kendaraan.
"coba tanyakan saja, tapi bukan tugasku menjawab kan." Katanya sambal mengeluarkan sebuah permen dari kantong bajunya.
"setelah gagal apakah kamu akan lebih memaknai hidup atau mencoba kembali bunuh diri ?" tanyaku dengan wajah yang menghadap padanya.
Dia tidak menjawab dan hanya menatap mataku, dia seolah berkata dari kedua matanya, aku beruntung bertemu denganmu, membuat orang bunuh diri seolah berpikir bahwa mereka telah berusaha melakukan sesuatu, pemikiran di luar imajinasi manusia normal pada umumnya.
Setelah percakapan itu dengan pertanyaan yang tidak terjawab, atau terjawab, dia memasangkan jaket yang dia pakai ke tubuhku karena memang suhu udara dingin. Mentariku pergi dari Gedung dan berkata "99% berhasil, jangan coba lompat." dengan senyuman terkembang di wajahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H