Limbah perusahaan didapat dari perusahaan yang berdiri di dekat aliran Sungai Citarum. Saya jadi ingat pernah menonton film tentang perusahaan yang sengaja mendirikan pabriknya agar mudah membuang limbah langsung ke aliran sungai agar tidak mengeluarkan biaya banyak membuat instalasi pengelolahan air limbah.
Saat hujan besar air limbah digelontorkan agar tidak ketahuan. Tidak semua perusahaan penyebab pencemaran hanya perusahaan yang tidak memikirkan lingkungan saja yang menjadi penyebab pencemar sungai, bagi perusahaan yang ramah dan memikirkan lingkungan pasti tidak akan berbuat aniaya terhadap lingkungan.Â
Peternakan, perikanan, dan pertanian menyumbang pencemaran jika limbah yang dihasilkan dibuang ke aliran sungai seperti kotoran yang berasal dari peternakan, sisa pakan ikan yang terbuang ke sungai yang sebelumnya tertampung di waduk, begitupun dari pertanian yang berasal dari pupuk yang terbawa lalu mengalir ke sungai.Â
Sungai Citarum yang dulu menjadi tempat bagi kehidupan orang bahkan mahluk hidup lain yang membentuk ekosistem kehiduoan di sungai kini tidak seperti dulu.
Pernah satu waktu saya melihat warna air sungai tidak lagi bersih tetapi hitam menandakan pencemaran yang membuat air tidak lagi sehat untuk digunakan bagi keperluan sehari-hari dan sudah bisa dipastikan menghancurkan dan membunuh ekosistem sungai.
Perlu kesadaran dari semua lapisan masyarakat agar bisa menjaga lingkungan. Tidak membuang sampah ke Sungai Citarum menjadi hal terpenting yang harus dilakukan.
Jika disadari dan dilakukan baik oleh anggota masyarakat maupun pelaku usaha bahwa sungai bukan sebagai tempat pembuangan sampah tetapi sebagai tempat hidup bagi banyak komponen hidup yang membentuk ekosistem sungai dan menjadi jalan kehidupan banyak kalangan masyarakat di sepanjang aliran sungainya maka Sungai Citarum akan seperti zaman ayah saya kecil dengan banyak kehidupan dan manfaat yang bisa diambil dari sungai.
Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang, Selasa 5 Februari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H