Potensi yang buruk sebenarnya muncul bukan agar manusia terjerumus ke dalam keburukan tetapi justru sebaliknya. Jika potensi buruk muncul sebenarnya memancing agar potensi baik keluar. Hal yang buruk muncul agar bisa mengasah hal yang baik. Tidak akan tahu kita hal yang baik kalau tidak lihat hal yang buruk.
Misalkan ada kesempatan kita bisa berbuat bohong sebenarnya itu bukan untuk menjadikan kita menjadi seorang pembohong tetapi justru memunculkan agar jujur yang mengemuka.
Begitupun saat ada orang atau peritiwa yang muncul sebagai pencetus marah maka itu dimaksudkan bukan agar kita yang mendapatkan kejadian penyebab marah menjadi seorang pemarah tetapi peristiwa yang membuat marah ditunggangi untuk mengasah agar sabar dalam diri muncul bukan malah terpedaya oleh marah. Jika marah bisa memunculkan sabar maka  nantinya sifat taqwa yang dominan dalam diri.
Apakah mudah melaksanakan untuk memunculkan hal yang baik saat dihadapkan hal yang buruk ? Kalau untuk saya tidak mudah. Untuk masalah kendaraan terhalang saja saya maunya pemilik kendaraan diedukasi oleh satpam setempat bagaimana agar tidak melanggar aturan sehingga tidak melakukan hal yang merugikan orang lain.
Apalagi di bulan Ramadan ini latihan memunculkan yang baik saat yang buruk muncul adalah saat yang tepat karena bulan Ramadan dimaksudkan untuk membakar hal buruk seperti api yang memusnahkan kotoran.
Masih banyak latihan yang harus saya sikapi dengan baik dan benar agar kedudukan hal yang buruk bisa menjadi pencetus munculnya kebaikan sehingga sikap taqwa menjadi dominan dalam hidup ini. Perjuangan yang tidak mudah kalau buat saya dan bisa menjadi perjuangan seumur hidup menjadi manusia yang lebih baik dari waktu ke waktu.
Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang, Ahad 26 Mei 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H