Mohon tunggu...
Karishma Artamevia Krisga
Karishma Artamevia Krisga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka

A student in uhamka university, communication science major.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kajian Komunikasi Islam

10 Januari 2023   18:12 Diperbarui: 10 Januari 2023   18:18 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Komunikasi penting untuk menyampaikan pesan dan menyebarkan gagasan. Memang, komunikasi sangat penting untuk kesuksesan apa pun untuk dapat menjangkau orang-orang untuk memenuhi tujuan kita. Sudah menjadi kodrat yang melekat pada setiap individu untuk berkomunikasi, baik tuli maupun bisu untuk berkomunikasi melalui tindakan. Komunikasi saat ini semakin dilihat sebagai proses yang memungkinkan pertukaran dan berbagi makna. Dengan nada yang sama, para intelektual yang berbeda telah mendefinisikan 'komunikasi' dengan cara yang berbeda. 

Ada yang mendefinisikannya sebagai menciptakan saling pengertian sementara yang lain menyatakan komunikasi sebagai cara untuk memahami perasaan sementara yang lain mendefinisikan komunikasi sebagai media untuk mentransfer informasi atau pesan dari satu orang ke orang lain. Dalam masyarakat Islam, kata 'Komunikasi' dikaitkan dengan kesetiaan, kebersihan hati dan pikiran, kehormatan dan martabat. Kesejahteraan untuk semua dan dakwah untuk iman kepada Allah dibangun dalam konsep komunikasi Islam.

Paradigma Komunikasi Islam

Salah satu pendukung konsep komunikasi Islam adalah Hamid Mowlana. Dalam bukunya yang berjudul Global Communication in Transition mengemukakan konsep komunitas dan legitimasi dapat ditinjau dan dibandingkan dengan pemikiran yang berlaku dalam filsafat dan sejarah Barat. Dia berpendapat bahwa konsep komunitas dalam konteks Islam, yang melampaui unit-unit yang lebih kecil dan merangkul kebangsaan, kelompok etnis dan negara bangsa, bisa menjadi kekuatan universal untuk kerangka teoretis untuk studi komunikasi. 

Hal ini menurutnya bertolak belakang dengan konsep community di Amerika Serikat yang biasanya dibicarakan dalam unit-unit masyarakat yang lebih kecil. Ini juga akan membantu masalah dalam studi komunikasi interdisipliner, jelasnya, yang diperumit oleh pengaruh jurnalisme, ilmu politik, psikologi sosial dan sosiologi. 

Mowlana menggariskan lima unsur konsep dasar Islam sebagai landasan etika komunikasi Islam, yaitu Tauhid, al-amr bi al-ma'ruf wa al-nayh 'anil munkar, komunitas, Taqwa dan Amanah. Tauhid menggambarkan kebenaran dari "perhambaan eksklusif" kepada Allah (SWT) dan menolak segala bentuk kedaulatan lainnya. Al-amr bi al-ma'ruf wa al-nayh 'anil munkar artinya memerintahkan yang benar dan melarang yang maksiat. Konsep komunitas mengacu pada ummah, yaitu komunitas Islam yang lebih besar dan melampaui batas-batas negara dan politik serta ras. Prinsip Taqwa mengacu pada kapasitas individu untuk mengangkat diri ke tingkat yang lebih tinggi, yang membuat seseorang hampir kebal dari keinginan material yang berlebihan di dunia.

Konsep terakhir, Amanah, diterjemahkan sebagai amanah, menandakan tanggung jawab besar yang dibebankan Allah (SWT) kepada manusia atas perbuatannya di dunia ini. 

Muhammad Ayish5 lebih jauh memperluas prinsip-prinsip komunikasi Mowlana dengan menghadirkan perspektif normatif Arab-Islam, yang menurutnya harus menjadi dasar untuk membangun teori komunikasi masa depan dalam konteks Arab-Islam. Dia menjelaskan bahwa pandangan dunia Arab-Islam berasal dari dua sumber utama. 

Pertama adalah tradisi dan nilai-nilai sosiokultural sekuler di mana batas-batas moralitas digambarkan oleh hubungan darah. Pada periode itu, pandangan dunia sekuler Arab didasarkan pada martabat dan terdiri dari nilai-nilai seperti kehormatan, silsilah, paternalisme, dan kefasihan berbicara. Sumber kedua adalah nilai-nilai agama Islam dari Al-Qur'an dan sabda serta amalan Nabi Muhammad. 

Di era Islam sejarah Arab ini, pandangan dunia Arab pra-Islam sekuler diatur oleh nilai-nilai agama Islam, yaitu tauhid (Allah adalah satu-satunya Tuhan), iman (keyakinan), umma (komunitas), ibadah (ibadah) dan ilmu ( pengetahuan). Konsep penting lainnya dalam paradigma komunikasi Islam, namun kurang ditonjolkan, adalah model Komunikasi Ilahi-Manusia.

Konsepnya berbeda dengan model transmisi konvensional Shannon dan Weaver yang prosesnya horizontal atau linier. Model komunikasi transmisi konvensional, yang terdiri dari sumber informasi, pemancar, saluran, dan penerima, telah mendapat serangan berat, bahkan di kalangan sarjana Amerika. Itu dijuluki sebagai "cacat secara filosofis, penuh dengan paradoks, dan terbelakang secara ideologis". Ia juga dikritik karena bertentangan dengan konsep komunikasi komunal yang terkait dengan pembangunan komunitas dan dialog. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun