"Tidak boleh berburuk sangka pada orang lain." Seperti biasa semua ikut apa yang ibu mau.
Mobil menepi ayah menemani ibu menghampiri perempuan yang sedang duduk sendirian di pinggir jalan itu. Ayah memberikan isyarat agar ibu berhati-hati, ibu mengangguk tanda mengerti.
"Ada yang bisa saya bantu Mba ?" Perempuan yang ditanya tidak merespon.
"Mba hendak kemana ? Mau saya antar ?" Ibu tidak patah semangat mengajak berbincang.
Setelah agak lama perempuan yang sedari tadi diam terlihat mulai memberikan respon. Dari dandanannya terlihat perempuan itu bukan orang susah, pakaian casualnya bermerk, begitu juga sepatu dan tas yabg digunakan semua nya merk yang sangat mahal.
"Mba mau kemana ?" Ibu kembali bertanya.
"Pulang." Kali ini perempuan muda itu merespon dengan menjawab pertanyaan ibu.
"Pulangnya kemana ? Ayo kami antar siapa tahu kita sejalan." Perempuan muda hanya melihat ke arah ibu lalu tidak lama terisak sampai terguncang-guncang bahunya.
Kakak dan adik turun dari mobil karena  ingin tahu apa yang terjadi karena ibu dan ayah cukup lama belum kembali ke mobil. Terlihat perempuan muda memeluk ibu dan menumpahkan segala kesedihannya bagai kepada seorang ibu.
Akhirnya ayah malah menggelar tikar katanya sekalian istirahat, dan biar ibu leluasa membantu perempuan muda yang katanya ingin pulang itu.
Setelah tenang perempuan muda akhirnya menceritakan keinginannya pulang dan kenapa dia duduk di pinggir jalan. Ibu, kakak, dan adik duduk mengelilingi perempuan muda yang kemudian menyebutkan kalau dirinya bernama Cilia.