Sering kali pondasi kepenulisan saya dibangun dari keresahan. Banyak sekali keresahan yang terjadi baik yang datangnya dari dalam diri --- biasanya keresahan terbanyak dan terbesar --- atau berasal dari luar.
Keresahan dari dalam bisa terjadi bahkan dari awal seperti niat, ide, lalu penuangan tulisan, sampai menayangkan artikel ikatan keresahan berjejer begitu rapat hingga bisa membentuk pondasi yang bisa menjadi dua pilihan, mengokohkan atau meruntuhkan kepenulisan.
Keresahan dari luar lebih banyak dari bagaimana apresiasi dan support yang diberikan pada tulisan yang dihasilkan.
Artikel kali ini disebabkan keresahan dari artikel yang saya tayangkan di Kompasiana dikaitkan dengan penyematan pilihan editor. Oya, setiap artikel saya bukan berisi penelusuran literatur apalagi kajian atau penelitian ilmiah tetapi berdasarkan ide bebas walau kadang saya sisipkan quote, KBBI jika diperlukan, dan beberapa catatan dari artikel lain, jadi jika artikel tidak sesuai dengan anggapan Kompasianer lain sah saja.
Saya sudah menayangkan 110 artikel --- artikel ini tidak dihitung --- yang menjadi pilihan editor 87 artikel, jadi ada 23 artikel bukan pilihan editor --- saya membahasakannya meleset --- kalau dipersentasekan 79% artikel saya pilihan editor.
Kalau sudah 79% artikel jadi pilihan editor dan buat saya itu sudah cukup besar untuk pencapaian menulis bagi seorang penulis pemula lalu kenapa menjadi keresahan ? Jawabannya karena yang 21% itu persentase untuk artikel yang meleset cukup tinggi.
Buat saya pilihan editor itu seperti patokan bahwa tulisan yang ditayangkan memenuhi standar sebagai tulisan yang baik menurut editor di Kompasiana, terlepas dari kriteria pemilihan artikel yang menjadi pilihan editor karena saya tidak tahu apa yang menjadi dasar pilihan yang bisa saya lakukan hanya mengira saja.
Berarti ada 21% tulisan saya masih di bawah standar editor sehingga tidak menjadi pilihan. Setiap tidak menjadi pilihan sedikit atau banyak mempengaruhi saya dalam menulis artikel berikutnya malah tidak jarang jadi malas menulis lagi.Â
Setiap artikel yang tidak disematkan pilihan editor seringkali ingin saya buang karena saya menganggap artikel saya berarti tidak bermanfaat, banyak kesalahan dan kekurangan nya, walau belum pernah saya lakukan.
Termasuk artikel yang saya ikutkan dalam blog competition pun banyak yang tidak masuk pilihan lalu saya berpikir kalau editor saja tidak memilih apalagi juri yang menilainya...hehehe, lalu seringkali ingin saya hapus saja tidak jadi diikutkan dalam kompetisi.
Saya memang setuju kalau ada anggapan bahwa penyematan apapun juga seperti terpopuler, nilai tertinggi, pilihan editor atau headline hanya sebagai bonus dan bukan jadi tujuan utama dalam menayangkan sebuah artikel, yang penting terus saja menulis tanpa pamrih apapun. Tetapi saya suka menerapkan bahwa hidup harus dinamis, berjalan terus harus berjenjang maka jika sudah sampai ke tahapan yang satu harus mau melanjutkan ke tahapan berikutnya.