Banyak yang kini lebih menghargai kenyamanan, fungsi, dan keberlanjutan. Quiet luxury menjadi jawaban untuk kebutuhan tersebut, dengan fokus pada kualitas jangka panjang dan dampak minimal terhadap lingkungan.
Simbol Kekayaan Baru?
Quiet luxury sering dianggap sebagai simbol "kekayaan lama" atau generasi yang tidak lagi merasa perlu memamerkan kemakmuran mereka.
Dalam dunia yang semakin digital dan terkoneksi, kesederhanaan justru menjadi kekuatan baru. Tren ini menunjukkan bahwa kemewahan sejati tidak perlu berteriak; cukup berbisik melalui detail yang sempurna.
Namun, di balik keindahannya, quiet luxury juga menimbulkan pertanyaan: apakah tren ini benar-benar inklusif, atau hanya diperuntukkan bagi mereka yang mampu membeli produk berkualitas tinggi dengan harga fantastis?
Quiet Luxury: Tren atau Filosofi Hidup?
Bagi sebagian orang, quiet luxury hanyalah tren yang akan berlalu seperti yang lain. Namun, bagi mereka yang benar-benar mengadopsinya, ini lebih dari sekadar mode---ini adalah filosofi hidup. Filosofi yang menekankan pada kesederhanaan, keberlanjutan, dan keanggunan tanpa pamer.
Quiet luxury mengajarkan kita untuk memprioritaskan esensi daripada kemasan. Dengan memilih sesuatu yang tahan lama dan bermakna, kita tidak hanya mempraktikkan konsumsi yang lebih bijaksana tetapi juga menemukan nilai sejati dari kemewahan.
Kalau ditanya apakah saya menerapkan Quiet Luxury ? Jawabannya adalah sepertinya level luxury saya dengan yang lain bisa berbeda, karena sehat, berkarya, tetap produktif, bahagia, dan lancar beribadah adalah luxury yang sesungguhnya untuk saya.
Selamat memasuki Tahun yang Baru untuk Kompasianer semua. Doa dan harapan terbaik di tahun ini untuk kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H