Biasanya saya akan menangkap yang disampaikan penulis kalau yang dibaca adalah tulisan/buku hidup. Kadang untuk menangkap ruh tulisan/buku saya harus membaca dua tulisan/buku yang berbeda.
Saya contohnya dalam membaca buku. Saat itu saya sedang membaca buku membahas Hadits Arbain, dalam bukunya dicantumkan hadits-hadits Arbainnya, tapi saya tidak mendapatkan ruh bukunya yang menyebabkan saya tidak menangkap apa yang disampaikan penulis. Lalu saya mengambil buku yang berisi khusus Hadits Arbain saja. Saya baca Hadits Arbain lalu saya baca bukunya begitu seterusnya. Ternyata itu bisa membawa saya terbang dan mendapatkan pencerahan, saya bisa menangkap apa yang disampaikan penulis.
Tulisan itu harus hidup, memberikan sepasang sayap pada pembacanya, lalu menerbangkan dengan pencerahan.
Sayapun masih dalam tahapan membuat  tulisan yang hidup dan memiliki ruh, walau untuk sampai ke tahap itu bukan waktu yang sebentar dan tidak mudah. Tapi jika kita mengerjakan sesuatu dengan kecintaan bukan hal yang tidak mungkin akan sampai bahwa tulisan kita adalah pencerahan yang memberikan sepasang sayap untuk pembaca, membawa terbang kemanapun.
That's the thing about books. They let you travel without moving your feet. (Jumpa Lahiri)
Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang, Sabtu 29 Desember 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H