"Rusia kalah, kami menang. Konflik internal mereka memberikan kesempatan yang bagus untuk Jepang. Aku kagum sendiri jika mengingat Jepang yang terlihat lebih lemah bisa menang. Kapan lagi negara Asia yang belum terlalu canggih ini memenangkan peperangan dengan negara Eropa?
Igor, Viktor, Alexei, dan Mikhail meninggal dalam perang. Akupun berhasil mendapatkan jurnal Viktor yang sepertinya ia cintai sekali, dan melanjutkan tulisannya. Hyousuke selamat, aku tidak membunuhnya, namun aku tidak pernah berbicara lagi dengannya setelah ia membunuh Viktor dan Igor. Karena ulahnya, aku belum selesai menanyakan pertanyaanku yang mau kutanyakan saat aku di Jepang dan menunggu bertemu dengan Viktor. Alhasil, pertanyaanku tidak terjawab. Pertanyaanku sebenarnya sudah terjawab di jurnal ini sendiri, namun aku ingin dengar dari mulut Viktor sendiri. Aku harap Viktor akan menemukan jurnal ini dan menjawab pertanyaanku suatu saat, karena ada hal lain yang ingin kutanyakan. -Nakamura Akihiko, Maret 1905"
"Kamu ngerasa aneh, gak?" Ichika bertanya, saat sebuah pikiran melintasi otaknya.
"Aneh gimana?"
"Viktor itu namanya sama kayak ayah kamu, marganya sama pula. Si Akihiko ini juga sama. Ayahku 'kan Akihiko. Margaku 'kan Nakamura. Nah loh!"
"Mungkin cuma kebetulan. Aku sih merasa lebih aneh sama kalimat ini," kata Ekaterina, menunjuk ke kalimat terakhir Akihiko. "Kan Viktor udah meninggal, gimana bisa ketemu jurnalnya?"
Ichika mengambil post-it note list waltz tersebut. "Menurut kamu, ini Akihiko yang nulis, bukan?" Tanya Ichika, memperlihatkan huruf kanji di belakang post-it note.
"Mungkin aja, tapi timeline-nya nggak cocok... Masa Akihiko hidup sampai ratusan tahun?"
Keduanya bengong sesaat, merenungi cerita dan kata-kata dari Akihiko. Lamunan mereka dipecahkan oleh suara ibu Ekaterina dari luar ruangan.
"Katya, Ichika! Ayo sini, kalian dipanggil Ayah!"
"Iya, Ma!"