Â
Sinetron Indonesia adalah sebuah fenomena budaya yang mendominasi layar kaca selama bertahun-tahun, menunjukkan paradoks yang menarik: rating tinggi, namun kualitas seringkali dipertanyakan. Di tengah persaingan ketat dengan konten global, sinetron Tanah Air kerap dicap sebagai hiburan yang kurang mendidik, bertele-tele,  dan  kurang inovatif.Â
Banyak yang berpendapat bahwa sinetron modern Indonesia, dalam banyak hal, jauh tertinggal dari produksi sejenis di negara lain, bahkan kualitasnya seringkali kalah dibandingkan film-film Indonesia. Di sini, kita akan menganalisis beberapa kelemahan sinetron modern Indonesia, serta mencari celah untuk perbaikan di masa depan.
Â
Paradoks Rating dan Kualitas
Sinetron dengan rating tinggi seringkali dikritik karena alur cerita yang bertele-tele, karakter yang klise, dan dangkal, kurang riset tema atau genre yang diangkat, serta  nilai-nilai moral yang kurang mendidik. Adegan yang berlebihan, konflik yang dipaksakan, dan penggunaan efek visual yang  kurang, menjadi ciri khas yang sering dikeluhkan. Â
Perbandingan dengan sinetron atau drama dari Korea Selatan, Jepang, ataupun negara-negara lain di Asia, menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam hal kualitas penulisan naskah, akting, sinematografi, dan produksi secara keseluruhan.
Data rating televisi menunjukkan kesuksesan sinetron Indonesia dalam menarik penonton. Namun, di balik angka-angka tersebut tersimpan realita yang perlu dikaji. Banyak sinetron, meski meraih rating tinggi, dianggap memiliki kualitas yang rendah. Hal ini terlihat dari beberapa aspek:
Â
1. Ide Cerita Pasaran dan Kurang Inovatif.
Â
Banyak sinetron masih mengandalkan formula cerita yang sudah usang dan pasaran. Kisah cinta segitiga, perselisihan keluarga kaya raya, dan konflik antar tokoh yang berlarut-larut menjadi tema yang berulang. Kurangnya eksplorasi tema-tema baru dan orisinalitas cerita membuat sinetron Indonesia tampak monoton dan kurang menarik bagi penonton yang lebih kritis.
Â
2. Sinematografi yang Kurang Berkualitas.
Â
Kualitas sinematografi sinetron Indonesia seringkali menjadi sorotan. Penggunaan teknik pengambilan gambar yang sederhana, editing yang kurang rapi, dan efek visual yang biasa saja membuat tayangan terlihat kurang profesional dan jauh tertinggal dibandingkan produksi dari negara lain seperti Korea Selatan atau Turki.
Â
3. Episode Panjang dan Bertele-tele.
Â
Durasi episode sinetron Indonesia yang panjang dan bertele-tele menjadi kritik umum. Alur cerita yang lambat dan dipenuhi adegan yang tidak relevan membuat penonton merasa bosan dan kehilangan minat. Pengulangan adegan dan konflik yang berlarut-larut hanya untuk memperpanjang durasi episode menunjukkan kurangnya efisiensi dalam bercerita.
Prioritas utama produsen sinetron seringkali tertuju pada rating, bukan pada kualitas cerita atau nilai-nilai edukatif. Hal ini mendorong terciptanya alur cerita yang sensasional dan konflik yang berlarut-larut demi mempertahankan penonton.
Â
4. Pesan Moral yang Kurang Mendalam
Â
Meskipun beberapa sinetron berusaha menyisipkan pesan moral, seringkali pesan tersebut disampaikan secara dangkal dan kurang efektif. Nilai-nilai yang ditampilkan pun terkadang tidak sesuai dengan norma sosial dan budaya Indonesia yang baik. Hal ini membuat sinetron kurang berperan sebagai media edukasi yang efektif.
Â
5. Kurangnya Pembaharuan dan Inovasi.
Â
Industri sinetron Indonesia tampak kurang berinovasi dalam hal cerita,  teknik produksi,  dan  pendekatan bercerita. Kurangnya eksperimen dengan genre baru dan teknologi terkini membuat sinetron Indonesia tertinggal dari perkembangan industri hiburan global.
6. Keterbatasan Anggaran.
Meskipun rating tinggi, anggaran produksi sinetron Indonesia terkadang masih tergolong rendah. Hal ini berdampak pada kualitas sinematografi, efek visual, dan aspek teknis lainnya.
7. Sistem Produksi yang Cepat.
Tekanan untuk memproduksi episode secara cepat seringkali mengorbankan kualitas penulisan dan penggarapan sinetron. Hal ini menyebabkan alur cerita yang terburu-buru dan kurang terstruktur.
Â
Perbandingan dengan Film Indonesia
Â
Menariknya, industri perfilman Indonesia menunjukkan perkembangan yang lebih pesat. Banyak film Indonesia yang mendapatkan apresiasi baik di dalam maupun luar negeri, menunjukkan bahwa potensi untuk menciptakan karya berkualitas di Indonesia sebenarnya ada. Perbedaan pendekatan, anggaran, dan waktu produksi menjadi faktor pembeda utama.
Â
Jalan Menuju Perbaikan
Â
Untuk meningkatkan kualitas sinetron Indonesia, perubahan mendasar perlu dilakukan:
Â
- Investasi dalam penulisan naskah: Memperkuat tim penulis skenario dengan memberikan pelatihan dan kesempatan untuk mengembangkan ide-ide cerita yang lebih orisinal dan inovatif.
- Peningkatan kualitas produksi: Meningkatkan anggaran produksi untuk memungkinkan penggunaan teknologi dan peralatan yang lebih baik, serta mengajak sineas berpengalaman untuk terlibat.
- Memberikan Waktu Produksi yang Cukup: Memberikan waktu yang cukup untuk penulisan naskah, pengambilan gambar, dan  pasca-produksi akan meningkatkan kualitas sinetron.
- Pemendekan durasi episode: Membuat alur cerita yang lebih ringkas dan efisien untuk meningkatkan daya tarik dan kualitas sinetron.
- Penetapan standar kualitas: Menetapkan standar kualitas yang lebih tinggi dalam hal penulisan naskah, sinematografi, dan aspek produksi lainnya.
Â
Kesimpulan
Â
Sinetron Indonesia berada di persimpangan jalan. Untuk tetap relevan dan bersaing di era digital, perubahan mendasar dalam hal kualitas cerita, produksi, dan nilai-nilai yang ditampilkan sangat diperlukan.Â
Dengan berinvestasi pada kreativitas, inovasi, dan sumber daya manusia yang berkualitas, sinetron Indonesia dapat bangkit dan menjadi hiburan yang mendidik dan menghibur.
Rating tinggi juga tidak selalu menjamin kualitas.  Sinetron modern Indonesia perlu melakukan perubahan signifikan untuk meningkatkan kualitasnya dan sejajar dengan produksi dari negara lain. Dengan mengutamakan kualitas cerita, meningkatkan anggaran, dan mengembangkan sumber daya manusia, sinetron Indonesia berpotensi untuk menjadi lebih mendidik, menarik, dan  berkualitas.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H