Mohon tunggu...
Karla Wulaniyati
Karla Wulaniyati Mohon Tunggu... Lainnya - Senang Membaca, (Kadang-kadang) Menulis, Menggambar Pola/Gambar Sederhana

Let the beauty of what you love be what you do (Rumi)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ruh bagi Sebuah Tulisan

29 Desember 2018   11:31 Diperbarui: 29 Desember 2018   11:46 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pixabay.com

Artikel kedua yang ditulis di Sabtu ini. Yang pertama tentang serial penulis (pemula) begitupun untuk tulisan kedua. Kali ini saya ingin menuliskan ruh bagi sebuah tulisan.

Sejak saya kecil suka buku dan ingin memiliki perpustakaan di rumah. Impiannya dinding rumah itu penuh oleh buku, itulah sebabnya saya selalu senang ke toko buku yang banyak berjejer buku. Saya lebih senang beli buku di toko nyata dibanding online untuk menikmati berada di tempat yang penuh harta --- buat saya toko buku itu seperti tumpukan harta seperti menikmati sampulnya, judulnya, gambarnya, melihat sinopsis, bahkan menikmati aroma buku yang masih baru buat saya momen yang menyenangkan.

Jenis buku yang saya baca sangat beragam. Saat kecil yang saya baca kebanyakan buku pelajaran, dongeng, legenda, majalah anak, koran. Beranjak remaja buku yang dibaca bertambah cerita dan novel percintaan. Saat SMA dan kuliah buku yang saya baca kebanyakan keagamaan. Saya merasa sebagai orang awam sehingga buku keagamaan jadi yang paling lama saya baca sampai sekarang agar saya punya rujukan dalam menjalani kehidupan yang dibungkus oleh agama.

Saat dewasa buku yang saya baca makin beragam, yang bahasan yang paling disukai adalah psikogi, pembahasan tentang ilmu, kebaikan dan cinta. Makanya sampai sekarang jika jalan menuju Alloh itu banyak maka saya memilih ilmu, kebaikan dan cinta.

Sampai sekarang keinginan memiliki perpustakaan di rumah belum bisa diwujudkan. Buku yang saya miliki baru beberapa rak saja. Belum disimpan dalam tempat yang lebih layak agar terlihat keindahannya.

Ada momen Alloh memberikan ijin pada saya untuk memiliki impian memiliki perpustakaan sperti yang saya inginkan.  Perpusatakaan yang  saya miliki sifatnya tak terbatas. Besarnya, isinya, bentuknya, dan  yang hebat perpustakaan itu penulisnya saya sendiri. Nama perpustakaannya Kompasiana.

Walau bukan perpustakaan secara fisik sehingga saya tidak bisa menikmati momen menyenangkan saat melihat buku tapi saya juga mendapat kesenangan dengan perpustakaan saya ini. Tersedia berbagai tema seperti humaniora, gaya hidup, hiburan dan sebagainya.

Saya ingin perpustakaan saya di Kompasiana --- yang berisi tulisan saya ---  memiliki ruh seperti buku yang saya baca.

Tulisan yang dibaca menjadi hal yang menyenangkan karena bisa membawa yang membaca kemanapun karena tulisan yang dibaca memiliki ruh. Memindahkan ide, hati, dan jiwa dari penulis ke pembaca.

Ruh macam manusia yang hidup karena beraga dan memiliki ruh. Begitupun tulisan, raga tulisan rangkaian kalimat yang tersusun sehingga membentuk menjadi artikel utuh. Sedangkan ruh tulisan adalah nyawa dari tulisan yang dibaca.

Tidak semua tulisan memiliki ruh. Tulisan yang dibuat oleh seseorang yang menyatu dengan tulisannya biasanya akan menjadi tulisan yang hidup. Banyak artikel yang sekedar tulisan saja, tidak ada kesan apa-apa dari apa yang disampaikan dalam tulisannya. Saya pikir kemungkinan penulis masih harus memperbanyak jam terbang membaca dan menulisnya (saya masih di level ini).

Biasanya saya akan menangkap yang disampaikan penulis kalau yang dibaca adalah tulisan/buku hidup. Kadang untuk menangkap ruh tulisan/buku saya harus membaca dua tulisan/buku yang berbeda.

Saya contohnya dalam membaca buku. Saat itu saya sedang membaca buku membahas Hadits Arbain, dalam bukunya dicantumkan hadits-hadits Arbainnya, tapi saya tidak mendapatkan ruh bukunya yang menyebabkan saya tidak menangkap apa yang disampaikan penulis. Lalu saya mengambil buku yang berisi khusus Hadits Arbain saja. Saya baca Hadits Arbain lalu saya baca bukunya begitu seterusnya. Ternyata itu bisa membawa saya terbang dan mendapatkan pencerahan, saya bisa menangkap apa yang disampaikan penulis.

Tulisan itu harus hidup, memberikan sepasang sayap pada pembacanya, lalu menerbangkan dengan pencerahan.

Sayapun masih dalam tahapan membuat  tulisan yang hidup dan memiliki ruh, walau untuk sampai ke tahap itu bukan waktu yang sebentar dan tidak mudah. Tapi jika kita mengerjakan sesuatu dengan kecintaan bukan hal yang tidak mungkin akan sampai bahwa tulisan kita adalah pencerahan yang memberikan sepasang sayap untuk pembaca, membawa terbang kemanapun.

That's the thing about books. They let you travel without moving your feet. (Jumpa Lahiri)

Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang, Sabtu 29 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun