3. Tidak hanya cukup tahu, praktik!
Mengetahui cara menulis yang baik itu perlu dilakukan agar tidak selalu menabrak kaidah penulisan.
Belajar terus tetapi tidak cukup hanya tahu karena menulis itu harus diwujudkan dan dipraktekkan.
Kalau sudah tahu membuat tulisan yang enak dan renyah serta meghindari tulisan yang hambar maka segera wujudkan jangan hanya diangan-angan.
Jadi tulisan yang hambar bisa terjadi kalau seorang penulis baru sampai tahapan tahu harus bagaimana tetapi tidak diwujudkan ke dalam praktek saat menulisnya.
4. Menginginkan kesempurnaan.
Seringkali saya merasa tidak pede saat membaca artikel kompasianer apalagi artikel kompasianer yang banyak dibaca, artikel yang ada di headline, dan artikel lain yang sudah sangat baik.Â
Hal itu tidak jarang memacu saya untuk membuat artikel sesempurna mungkin tetapi ternyata hal itu justru tidak tepat, saya malah membuat artikel yang hambar kurang di sana-sini. Kutipan ini bisa menjelaskan apa yang saya maksudkan.
Being perfect is like being tasteless.
Like if our stomach is always full, how can we taste and enjoy new food ? (Raynesh)
Ternyata tidak memaksa apalagi sampai berusaha sesempurna mungkin saat membuat artikel merupakan jurus jitu yang membuat menulis jadi santai dan mengalir lancar, selanjutnya biarkan nasib yang mengantarkan artikelnya akan berlabuh dimana.
4. Berdoa.
Buat saya berdoa itu jadi komponen penting yang harus dilakukan. Karena dengan berdoa biasanya lebih tenang, tidak dipengaruhi "hantu diri", lebih lancar saat proses, tidak jarang saat setelah berdoa kegiatan/pekerjaan seperti mengalir mengikuti arusnya.