Mohon tunggu...
Karla Wulaniyati
Karla Wulaniyati Mohon Tunggu... Lainnya - Senang Membaca, (Kadang-kadang) Menulis, Menggambar Pola/Gambar Sederhana

Let the beauty of what you love be what you do (Rumi)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tulisan Ibarat Anak yang Dilahirkan

24 Februari 2019   13:43 Diperbarui: 24 Februari 2019   14:36 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sering kali pondasi kepenulisan saya dibangun dari keresahan. Banyak sekali keresahan yang terjadi baik yang datangnya dari dalam diri --- biasanya keresahan terbanyak dan terbesar --- atau berasal dari luar.

Keresahan dari dalam bisa terjadi bahkan dari awal seperti niat, ide, lalu penuangan tulisan, sampai menayangkan artikel ikatan keresahan berjejer begitu rapat hingga bisa membentuk pondasi yang bisa menjadi dua pilihan, mengokohkan atau meruntuhkan kepenulisan.

Keresahan dari luar lebih banyak dari bagaimana apresiasi dan support yang diberikan pada tulisan yang dihasilkan.

Artikel kali ini disebabkan keresahan dari artikel yang saya tayangkan di Kompasiana dikaitkan dengan penyematan pilihan editor. Oya, setiap artikel saya bukan berisi penelusuran literatur apalagi kajian atau penelitian ilmiah tetapi berdasarkan ide bebas walau kadang saya sisipkan quote, KBBI jika diperlukan, dan beberapa catatan dari artikel lain, jadi jika artikel tidak sesuai dengan anggapan Kompasianer lain sah saja.

Saya sudah menayangkan 110 artikel --- artikel ini tidak dihitung --- yang menjadi pilihan editor 87 artikel, jadi ada 23 artikel bukan pilihan editor --- saya membahasakannya meleset --- kalau dipersentasekan 79% artikel saya pilihan editor.

Kalau sudah 79% artikel jadi pilihan editor dan buat saya itu sudah cukup besar untuk pencapaian menulis bagi seorang penulis pemula lalu kenapa menjadi keresahan ? Jawabannya karena yang 21% itu persentase untuk artikel yang meleset cukup tinggi.

Buat saya pilihan editor itu seperti patokan bahwa tulisan yang ditayangkan memenuhi standar sebagai tulisan yang baik menurut editor di Kompasiana, terlepas dari kriteria pemilihan artikel yang menjadi pilihan editor karena saya tidak tahu apa yang menjadi dasar pilihan yang bisa saya lakukan hanya mengira saja.

Berarti ada 21% tulisan saya masih di bawah standar editor sehingga tidak menjadi pilihan. Setiap tidak menjadi pilihan sedikit atau banyak mempengaruhi saya dalam menulis artikel berikutnya malah tidak jarang jadi malas menulis lagi. 

Setiap artikel yang tidak disematkan pilihan editor seringkali ingin saya buang karena saya menganggap artikel saya berarti tidak bermanfaat, banyak kesalahan dan kekurangan nya, walau belum pernah saya lakukan.

Termasuk artikel yang saya ikutkan dalam blog competition pun banyak yang tidak masuk pilihan lalu saya berpikir kalau editor saja tidak memilih apalagi juri yang menilainya...hehehe, lalu seringkali ingin saya hapus saja tidak jadi diikutkan dalam kompetisi.

Saya memang setuju kalau ada anggapan bahwa penyematan apapun juga seperti terpopuler, nilai tertinggi, pilihan editor atau headline hanya sebagai bonus dan bukan jadi tujuan utama dalam menayangkan sebuah artikel, yang penting terus saja menulis tanpa pamrih apapun. Tetapi saya suka menerapkan bahwa hidup harus dinamis, berjalan terus harus berjenjang maka jika sudah sampai ke tahapan yang satu harus mau melanjutkan ke tahapan berikutnya.

Seperti dalam kegiatan menulis di Kompasiana jika sudah terbiasa menulis maka harus melangkah ke tahapan selanjutnya yaitu memperbaiki segala sisi kepenulisannya. Untuk saya penyematan label pilihan editor saya ambil sebagai rambu untuk tingkat kepenulisan karena saya belajar agar berkembang ke arah yang lebih baik dalam menulis di Kompasiana.

Cara saya agar tetap menulis saat artikel tidak disematkan sebagai pilihan editor dan tidak menghapus dengan membuangnya adalah menganggap setiap tulisan berupa artikel yang saya tayangkan adalah anak yang baru dilahirkan. Kelihatannya seperti berlebihan, tetapi untuk orang seperti saya harus ada motivasi kuat dan dalam saat melakukan sesuatu.

Maksud dari menganggap setiap tulisan berupa artikel yang ditayangkan sebagai anak yang dilahirkan adalah saat menayangkan artikel adalah seperti saya memiki anak yang baru dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Setiap anak yang dilahirkan bagaimanapun kondisinya harus disayangi, dicintai, dan tentu saja diakui keberadaannya. Berapapun anak yang dimiliki setiap hadir harus dicintai dengan kadar yang sama untuk semua anak. Tidak bisa memilih hanya yang terbaik karena selalu memiliki kebaikan dan mengabaikan bahkan membuang jika ada kekurangannya.

Begitupun untuk sebuah tulisan, saya harus memperlakukan setiap artikel yang ditayangkan sebagai anak yang baru dilahirkan. Harus diterima, dihargai, diakui keberadaannya dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Jika artikel saya ternyata diminati, disematkan sebagai pilihan editor apalagi headline maka berarti menjadi kelebihan bagi artikel tersebut. Sebaliknya jika artikel ternyata tidak diminati untuk dibaca, sekedar lewat di daftar penayangan, tidak dapat penyematan apa-apa maka berarti menjadi kekurangan bagi artikel tersebut maka bisa jadi pelajaran untuk artikel berikutnya yang akan tayang agar lebih baik.

Artikel yang tergolong meleset tetap sebagai bagian dari karya yang dihasilkan. Malah bisa jadi salah satu pembangun gaya kepenulisan jika sudah ajek nantinya. Jadi jangan merasa gagal, malu, patah semangat, lalu selesai dan berhenti menulisnya.

Saya sangat yakin ke depannya masih banyak artikel saya yang meleset --- mungkin juga artikel ini --- tetapi biar saja karena tidak semua artikel memiliki kelebihan, begitupun tidak semua artikel memiliki kekurangan. Akan ada artikel yang mantul --- saya baru tahu artinya mantap betul --- ada juga artikel yang layu, kering kerontang.

Saya akan menerima setiap artikel yang ditayangkan dengan kebanggaan, mengakui keberadaan dan kehadirannya dengan segala kelebihan dan kekurangannya ibarat setiap anak yang lahir selalu mendapat tempat terbaik dalam diri orang tua bagaimanapun keadaannya.

Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang, Ahad 24 Februari 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun