Mohon tunggu...
Karla Wulaniyati
Karla Wulaniyati Mohon Tunggu... Lainnya - Senang Membaca, (Kadang-kadang) Menulis, Menggambar Pola/Gambar Sederhana

Let the beauty of what you love be what you do (Rumi)

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sungai Citarum, Ceritamu Kini

5 Februari 2019   17:02 Diperbarui: 5 Februari 2019   18:02 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tinggal di Karawang Jawa Barat. Ada sungai yang melintasi Karawang namanya Sungai Citarum. Sungai ini mengalir dari hulunya di Gunung Wayang Selatan Kota Bandung mengalir ke utara dan bermuara di Laut Jawa. 

Citarum mengaliri 12 wilayah administrasi kabupaten/kota. Citarum menyuplai air untuk kebutuhan penghidupan 28 juta masyarakat, sungai yang merupakan sumber air minum untuk masyarakat di Jakarta, Bekasi, Karawang, Purwakarta, dan Bandung.

Dengan panjang sekitar 269 km mengaliri areal irigasi untuk pertanian seluas 420.000 hektar. Citarum merupakan sumber dari denyut nadi perekonomian Indonesia sebesar 20% GDP (Gross Domestic Product) dengan hamparan industri yang berada di sepanjang sungai Citarum. Citarum sungai terpanjang dan terbesar di propinsi Jawa Barat. (www.greenpeace.org) 

Ada yang berbeda dari sungai citarum dulu dan kini. Ayah saya saat kecilnya tinggal di dekat Sungai Citarum, sering sekali bercerita tentang kehidupan yang berhubungan dengan Sungai Citarum. Bagaimana kebutuhan air banyak dipenuhi dan memanfaatkan Sungai Citarum.

Ikan masih banyak bahkan udang-udang kecil sangat banyak didapati dan jadi tangkapan anak-anak saat berenang. Bahkan ada ikan khas Citarum, saya mengingatnya dengan sebutan ikan jambal seperti ikan patin dan disebut dengan ikan jambal citarum.

Kini ikan jambal citarum sudah jarang terdengar bahkan mungkin sudah tidak ada lagi. 

Selain manfaat dan kehidupan disepanjang aliran sungai ayah saya juga suka bercerita tentang hal yang terjadi di Sungai Citarum di antaranya cerita sedih seperti cerita manusia yang meninggal karena tenggelam saat mencari ikan atau berenang, dimakan buaya atau cerita mistis yang melibatkan siluman air penghuni sungai citarum. 

Cerita sungai citarum kini berubah dengan rusaknya ekosistem sungai dan terbesar akibat pencemaran. Pencemaran yang terjadi tidak hanya sumbangan dari satu sektor tetapi beberapa sektor.

Limbah adalah biang kerok terbesar dari pencemaran di Sungai Citarum. Penyumbang terbesar pencemaran di antaranya limbah domestik, limbah industri, limbah perikanan dan peternakan, juga limbah dari pertanian. 

Limbah domestik dimungkinkan berasal dari rumah yang membuang sampah rumah tangganya langsung ke aliran sungai, selain itu ada juga orang yang sengaja membuang sampah rumah tangga yang dibawa dari rumah dengan sudah dibungkus plastik lalu dilempar ke sungai.

Bisa dibayangkan jika satu rumah membuang satu plastik sampah rumah tangga maka berapa banyak sampah yang dibuang sepanjang aliran sungai yang memiliki panjang sekitar 300 km. 

Limbah perusahaan didapat dari perusahaan yang berdiri di dekat aliran Sungai Citarum. Saya jadi ingat pernah menonton film tentang perusahaan yang sengaja mendirikan pabriknya agar mudah membuang limbah langsung ke aliran sungai agar tidak mengeluarkan biaya banyak membuat instalasi pengelolahan air limbah.

Saat hujan besar air limbah digelontorkan agar tidak ketahuan. Tidak semua perusahaan penyebab pencemaran hanya perusahaan yang tidak memikirkan lingkungan saja yang menjadi penyebab pencemar sungai, bagi perusahaan yang ramah dan memikirkan lingkungan pasti tidak akan berbuat aniaya terhadap lingkungan. 

Peternakan, perikanan, dan pertanian menyumbang pencemaran jika limbah yang dihasilkan dibuang ke aliran sungai seperti kotoran yang berasal dari peternakan, sisa pakan ikan yang terbuang ke sungai yang sebelumnya tertampung di waduk, begitupun dari pertanian yang berasal dari pupuk yang terbawa lalu mengalir ke sungai. 

Sungai Citarum yang dulu menjadi tempat bagi kehidupan orang bahkan mahluk hidup lain yang membentuk ekosistem kehiduoan di sungai kini tidak seperti dulu.

Pernah satu waktu saya melihat warna air sungai tidak lagi bersih tetapi hitam menandakan pencemaran yang membuat air tidak lagi sehat untuk digunakan bagi keperluan sehari-hari dan sudah bisa dipastikan menghancurkan dan membunuh ekosistem sungai.

Perlu kesadaran dari semua lapisan masyarakat agar bisa menjaga lingkungan. Tidak membuang sampah ke Sungai Citarum menjadi hal terpenting yang harus dilakukan.

Jika disadari dan dilakukan baik oleh anggota masyarakat maupun pelaku usaha bahwa sungai bukan sebagai tempat pembuangan sampah tetapi sebagai tempat hidup bagi banyak komponen hidup yang membentuk ekosistem sungai dan menjadi jalan kehidupan banyak kalangan masyarakat di sepanjang aliran sungainya maka Sungai Citarum akan seperti zaman ayah saya kecil dengan banyak kehidupan dan manfaat yang bisa diambil dari sungai.

Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang, Selasa 5 Februari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun