Kalau kemarin saya menuliskan tentang pengalaman saat menikmati lagu kali ini pengalaman saat berpetualang dengan buku.
Saya menyukai kutipan karena hanya dengan beberapa kalimat bahkan kata bisa mengandung makna yang sangat luas. Keluasan yang dimiliki tergantung dari yang membaca kutipan karena perbedaan latar belakang, ilmu, keadaan pikiran juga hati.Â
Saya memang belum bisa menerjemahkan kutipan dengan sangat luas dan dalam karena keterbatasan ilmu tetapi itupun sudah membuat saya terpesona dengan membaca kutipan.
Kebetulan saat ini saya sedang membaca sebuah buku yang kemarin saat jalan-jalan dan mampir ke toko buku dapat dua buku yang salah satunya sedang saya baca. Dari buku itu saya jadi sedikit memahami kenapa tokoh besar terutama yang hidup beberapa waktu lalu bisa membuat kutipan yang maknanya luas dan dalam bahkan abadi karena kutipannya sampai pada zaman ini.
Judul bukunya Dancing With Life karya Mahdi Elmosawi yang diterjemahkan menjadi Seni Menikmati Segala Kenyataan Hidup. Di depan bukunya juga ada kutipan indah.
Kuminta segalanya kepada Allah untuk menikmati hidup. Dia memberiku hidup untuk menikmati segalanya.
Makna yang diberikan buat saya ada beberapa diantaranya seringkali manusia karena keterbatasan ilmu dan kungkungan ego juga napsu meminta yang diinginkan bukan yang dibutuhkan dan belum tentu baik bagi diri.
Selain makna itu saya juga menangkap bahwa "hidup" adalah anugrah besar dari Yang Maha Kuasa karena dengan hidup semua bisa berlaku karena itu gunakan anugrah hidup ini dengan sebaiknya agar saat kepulangan menjadi manusia yang beruntung.
Bukunya menjelaskan bagaimana kita menjalani bahkan menikmati hidup. Kesulitan yang memporak poranda dan membuat kondisi terpuruk tetap dinikmati tanpa menghancurkan diri. Bagaimana berdamai dengan masa lalu yang kelam dan tidak mencemaskan masa depan yang suram. Bagaimana mengawali aktivitas di dunia yang sama sekali baru. Bagaimana melepas belenggu rutinitas yang menjemukan, dan masih banyak trik bahagia lainnya. (Dikutip dari sinopsis bukunya)
Saya memang belum selesai membacanya dari sekitar 269 halaman saya baru sampai halaman 88. Tetapi karena tiap bahasan berbeda jadi saya pikir saya tetap bisa berbagi apa yang saya sudah baca. Ada bahasan yang menarik yang ingin saya bagi yaitu tentang lebih berharga isi dibandingkan kulit. Judul bahasannya Rasakan Kehidupan Sejati. Â Ada beberapa kalimat yang menarik dengan memberikan pesan yang kuat dan dalam.
Fokuslah pada apa yang berada di belakang rupa dan bentuk.
Rahasia terbesar ditemukan jauh dari kulit dan cangkang.
Carilah makna terdalam di balik kalimat.
Lihatlah hakikat manusia di tengah orang banyak.
Carilah mutiara hidup dari timbunan peristiwa.
Ada ilustrasi cerita pada bahasan ini yang secara garis besar diceritakan seorang mahasiswa yang menemui dosennya disuguhi kopi yang ditempatkan dalam poci dan tiga jenis cangkir yang berbeda yaitu cangkir biasa, mewah, sangat mewah.
Mahasiswa disuruh memilih mana cangkir yang disukai sebagai tempat untuk menuangkan kopi yang akan disajikan. Secara manusiawi dan keumuman pasti kebanyakan orang akan memilih cangkir yang paling bagus, begitupun sang mahasiswa.
Sang dosen menjelaskan bahwa saat memilih cangkir yang mewah sebenarnya sumber masalah dan dilema karena cangkir sama sekali tidak berhubungan dengan kopi tetapi lebih dihubungkan dengan harganya padahal yang dibutuhkan adalah kopi bukan cangkirnya.
Dari cerita itu bisa diterapkan bahwa seringkali hidup terlalu fokus pada cangkir, tampilan, cangkang, atau kulit sehingga gagal menikmati isinya. Harta, kehormatan, jabatan, kesenangan itu hanya kulit kalau tidak mengerti apa substansi dan hal-hal mendasar sebagai isi dari semua yang dihadapi maka frustasi, ketidakbahagiaan, kesia-siaan akan mendera saat semua yang hanya kulit tiada, hilang, dan selesai.
Buat saya kulit bukan berarti tidak baik justru kulit melindungi dan menjadi awal agar menarik perhatian hanya saja seringkali terlalu fokus dan mementingkan kulit hingga lupa justru isilah yang harus dikejar lalu dinikmati.
Masih jadi PR besar bagi saya dalam menjalani agar hidup menjadi bermakna. Seperti yang sering saya tulis bahwa menjadi manusia yang lebih baik dari waktu ke waktu adalah perjuangan saya seumur hidup dan anugrah terbesarnya jika Yang Maha Kuasa memberikan selalu kesempatan kepada saya untuk memperbaikinya.
Buku yang menginspirasi beruntung bisa membacanya jadi bisa mendapat pelajaran banyak. Mudah-mudahan bisa buat yang seperti ini satu waktu nanti.
Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang, Rabu 12 Juni 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI