Artikel yang saya tayangkan kali ini dipicu oleh tiga hal. Pertama adalah salah satu peristiwa yang sedang ramai dibahas dimana-mana beberapa hari ke belakang yaitu perbuatan seorang politisi (muda) yang berbicang -- apa tepatnya berdebat -- dengan seorang tokoh besar yang dimiliki bangsa ini yaitu Prof. Emil Salim.
Yang banyak disoroti adalah bagaimana sikap politisi (muda) ini terhadap Prof. Emil Salim yang tidak patut bahkan ada yang berkomentar kurang adab.
Adab terhadap orangtua seperti tidak dipakai oleh politisi muda itu melihat perbedaan usia -- saya baca di salah satu artikel berita -- sampai 45 tahun diantara keduanya.
Peristiwa kedua adalah ditinggalnya saya dan keluarga oleh Mamah saat beliau menunaikan ibadah haji. Saya jadi mengingat-ingat apakah saya selalu beradab dengan baik terhadap beliau selama hidupnya.
Apakah saya beradab baik saat sedang tidak sependapat, saat menyampaikan sesuatu, dan adab lain selama berinteraksi dengan beliau.
Ketiga berkaitan dengan profesi saya sebagai guru yang tidak jarang menyaksikan bagaimana adab siswa -- kebetulan yang sedang mendapatkan masalah -- terhadap orangtuanya sampai saya sering bergumam sendiri apa adab terhadap orangtua sekarang ini luntur kalau tidak mau dikatakan hilang?
Saya juga mempertanyakan apa masih ada beberapa adab ini yang diberlakukan oleh anak (orang yang lebih muda) terhadap orang (yang lebih) tua?
Akhirnya saya ingin menulis artikel tentang beberapa adab terhadap orangtua dan apakah adab yang akan saya tuliskan masih ada di zaman now ini.
Makna adab sesuai dengan KBBI adalah :
adab n kehalusan dan kebaikan budi pekerti; kesopanan; akhlak
 1. Tidak berbohong pada orangtua.
Di level sekolah ada istilah uniko yang artinya usaha nipu kolot (usaha menipu orangtua). Setiap ada kesempatan uniko tidak akan ditinggalkan oleh siswa (anak) karena pasti akan menambah uang untuk jajan, isi pulsa, atau untuk main.
Saking terbiasanya perbuatan uniko hal ini dipandang biasa dan wajar -- bahkan oleh siapapun termasuk orangtua siswa (anak) -- padahal berbohong dalam level manapun merupakan perbuatan tidak terpuji.
Level anak suka berbohong memang tidak serta merta terjadi. Ada tahapan hingga anak terbiasa melakukannya kecuali memang anak memiliki kelainan dengan senang berbohong atau mencuri.
Dari coba-coba dan berhasil tentu membuat peprasaan senang lalu dilakukan lagi hingga perbuatan berbohong pada orangtua menjadi langgeng mereka lakukan.
Perbuatan anak yang berbohong bahkan ada yang sepenuhnya kesalahan anak tetapi buah atau panen atas apa yang orangtuanya lakukan.
Dalam sebuah kajian seorang ustadz menjelaskan bahwa jujur harus diajarkan bahkan sejak anak-anak masih belia. Jangan jadikan sebuah alasan bohong agar anak mau menuruti apa yang kita inginkan bahkan alasan yang bernada bercanda atau hiperbola sekalipun.
Misalkan saat anak rewel lalu orangtua membujuk dengan hal yang disukai anak, "Ayo jangan nangis nanti dikasih permen se-truk."
Siapapun mengerti tidak mungkin anak akan diberi permen se-truk karena itu merupakan ungkapan yang dibuat berlebihan agar terkesan banyak dan hebat juga dimaksudkan untuk menyenangkan hati anak saja.
Justru pembiasaan tidak jujur itu yang akan tertanam sehingga memberikan hasil saat anak usia sekolah jadi terbiasa uniko deh gara-gara permen se-truk tadi... Nah.
Adab tidak berbohong pada orangtua harus diajarkan, diterapkan, dibiasakan bahkan dibentuk saat anak masih belia yang didahului dan dicontohkan oleh perbuatan orangtua.
Jika adab tidak berbohong pada orangtua dijunjung tinggi maka bisa dipastikan negara ini berisi orang-orang yang jujur tidak suka berbohong terutama bagi mereka yang diamanati mengurus negeri ini.
 2. Berbuat yang menyenangkan hati orangtua
Menyenangkan bukan berarti harus selalu berhubungan dengan uang, mewah, pergi berlibur, atau apapun bentuknya yang terlihat harus diusahakan dengan tidak mudah karena tidak semua orang berkemampuan yang sama terutama yang berhubungan dengan finansial.
Menyenangkan bisa diusahakan dengan berbagai hal. Anak yang hidup mengikuti semua norma yang berlaku pasti membuat hidup orangtua menjadi tenang sehingga bisa menyenangkan orangtua.
Bisa dibayangkan jika hidup seorang anak bermasalah karena suka melanggar norma bisa dipastikan hidup orangntua susah yang berarti menyengsarakan orangtua.
Sekolah yang baik apalagi kalau berprestasi pasti menyenangkan orangtua. Bahkan hal ringan bisa dipilih untuk berusaha menyenangkan orangtua.
Contohnya Mamah saya itu terkenal sangat rapi jika mau makan yang dibungkus daun maka harus dibuka, dipindahkan ke piring, baru dinikmati, berbeda dengan saya makanan yang dibungkus daun saya sobek dan langsung di makan di atas daunnya.
Cara menyobek daun juga tidak boleh langsung disobek tetapi harus menggunakan gunting berbeda dengan saya yang ingin cepat dan praktis langsung sobek saja.
Jika ingin menyenangkan Mamah maka saya akan mengikuti kebiasaan dan ajaran Mamah dan biasanya Mamah terlihat senang. Cukup sederhana bukan?
Adab berbuat yang menyenangkan hati orangtua harus selalu berusaha dilakukan seorang anak (orang yang lebih muda) dan kuncinya sebenarnya melepaskan jubah aku saat melakukan.
Karena anak berbuat bukan dengan apa yang diinginkan anak tetapi apa yang diinginkan orangtua. Tentu akan sulit kalau jubah akunya masih dipakai apalagi kalau tebal.
3. Selalu katakan perkataan yang baik-baik serta berlaku baik dan tidak berbuat aniaya.
Perkataan disini bukan hanya pemilihan kata tetapi juga bagaimana disampaikan, intonasi, bahkan pemilihan waktu saat menyampaikan bisa menjadi paket adab perkataan yang baik kepada orangtua.
Untuk adab ini yang kemarin tidak diperlihatkan oleh politisi (muda) sehingga jadi bahan pembahasan diberbagai artikel berita beberapa hari.
Saya tidak tahu -- atau tidak mau mencari tahu -- kalau di politik itu apakah ada adab dalam menjalankannya termasuk saat berbincang atau berdebat. Tetapi buat orang awam politik seperti saya akan sangat berguna kalau orang-orang yang berkecimpung di politik kalaupun -- misalnya -- tidak ada aturan untuk berlaku baik setidaknya pakai saja adab berlaku pada orang (yang lebih) tua saat berbincang atau berdebat.
Edukasi politik yang seperti diperlihatkan politisi muda itu justru menambah orang awam seperti saya makin menyingkir dalam berusaha belajar dan memahami politik.
Selain perkataan adab berlaku baik dan tidak berbuat aniaya kepada orangtua harus selalu dilakukan.
Beberapa kali masyarakat disajikan berita yang miris dan menyedihkan tentang anak yang berlaku tidak baik bahkan berbuat aniaya kepada orangtuanya.
Ada anak yang menuntut orangtua sampai ke pengadilan, melecehkan, menelantarkan, bahkan menghilangkan nyawa orang yang sudah menjadi sebab diri (anak) hadir di dunia, merawat dan mengurus, memastikan tidak kelaparan, berpendidikan, sehat tidak kurang satu apapun.
Padahal saat kita melakukan bakti terbaik pada orangtua lalu orangtua ridho pada kita sebagai anaknya maka akan jadi jalan jatuh ridho dari Sang Maha Segala. Apalagi yang akan dicari kalau Sang Maha Kuasa sudah ridho pada kita ? Sudah pasti hidup akan tenang dan penuh berkah.
Ketiga adab yang saya bahas memang sekarang ini seperti sudah banyak dilanggar. Tetapi tidak akan jadi pemecahan atau memberikan solusi kalau mencari siapa yang bertanggungjawab.
Akan lebih baik kalau dimulai saja sekarang juga, dari diri sendiri dalam hal pengajaran, penerapan, dan contoh yang baik termasuk adab terhadap orangtua.
Perilaku dan adab yang baik dan positif akan membentuk rantai pemikiran baik dan positif yang akan menjadi sebab mendapatkan hasil luarbiasa.
A positive attitude causes a chain reaction of positive thought, events and outcomes. It is a catalyst and it sparks extraordinary results. (Wade Boggs)
Semua elemen harus saling bersinergi antara keluarga, sekolah (tempat mencari ilmu), lingkungan baik lingkungan sekitar maupun aparat berwenang dalam melahirkan generasi penerus bangsa yang baik serta beradab.
Jangan sampai adab yang baik hanya sebagai bahan cerita dan kenangan karena hilang di dalam kehidupan bangsa yang terkenal dengan adabnya yang baik ini.
Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang, Ahad 13 Oktober 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H