Mohon tunggu...
Karya Inovasi (Karinov)
Karya Inovasi (Karinov) Mohon Tunggu... Administrasi - Indonesia

Website WordPress Specialist Menulis hal yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenal Sejarah dan Asal-usul Suku Baduy "Kanekes"

10 Juli 2020   11:07 Diperbarui: 4 Juni 2021   17:12 17717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desa Kanekes di Banten tempat tinggal suku Baduy (indonesiakaya.com)

Indonesia kaya akan beragam budaya dan warna, satu diantaranya adalah ragam suku. Lebih dari 300 etnik atau suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Seperti contohnya suku Baduy yang ada di Lebak, Banten. Mereka adalah masyarakat yang menutup diri dari luar dan kelompok etnis yang sering disebut dengan suku Baduy Kanekes. Sebab mereka tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.

Sejarah Suku Baduy Kanekes

Sebenarnya, kata "Baduy" merupakan sebuah sebutan yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu (masyarakat Kanekes). Berawal dari sebutan oleh peneliti Belanda yang seolah melihat persamaan mereka dengan kelompok masyarakat Arab Badawi yang berpindah-pindah atau nomaden. 

Atau kemungkinan lain karena ada Gunung Baduy serta Sungai Baduy yang terletak di bagian utara kawasan tersebut. Bahkan kelompok tersebut pun lebih suka menyebut diri dengan nama urang Kanekes atau orang Kanekes. Seperti nama wilayah yang mereka tempati.

Asal Usul Suku Baduy Kanekes        

Berdasar kepercayaan suku Baduy Kanekes, mereka mangaku keturunan dari Batara Cikal. Asal usul ini kerap kali dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang yang pertama. Dari kepercayaan mereka juga, nabi Adam beserta keturunannya, tak terkecuali masyarakat Kanekes punya tugas bertapa atau asketik (Mandita), guna menjaga keharmonisan dunia.

Di lain sisi, pendapat mengenai asal usul suku Baduy Kanekes berbeda dengan pendapat para ahli sejarah, yang mana mereka berdasar dengan bukti-bukti sejarah seperti catatan perjalanan pelaut Portugis dan Tiongkok, prasasti, serta cerita rakyat perihal "Tatar Sunda" yang terbilang minim akan keberadaannya.

Baca juga : Uniknya Sistem Penanggalan Adat Suku Baduy di Provinsi Banten

Dimana masyarakat Kanekes dihubungkan dengan kerajaan Sunda sebelum runtuh pada abad ke-16, yang berpusat di Pakuan Pajajaran kalau sekarang sekitaran Bogor. Sebelum masa Kesultanan Banten berdiri, bagian ujung barat pulau Jawa adalah kawasan penting bagi Kerajaan Sunda. Banten menjadi pelabuhan dagang yang sangat besar.

Kemudian sungai Ciujung bisa dilayari dengan berbagai macam perahu. Bahkan cukup ramai untuk mengangkut hasil bumi dari wilayah pedalaman. Karenanya penguasa kawasan tersebut yang dikenal dengan nama Pucuk Umun beranggapan kalau kelestarian sungai harus dipertahankan.

Setelah itu pasukan tentara kerajaan yang sudah terlatih diminta untuk menjaga dan mengelola wilayah hutan lebat dan perbukitan di sekitar Gunung Kendeng. Dari keberadaan pasukan dengan tugas khusus tersebut tampaknya menjadi cikal bakal dari warga Kanekes yang saat ini berada di hulu Sungai Ciujung di Gunung Kendeng.

Adanya perbedaan pendapat tersebut memberikan dugaan kalau masa lampau ada identitas sejarah yang sengaja ditutup dan mungkin juga untuk melindungi kelompok Kanekes dari serangan musuh Pajajaran.

Ada lagi pendapat lain dari seorang dokter bernama Van Tricht, yang dulu pernah mengerjakan riset kesehatan di tahun 1928, Beliau menyangkal akan pendapat tersebut. Sebab menurut sang dokter, kelompok Kanekes adalah warga asli dari wilayah itu dan memiliki daya tolak kuat dari pengaruh dari luar.

Di lain sisi, orang Kanekes sendiri juga menolak jika dikatakan kalau mereka berasal dari orang-orang pelarian Pajajaran, yang merupakan kota kerajaan Sunda.

Danasasmita dan Djatisunda menyatakan kalau etnis Baduy adalah penduduk setempat yang dijadikan mandala' secara resmi oleh sang raja, sebab para penduduknya punya kewajiban dalam menjaga kabuyutan atau tempat pemujaan leluhur bukan agama Hindu atau Budha.

Perlu diketahui bahwa kebuyutan tersebut dikenal dengan kabuyutan Jati Sunda atau 'Sunda Asli'. Di kenal juga dengan nama Sunda Wiwitan, yang mana wiwitan artinya asli, asal, pokok, jati. 

Baca juga : Syi'ar Al Quran hingga Pedalaman Muallaf Baduy, Yayasan Harmoni Tembus Akses Sulit

Bahasa Suku Baduy Kanekes

Sehari-hari, penduduk suku Baduy menggunakan Bahasa Sunda. Tapi, kalau sedang berkomunikasi dengan warga luar, mereka memakai Bahasa Indonesia, sekalipun mereka tidak memperoleh pengetahuan tersebut. Karena mereka tidak mengenal akan budaya tulis menulis. 

Sehingga kepercayaan juga adat istiadat dan deretan cerita nenek moyang hanya tersimpan dan tersampaikan dalam tuturan lisan saja.

Etnis Baduy tidak mengenal bangku sekolah sebab pendidikan formal tersebut sangat berlawanan dengan budaya dan adat istiadat mereka. Sudah lama sejak jaman bapak Soeharto sampai sekarang, pemerintah telah berusaha untuk mendirikan fasilitas pendidikan. 

Akan tetapi, semua ditolak. Karenanya, sebagian besar masyarakat Kanekes tak dapat membaca maupun menulis.

Rumah Adat Suku Baduy Kanekes

Dalam membangun rumah, masyarakat suku Baduy sangat menjaga alam. Terbukti dengan pembuatan rumah yang terbuat dari bambu juga kayu dengan tanpa menggali tanah dan masih miring.

Sebagai pondasinya mereka menggunakan batu kali, sehingga menjadikan tiang penyangga rumah tampak tidak sama rata. Sedangkan bagian atap terbuat dari serat ijuk atau daun pohon kelapa.

Setiap rumah dalam etnis Baduy memiliki 3 ruangan dengan fungsi beda-beda. Untuk bagian depan digunakan sebagai tempat menerima tamu sekaligus tempat menenun bagi kaum perempuan. Kalau ruang tengah dipakai untuk ruang tidur dan ruang keluarga.

Terakhir ruangan ketiga di bagian belakang untuk memasak dan menyimpan hasil padi dan ladang. Ke semua ruang dilapisi lantai dari anyaman bambu.

Bangunan rumah itu pun saling berhadapan dan mengarah ke utara atau selatan. Hal ini karena faktor sinar matahari yang menyinari dan masuk ke sisi rumah, membuat bangunan tersebut dibangun hanya dengan mengarah ke dua arah saja.

Macam Suku Baduy Kanekes Dan Ciri-Cirinya

Kelompok etnis Baduy terbagi menjadi dua, yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar. Berikut pengertiannya:

Suku Baduy Dalam

Etnis Baduy Dalam merupakan kelompok yang paling taat mengikuti aturan adat dan tinggal di tiga desa yaitu Cikertawana, Cibeo dan Cikeusik. Secara adat mereka dilarang untuk bertemu dengan orang asing.

Baca juga : Banyak Hal Menarik di Baduy

Kelompok ini sangat memegang teguh adat istiadat dari nenek moyangnya. Adapun peraturan yang dipegang teguh oleh masyarakat suku Baduy Dalam adalah:

  • Tidak dibolehkan memakai transportasi umum.
  • Tidak boleh pakai sepatu atau sandal maupun alas kaki lainnya.
  • Arah pintu rumah harus menghadap ke selatan atau utara, terkecuali bagi ketua adat atau sang Pu'un.
  • Dilarang menggunakan barang-barang elektronik.
  • Harus memakai pakaian atau kain yang ditenun atau dijahit sendiri dan sangat dilarang mengenakan pakaian modern, dengan warna hitam maupun putih.

Rumah suku baduy dalam memiliki arah yang samaRumah suku baduy dalam memiliki arah yang sama (www.indonesiakaya.com)
Rumah suku baduy dalam memiliki arah yang samaRumah suku baduy dalam memiliki arah yang sama (www.indonesiakaya.com)

Pakaian Adat Baduy Dalam

Untuk pakaian Baduy Dalam bagi kaum laki-laki sangat sederhana. Tidak ada kantong, tak berkancing dan umumnya polos tanpa kerah. Kemudian bagian bawahan pakai sarung salur warna hitam yang dikaitkan ke pinggang hingga batas lutut atau di atas lutut.

Suku Baduy Luar

Merupakan masyarakat yang sudah keluar dari adat maupun wilayah Kanekes Dalam. Mereka tinggal di kampung Gajeboh, Cisagu, Kaduketuk, Kadukolot, Cikadu dan lainnya. Ada beberapa hal yang membuat etnis Kanekes Dalam dipindahkan ke Kanekes Luar:

  • Kelompok tersebut sudah melanggar adat istiadat masyarakat dalam.
  • Punya keinginan untuk keluar dari Kanekes Dalam.
  • Menikah dengan salah satu anggota dari etnis Baduy luar.

Suku baduy luar beradaptasi dengan kehidupan modern (dispar.bantenprov.go.id)
Suku baduy luar beradaptasi dengan kehidupan modern (dispar.bantenprov.go.id)
Ciri-Ciri Masyarakat Baduy Luar:
  • Kelompok tersebut sudah mengenal kemajuan teknologi seperti peralatan elektronik.
  • Pembuatan rumah sudah memakai peralatan bantu seperti palu, paku, gergaji dan lainnya, yang sebelumnya dilarang oleh adat etnis Kanekes Dalam.
  • Mengenakan pakaian adat dengan warna hitam ataupun biru tua bagi kaum laki-laki. Terkadang menggunakan pakaian modern seperti celana jeans dan kaos oblong.
  • Sudah menggunakan perlengkapan rumah tangga modern seperti tempat tidur dari kasur, bantal, piring, gelas dan lainnya.
  • Tinggal di luar kawasan Kanekes Dalam.
  • Sebagian besar dari mereka sudah berpindah keyakinan jadi Muslim dan jumlahnya cukup signifikan.

Pakaian Adat Baduy Luar

Pakaian suku Baduy Luar untuk perempuan biasanya warna hitam dan putih lalu mengenakan sarung corak batik berwarna biru. Bagi perempuan yang sudah menikah, baju bagian dada lebih terbuka kalau yang belum nikah lebih tertutup sampai batas dada.

Sedangkan untuk pakaian laki-laki berwarna hitam atau biru tua, ada kancing bahkan berkerah. Untuk bawahan ada yang pakai sarung seperti Baduy Dalam tapi terkadang mereka sudah pakai celana pada umumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun