Seperti dalam kegiatan menulis di Kompasiana jika sudah terbiasa menulis maka harus melangkah ke tahapan selanjutnya yaitu memperbaiki segala sisi kepenulisannya. Untuk saya penyematan label pilihan editor saya ambil sebagai rambu untuk tingkat kepenulisan karena saya belajar agar berkembang ke arah yang lebih baik dalam menulis di Kompasiana.
Cara saya agar tetap menulis saat artikel tidak disematkan sebagai pilihan editor dan tidak menghapus dengan membuangnya adalah menganggap setiap tulisan berupa artikel yang saya tayangkan adalah anak yang baru dilahirkan. Kelihatannya seperti berlebihan, tetapi untuk orang seperti saya harus ada motivasi kuat dan dalam saat melakukan sesuatu.
Maksud dari menganggap setiap tulisan berupa artikel yang ditayangkan sebagai anak yang dilahirkan adalah saat menayangkan artikel adalah seperti saya memiki anak yang baru dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Setiap anak yang dilahirkan bagaimanapun kondisinya harus disayangi, dicintai, dan tentu saja diakui keberadaannya. Berapapun anak yang dimiliki setiap hadir harus dicintai dengan kadar yang sama untuk semua anak. Tidak bisa memilih hanya yang terbaik karena selalu memiliki kebaikan dan mengabaikan bahkan membuang jika ada kekurangannya.
Begitupun untuk sebuah tulisan, saya harus memperlakukan setiap artikel yang ditayangkan sebagai anak yang baru dilahirkan. Harus diterima, dihargai, diakui keberadaannya dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Jika artikel saya ternyata diminati, disematkan sebagai pilihan editor apalagi headline maka berarti menjadi kelebihan bagi artikel tersebut. Sebaliknya jika artikel ternyata tidak diminati untuk dibaca, sekedar lewat di daftar penayangan, tidak dapat penyematan apa-apa maka berarti menjadi kekurangan bagi artikel tersebut maka bisa jadi pelajaran untuk artikel berikutnya yang akan tayang agar lebih baik.
Artikel yang tergolong meleset tetap sebagai bagian dari karya yang dihasilkan. Malah bisa jadi salah satu pembangun gaya kepenulisan jika sudah ajek nantinya. Jadi jangan merasa gagal, malu, patah semangat, lalu selesai dan berhenti menulisnya.
Saya sangat yakin ke depannya masih banyak artikel saya yang meleset --- mungkin juga artikel ini --- tetapi biar saja karena tidak semua artikel memiliki kelebihan, begitupun tidak semua artikel memiliki kekurangan. Akan ada artikel yang mantul --- saya baru tahu artinya mantap betul --- ada juga artikel yang layu, kering kerontang.
Saya akan menerima setiap artikel yang ditayangkan dengan kebanggaan, mengakui keberadaan dan kehadirannya dengan segala kelebihan dan kekurangannya ibarat setiap anak yang lahir selalu mendapat tempat terbaik dalam diri orang tua bagaimanapun keadaannya.
Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang, Ahad 24 Februari 2019